CHAPTER 5 - Rumahku atau Rumahmu?

11.3K 968 25
                                    

Helloooo,

Biasanya saya update malam kan. Jadi sebenernya niat saya itu update tadi malam. Tapi kelupaan. Jadi saya sempatin pagi ini aja (eh ini masih pagi kan?)

Ok, happy reading ^_^

***********************************************************************************

Menjagamu adalah kewajibanku.


Lea terdiam di sepanjang perjalanan. Arlan tahu bahwa kemungkinan besar gadis itu sedang mempertimbangkan moodnya.

Tadi Lea mengendap-endap saat di parkiran menuju mobil Arlan. Pria itu mengerutkan alisnya, bingung dengan tingkah Lea yang seperti maling takut kepergok satpam. Tapi ia masih terlalu kesal untuk bertanya. Bahkan ketika Lea berusaha membuka percakapan dengan bertanya tujuan mereka, Arlan hanya menanggapi dengan sikap dingin dan jawaban, "nggak perlu tahu."

Sejak itu Lea tutup mulut. Dan kini Arlan mulai khawatir, Lea diam karena takut atau kesal? Ia beringsut tidak nyaman di posisinya menyetir, diam-diam melirik Lea yang memandang keluar jendela mobil.

Arlan berdehem pelan.

Lea tetap mengabaikannya. Gawat.

"Bisa tolong bantu pilih buah?" akhirnya Arlan bersuara ketika mereka sampai di sebuah Mall. Lea akhirnya menoleh ke arah Arlan, dan pria itu menghembuskan napas lega saat gadis itu mengangguk.

"Bapak butuh buah apa? Dan berapa banyak?" Arlan langsung batal merasa lega. Lea memanggilnya 'bapak' saat ini membuatnya nyaris membenturkan kepala ke setir.

"Maafin sikap Kakak yang tadi ya," Arlan akhirnya mengalah. Lagipula ia sadar sikapnya sejak di kantor tadi benar-benar menyebalkan. Lea tidak menanggapi permintaan maafnya dan justru keluar dari mobil.

"Le ... maafin kakak donk," Arlan membuntuti langkah Lea. Gadis itu tetap mengabaikannya dan berjalan ke arah lift.

"Le ...." Tidak ada tanggapan.

"Lele ...." Akhirnya ada reaksi.

"KAK ARLAN NIAT MINTA MAAF APA BIKIN TAMBAH MARAH SIH?" orang-orang yang di dalam lift terlihat kaget dengan suara Lea yang menggelegar. Arlan sendiri terlonjak kaget dan melemparkan senyum meminta maaf pada pengunjung yang lain.

Lift akhirnya berhenti di lantai tepat depan supermarket yang mereka tuju. Lea kembali berjalan mendahului Arlan. Tapi kali ini Arlan menahan tangannya. Lea tampak makin kesal karenanya.

"Lea, kakak beneran minta maaf atas sikap kakak tadi. Tapi kamu juga harusnya paham donk. Adikku perempuan single tiba-tiba bilang mau keluar rumah yang kemungkinan sampai pagi sama laki-laki. Menurut kamu?" ucap Arlan. Lea terlihat mengendalikan kemarahannya sendiri.

"Kak, Lea ini sekarang 24 tahun. Udah bukan anak kecil lagi," ucap gadis itu.

"Lalu? Kamu tetep adikku!" ujar Arlan. Lea membuka mulut seperti akan mengatakan sesuatu, namun ditahannya.

"Udahlah, ayo pilih buah yang kakak cari aja," ujar Lea akhirnya.

Arlan juga ikut mengendalikan emosinya dan berusaha tutup mulut.

"Kamu udah sering nginep sama pacarmu itu?" Jelas, usaha Arlan untuk tutup mulut gagal total.

"Kak!!" bentak Lea.

"Fine! Sana, pilihin buah jeruk. Yang manis!" Arlan berbelok ke arah tumpukan apel sebelum mulutnya menyebabkan keributan lagi dengan Lea.

***

HOME (One shot - Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang