CHAPTER 3 - Rindu

10.6K 935 14
                                    

Hollaaaa....

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Dan bagi yang tidak, selamat jadi syaiton yak *ups XD

Selamat membaca ^_^

******************************************************************************************

Ada dinding tak kasat mata di antara kita.

Aku tidak tahu, apakah aku ataukah kamu yang membangunnya.

Tapi seandainya ada celah disana, ingin kubisikkan, "Aku merindukanmu."

Arlan sedang memeriksa laporan pembayaran milik klien terbarunya ketika Meta, sekretarisnya mengetuk pintu ruangan.

"Pak, ada titipan barang untuk bapak," ucap Meta ketika Arlan mempersilahkannya masuk. Pria itu mengernyit bingung.

"Dari siapa?" tanya Arlan.

"Maaf, kurang tahu Pak. Tadi ada yang perempuan yang titip di resepsionis. Katanya isi makanan, jadi harus secepatnya di kasih." Arlan menerima bungkusan itu dan membukanya.

Tempat makan berbentuk Doraemon berukuran besar, berwarna pink. Arlan melongo melihatnya, begitupun dengan Meta. Sekretarisnya itu cepat-cepat mengatupkan mulutnya, jelas menahan tawa.

Arlan tidak kelihatan kesal sama sekali, justru tersenyum lebar ketika meraih sticky note di atasnya. Selamat makan, Kak!

"Bapak tahu itu dari siapa?" tanya Meta, ia penasaran melihat ekspresi sang boss yang biasanya dingin kini tersenyum begitu lebar seperti anak kecil baru menerima kado natal.

"Tentu saja," ujar Arlan sambil membuka tutup tempat makan itu. Lontong, plastik berisi gule, plastik kecil berisi sambal dan ada jeruk sebagai penyedap. Tidak lupa sendok yang dibungkus rapi dengan kertas tissue di dalam keresek pembungkusnya.

"Saya mau makan. Udah jam makan siang kan, kamu juga silahkan makan siang," ucap Arlan. Meta mohon diri masih sambil kebingungan.

Hanya ada satu orang yang akan mengirim barang seperti ini untuknya.

***

Arlan 20 tahun

Hujan memukul-mukul jendela kaca kamar Arlan yang terletak di lantai dua. Pemuda itu melingkar semakin kecil dalam kungkungan selimutnya.

Di tengah kilat yang saling menyambut, kegelapan total tiba-tiba memenuhi ruangannya.

Lampu mati. Ya Tuhan, adakah hari yang lebih buruk dari hari ini?

Demam yang dideritanya membuat Arlan lemas. Ia bisa saja memeriksa saklar listrik, tapi ia terlalu malas. Ditambah fakta bahwa ia belum makan sejak tadi pagi.

Seandainya demam udah dari kemarin kan mending, Arlan menggerutu dalam hati. Papah dan mamahnya sedang keluar kota sejak kemarin. Dan ajaibnya, pagi ini ia tiba-tiba saja demam.

Mungkin bukan hal aneh, mengingat kemarin ia bolos kuliah dan justru main futsal dengan teman-temannya. Sempat hujan selama beberapa waktu, namun tidak ia pedulikan dan justru lanjut main. Hujannya memang tidak lama. Dan sewaktu pulang pun ia sudah mengganti seragam olah raga dengan baju kering yang biasa dipakai sewaktu kuliah, sehingga mamahnya tidak curiga sedikitpun.

Tapi mungkin itulah karma, karena pagi ini ia bangun dalam keadaan kepayahan dan demam tinggi. Dan salah satu kebiasaan buruknya ketika sakit adalah, malas makan.

HOME (One shot - Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang