Part 2

4.5K 279 6
                                    

"Ricchan, apa kamu baik-baik saja? Wajah kamu sangat pucat," tanya Kisa  dengan perasaan khawatir.

"Mm..aku baik-baik saja, aku hanya ingin makan sesuatu," balas Ritsu dengan lemas.

"Haa? Ricchan..kamu sedang lapar? Aku ada roti, mau?" Kisa menyodorkan sebungkus roti kepada Ritsu.

"Kisa-san, dilarang makan saat bekerja. Jika ingin makan silakan di ruang istrahat pada saat jam makan siang," teriak Yokozawa yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

"Tapi Takano-san, Ricchan sedang lapar dan pucat. Kasihan dia pak," kata Kisa dengan wajah yang masih khawatir menunjuk ke arah Ritsu yang masih lemas.

"Haa? Jangan banyak alasan, waktu kerja tetap kerja. Kenapa tidak makan dari tadi?" tanya Yokozawa dengan nada semakin tinggi.

"Tapi....." sebelum Kisa melanjutkan kata-katanya Takano sudah menyadari kalau Ritsu lagi sedang tidak enak badan. Ia langsung meminta ijin kepada Yokozawa untuk membawa Ritsu pulang. Tapi di tengah jalan Ritsu meminta berhenti. Soalnya ia tidak kuat lagi berada di dekat Takano. Aroma Takano membuatnya ingin lari dan menjauh darinya. Lagi-lagi ia muntah di tengah jalan. Badannya sudah semakin lemah. Takano tidak ingin berlama-lama melihat kekasihnya menderita. Ia mengajak Ritsu ke rumah sakit tapi lagi-lagi ia menolak.

"Ritsu, ayo ke rumah sakit sekarang!!"

"Tidak usah Takano-san, aku sudah mencobanya kemarin, tapi tubuhku menolak bau obat. Aku juga tidak tahan berlama-lama di sana. Takano-san, silakan duluan saja, ada yang hendak aku beli di minimarket," kata Ritsu membuat alasan agar dia bisa lepas dari bau Takano.

"Aku akan membelikanmu. Tunggu saja di sini. Kamu mau beli apa?" tanya Takano. Kali ini tidak ada ruang bagi Ritsu untuk melarikan diri.

"Kalau begitu, aku pesan masker sama susu, buah, makanan sehat pokoknya. Tapi aku juga ingin makan takoyaki," kata Ristu. Takano semakin merasa aneh dengan tingkah uke tercintanya itu.

"Haa? Kamu seperti wanita yang sedang ngidam saja. Ada yang aneh dengan dirimu," kata Takano. Lalu mengunci mobil agar Ritsu tidak kemana-mana. Ia pun menuju minimarket membeli pesanan Ritsu.

"Takano-san susah sekali siajak kompromi, dasar baka," gumam Ritsu.

Sesampainya di apartement, Ritsu langsung lari menuju kamarnya. Ia segera membuka belanjaan yang di pesan di Takano saat di pinggir jalan dan melahapnya secepat mungkin. Takano sangat jengkel dan mendobrak pintunya saat ia tengah asyik makan. Takano sangat ingin mencium dan bercumbu dengannya walau sesaat. Sebab sudah 2 minggu ia selalu ditolak dengan keras. Makanya saat ini ia ingin mendapat jatah walau sekali. Takano pun berhasil mendekap Ritsu dan mendapat jatah walau dengan cara memaksa.

Saat Takano sedang asyik menikmati si uke cute itu, ia dikejutkan dengan air mata Ritsu yang mengalir deras membasahi pipi mungil di depannya dengan kedua tangan sedang menutup mulut dan hidung. Takano segera menghentikan aksinya. Lalu membelai kepala calon kekasihnya.

"Ritsu, maaf. Apa aku menyakitimu?" Wajah Takano penuh dengan rasa khawatir. Ritsu langsung mendorong tubuh Takano lalu berlari ke kamar mandi. Di sana ia menangis sampai suara isakannya di dengar oleh Takano. Ia merasa sedih tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa, Takano tidak mengerti perasaannya.

Takano berdiri di depan pintu kamar mandi dengan kepala menunduk.

"Ritsu...aku minta maaf. Mungkin aku salah. Tapi aku tidak akan tahu perasaanmu jika kamu tidak jujur padaku. Aku bingung harus menghadapimu dengan cara apa. Apa yang bisa kulakukan agar kamu bahagia dan tenang. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu saat ini," kata Takano dengan nada pelan.

Mendengar ucapan Takano, hati Ritsu langsung luluh. Tapi ia bingung haus menyikapinya dengan cara apa. Ia takut Takano meninggalkannya hanya karena ia ilfil dengan aroma tubuhnya. "Ada apa denganku,," gumamnya.

"Takano, kumohon tinggalkan aku sendiri. Dan jangan dekat-dekat denganku untuk beberapa waktu ke depan sampai hatiku benar-benar tenang," teriak Ritsu dari dalam kamar mandi.

"Baiklah jika itu bisa membuatmu tenang. Maafkan aku, Ritsu. Tapi sebelum itu aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu mencintaimu lebih dari apapun dan tidak ada niat untuk membuatmu terluka. Jaga kesehatanmu. Jika butuh bantuan, panggil aku," balas Takano berbalik mengambil bajunya menuju pintu keluar dengan perasaan penuh tanda tanya. Ia merasa sedih sekaligus merasa aneh dengan setiap tingkah pacarnya itu.

Perasaan benci terhadap Takano mulai di rasakan oleh Ritsu setelah kejadian itu. Ia tidak ingin mendengar nama Takano. Apalagi bertemu dengannya.

"Onodera..aku ingin bicara denganmu. Sekalian bawa naskah sensei Mutou ke apartemenku sebentar malam. Aku akan mengoreksinya," pinta Takano kepada  Ritsu di Marukata Publushing.

"Ricchan, ganbatte..!!" kata Kisa. Ritsu hanya membalasnya dengan senyuman.

Mendengar kata-kata Takano, Onodera Ritsu kalang kabut. Ia kehabisan ide untuk membuat alasan. Akhirnya terlintas di pikirannya untuk menitip naskah itu kepada Kisa. Ia membuat alasan bahwa ayahnya tiba-tiba saja ingin bertemu dengannya. Padahal ia sedang tidak ingin bertemu dengan Takano. Ia memutuskan untuk menginap di hotel dan meminta cuti dari kantor selama seminggu dengan niat mengasingkan diri dari Takano untuk beberapa saat.

"Kisa, kenapa kamu ada di sini? Onodera di mana?" tanya Takano dengan wajah terkejut saat ia membuka pintu berharap wajah kekasinya yang akan dilihat sambil menoleh ke arah kiri dan kanan mencari sosok si imut.

"Hehe..anu..maaf. Ricchan menitip naskah ini padaku, katanya ada urusan dengan ayahnya. Ia juga cuti selama seminggu," kata Kisa.

"Haa? Kenapa aku bau tahu? Si baka itu...aarrgh."

Melihat wajah Takano yang mulai kesal. Kisa segera pamit pulang.

"Kalau begitu, aku pulang dulu."

"Iya, makasih Kisa," kata Takano.

"Sama-sama."

Takano merasa sepi. Ia merasa dicampakkan tanpa mengetahui alasannya. Tentu saja hal itu membuat urat wajahnya bermunculan, ditambah lagi, ia  berulang kali mencoba menghubungi Onodera Ritsu tapi nomor si imut itu selalu tidak aktif selama seminggu. Ia pun mencoba mencari tahu kabar kekasihnya dengan menanyakan langsung kepada kerabat dekat Ritsu yaitu Nao. Ia tambah khawatir setelah mendapat kabar bahwa pujaan hatinya tidak sampai di rumah. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak tahu keberadaannya.

"Dasar si baka itu...selalu saja membuat orang khawatir...tccssh," gumam Takano.

Dan ternyata..Onodera sudah kembali ke apartemennya setelah dari hotel tanpa sepengetahuan Takano. Ia mengurung diri di dalam kamar sebab tubuhnya tambah lemah akibat tidak berhenti mual. Untung saja persediaan makanannya masih banyak karena telah dipersiapkan jauh sebelumnya. Tidak lama kemudian ia pingsan di kamar mandi.

UDAH DULU YA..BESOK DILANJUT. NGANTUK NIH.
MAKASIH SUDAH BACA.
BOCORAN DIKIT..NANTI RITSU KE RUMAH SAKIT...DAN SARAN DOKTER DIA HARUS.....BESOK YA. LANJUTANNYA 😉😉

Sekaiichi Hatsukoi TakaRitsu SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang