Musim hujan benar-benar sedang menggila. Hari Sabtu merupakan hari dimana Maroon dan teman-teman bisa berekspresi dengan tawa. Tawa dimana puncak dari kegiatan belajar mengajar sudah mulai habis pada Sabtu tanggal 10 Maret 2018 ini. Jadwal kegiatan Maroon disekolah sangat padat dari mulai Bulan Maret sampai Mei, dipenuhi berbagai hantu Ujian-ujian sekolah yang sering datang menghampiri melewati otak sebelah kanan dan kiri.
Pagi ini, matahari belum juga muncul. Padahal sudah waktunya ia berada di atas dan menyinari seluruh permukaan bumi. Maroon yang berada di indekos nampaknya tidak sendirian, teman-teman dari Maroon menginap satu malam, mengingat hari Sabtu ini adalah hari dimana me-refresh beban masalah yang berada di ruang lingkup pembelajaran sekolah.
Booklet, adalah puncak dari kegiatan belajar mengajar (KBM) Madrasah. Didalamnya yaitu pemotretan bebas untuk dicetak di album sejarah. Maroon dan teman-teman akan pergi menuju Padalarang, tepatnya di Tebing Hawu. Yang mana, Sangkuriang pernah berjelajah juga mengelabuhi Tebing Hawu itu.
Maroon dan teman-teman keluar dari indekos menuju halaman depan sekolah, yang mana Bus mini telah menunggu sejak pukul 5 pagi. Ternyata, Maroon dan teman yang menginap di indekos datang lumayan telat. Teman-teman yang lain terlihat sudah kumpul dan bersiap untuk berangkat. Bus mini yang kurang cukup menampung banyaknya siswa/i kelas 12 IPS 1, membuat Aldi, Ahmad Reyhan, Nasrul, Aldin, Tegar, dan Pak Rijal mengenakan sepeda motornya. Sebelum berangkat, Pak Rijal mengecek keadaan bus.
"Siapa lagi yang belum datang?" Seru Pak Rijal yang datang dari pintu tengah bus mini.
"Siti Muhibah, pak." Cetus Ai Restiani yang sedang duduk di kursi tengah bus mini.
"Lama!" Cetus Dendian yang duduk di kursi belakang bus mini.
"Sabar, bentar lagi kita berangkat, sambil menunggu Siti." Ujar Pak Rijal.
Maroon hanya duduk, diam, tanpa komentar, melihat dedaunan yang berada di halaman depan sekolah yang begitu nyaman dilihat. Satu pasang Headshet Maroon kenakan ke telinga bagian kanan dan kiri. Maroon duduk berdua bersama Dandi.
"Tuh, pak. Siti baru datang!" Cetus Resti Novianti yang memecahkan konsentrasi Maroon yang sedang melihat dedaunan. Siti masuk kedalam Bus.
"HUUUUUUUUU!"
Sorak suara yang keluar dari mulut teman-teman Maroon. Dengan gesture yang tidak terlihat marah, malah memperlihatkan wajah yang sedikit bercanda. Maroon kira, teman-teman akan marah dengan telatnya Siti.
"Nah. Yaudah, semua siap?" Kata Pak Rijal.
"Siap!" Serentak teman-teman Maroon, Maroon hanya terfokus dengan lamunan, tidak menjawab seruan Pak Rijal.
"Oke, Pak Supir. Jalan." Seru Pak Rijal kepada supir.
"Bismillah." Ujar Maroon dalam batinnya.
Kami berjalan menuju tempat dimana kami akan mencari jati diri. Menaiki sedikit puncak yang bersejarah Sangkuriang yang pernah menjelajahi. Mungkin, tempat yang kami kunjungi sedikit menyiksa, berkeringat, berbau tidak sedap, berjalan menuju banyaknya rintangan yang harus dilewati. Berbeda dengan kelas lain, mengunjungi tempat-tempat yang istimewa, berkota-kota.
Kami sepakat, kami siap untuk berkeringat, menaiki puncak Tebing Hawu yang terkenal di Padalarang. Karena yang kami cari, bukanlah eksistensi, melainkan kebersamaan, canda dan tawa yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi.
Didalam bus, teman-teman terlihat berpesta dengan music box yang ia punya. Bergembira di sepanjang jalan, bernyanyi disepanjang jalan. Maroon ikut bernyanyi, dengan isyarat mulut saja, tidak dengan suara.