•12. Cerita Malam dan Rencana 14 April•

58 12 7
                                    

Indekost sangatlah sepi. Ditemani kerumunan rindu yang tidak terbayang.

Maroon meneguk segelas air putih yang di tuangkan kedalam gelas kecil pemberian Nenek Tua. Buku-buku yang terbaring di karpet merah bergambar Barcelona adalah bukti Maroon 30 menit yang lalu telah bergelut dengan latihan-latihan soal. Berbagai ujian telah Maroon lewati, selama dua minggu kebelakang, Maroon disibukkan dengan ujian-ujian sekolah.

Ujian Nasional telah mengetuk perasaan secara perlahan hingga keras pada pikiran Maroon. Namun, perasaan Maroon belum pernah mengetuk Ujian Nasional dengan serius, sehingga persiapan demi persiapan belum mencapai maksimal. Maroon sangat berupaya keras untuk menyibukkan diri dengan latihan-latihan soal, persiapan Ujian Nasional.

••••

Malam yang mengantarkan kepada kerinduan yang tidak pernah terjadi. Maroon membuka pintu indekos, lalu duduk di dekat pintu indekos. Nenek Tua, tiba-tiba datang dipikiran Maroon secara mengagetkan. Maroon hanya mengadukan kerinduannya dengan hening, tidak langsung menelepon, karena sejumlah pulsa yang tidak cukup untuk menelepon Nenek Tua.

Kisah kuno bersama Nenek Tua yang tidak pernah Maroon lupakan, membuat bayangan sejarah selalu menghantui pikiran Maroon.

Ayolah.

Gumam Maroon yang terlihat menggelengkan kepala dan memejamkan matanya sekaligus menampakkan wajah panik terhadap keadaan saat ini.

Terdengar suara HP Maroon yang terletak di depan Maroon. Ternyata Bapak yang menelpon Maroon disaat malam sedang tidak damai dengan keadaan. Gak tepat banget, pak. Batin Maroon.

Assalamu'alaikum, a?

Wa'alaikumsalam, pak. Aya naon? (Ada apa)

Bapak atos transfer artos kanggo bayaran sakola termasuk biaya ka Yogyakarta. (Bapak udah transfer uang buat bayaran sekolah, termasuk biaya ke Yogyakarta)

Tiba-tiba satu beban sudah selesai, tentu Maroon terasa lega dan tidak akan mungkin ada bendahara sekolah yang masuk lalu mengabsen. Maroon, kamu belum ya, SPP.

Alhamdulillah, pak. Hatur nuhun. Upami artos kanggo bapak nyalira, kumaha?(Alhamdulillah, pak. Makasih. Kalo uang untuk bapak sendiri, gimana?)

Tong hariwang ka bapak. Bapak hariwang mah ka aa. (Jangan khawatir ke bapak. Bapak yang khawatir ke aa)

Seketika Maroon senderkan kepalanya ke pintu indekos sembari memejamkan matanya.

Oh, muhun pak. Bapak ge teu kedah hariwang ka aa, aman di Bandung mah, aa tiasa ngajagi sagalana. (Oh, iya pak. Bapak juga gak usah khawatir ke aa, di Bandung aman, pak. Aa bisa ngejaga segalanya)

Sip, nya entos nya. Kade sholat, persiapkeun Kanggo UN. Bapak mung tiasa nga do'akeun aa ti jauh. (Sip, yaudah ya. Awas sholat, siapin untuk UN. Bapak cuma bisa berdo'a buat aa dari jauh)

Udara yang semakin dingin menjajahi tubuh Maroon. Sejenak setelah bapak bilang mendo'akan Maroon dari jauh, Maroon menelan ludahnya sembari melamun memikirkan 3 pahlawan hebatnya.

Hehe laksanakan, komandan.

Ya, Assalamu'alaikum.

Mobilitas Sang WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang