•2. Perintah Hebat•

111 15 5
                                    

Februari 2018

Author said: Perjalanan hidup seorang Maroon tak bisa diungkap kepada sembarang orang, dan author yakin, orang orang yang berani dan berkarya serta bergengsi di wadah rangkaian sebuah karya ini, adalah orang orang yang menurutnya bukan sembarangan orang.

°-----°

Pagi tak cukup menawan dan tak indah untuk di pandang, entah sedang bersedih atau bahagia, langit pun tampak diselimuti dengan awan hitam jahat. Memang tidakk nyaman dilihat dengan kasat mata, namun inilah salah satu bentuk kuasa Allah SWT. Apapun bentuk dan warnanya, bersyukurlah.

Selamat pagi ..

Kecupan kalimat pagi, dibarengi dengan berjalan kaki menuju sekolah tercinta, melihat gerbang yang diriungi beberapa aktivis sekolah yang sedang piket menjalankan tugasnya untuk memberantas siswa/i yang melanggar aturan di sekolah. Maroon hanya tersenyum kepada ikwan dan akhwat yang berada di sela sela gerbang, membentuk strategi agar sulit dilihat oleh manusia yang menyebalkan kan menyelewengi aturan. Rekan OSIS menyambut Maroon dengan hangat. Maroon melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Ingat saat 1-2 tahun kebelakang, Maroon pernah menduduki jabatan penting di sekolah sebagai ketua OSIS. Dimana saat itu Maroon pernah berjaga untuk memberantas manusia pelanggar aturan. Indahnya di 1-2 tahun kebelakang, anak rantau bertemu dengan para pejuang hebat untuk menyelaraskan tujuan yang ia patenkan kala itu. Badai (serangan perjuangan) beserta gula (hasil perjuangan) datang saat bumi berputar tiap harinya.

Datang bapak muda yang memiliki hidung mancung, terlihat tampan dari kejauhan berjalan menuju kelas dimana Maroon berada. Ternyata ia wali kelas Maroon datang mengumumkan bahwa pada hari ini ada rapat orang tua di mesjid.

"Orang tua yang sudah datang, langsung jemput aja, arahkan ke mesjid. Jangan lupa isi daftar hadir. 1 lagi, siswa/i yang tidak bersama orang tuanya, silahkan kemesjid untuk menjadi perwakilan orang tua."

Sahut wali kelas yang memiliki hidung tajam itu membuat anak didiknya mengangguk-ngangguk. Lainnya dengan Aisyah, Budi, Aldi, Restiani dan Maroon, orang tuanya tidak bisa hadir karena mungkin diserang oleh kesibukan.

Maroon hanya melamun, melihat orang-orang yang datang bersama orang tuanya. Maroon pikir positif atas ketidak hadiran orang tuanya, sang Bapak yang sibuk dengan urusan kantornya di Kota Bogor, dan sang ibu sedang sibuk di luar Jawa.

°°°°

Saat itu presentasi sedang berlangsung, ibu guru yang sedang duduk di tempatnya memakai kacamata, kerudung berwarna kuning muda, baju kuning muda, serta rok berwarna coklat. Kelompok 4 pun maju untuk menerangkan pelajaran Aqidah Akhlaq. Presentasi pun dimulai, dan berlangsung.

Maroon berpindah duduk bersama teman perempuan di barisan ke 4. Ainur namanya. Ia adalah teman satu kelompoknya. Perempuan yang kala itu waktu kelas bawah pernah tergila terhadap Maroon, sekarang telah menjadi teman hebatnya selama dikelas.

Ketukan pena Maroon membuat suasana hening mengganggu sedikit jalannya presentasi kelompok 4, ujar perempuan itu "teu kenging gandeng". Ucapan bahasa daerah yang sering di peragakan setiap harinya, membuat Maroon tertawa sedikit, dan berkata "punten". Dengus Maroon sambil melirik Ainur.

°°°°

Waktu berjalan menuju terangnya bumi, terlihat cakrawala yang menghiasi jagat raya ini. Bel istirahat kedua pun telah berbunyi, menandakan seluruh siswa/i bersiap-siap untuk sholat Dzuhur.

Pemuda yang sering disapa Maroon, berjalan menuju toilet membawa jas berwarna abu, jas yang bersejarah kala itu penuh petualangan dengan sekomplotan manusia hebat memakai jas abu pula.

Mobilitas Sang WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang