•3. 3 Pejuang Hebat•

101 16 0
                                    

Hal yang membuatku jatuh adalah ketika semua orang sudah tidak mempercayai ku. Memutar otak ribuan siswa, puluhan otak guru bukanlah satu hal yang mudah. Banyak harimau, bebatuan sebesar patung Selena Gomez yang selalu menjegal ku.

Kata pemuda yang bercerita didalam buku binder pemberian guru Matematika, Ibu Hj. Tri sekaligus seorang pemuda menganggapnya sebagai orang tua kedua dirumah ketiganya (sekolah)

∆∆∆

Sendok yang beradu dengan gelas sederhana berisikan susu putih, tentunya selamat pagi. Hari ini adalah hari hebat yang pernah pemuda dapatkan, penentuan jiwa dan raga, harga dan diri, tentu ini adalah tekanan besar yang harus diselesaikan.

Cermin adalah solusi, untuk sedikit berlatih sebelum naik mimbar besar. Cermin juga adalah teman, yang selalu menemani disaat pemuda sedang membenarkan dasi hitam.

Sialnya pagi ini yang tak berkilau seperti bulan Desember kemarin, membuat lapangan upacara diguyur air hujan yang turun tanpa permisi. Maroon berjalan menuju kelas yang belum ada penghuninya, ini sedikit kesempatan untuk Maroon mempersiapkan diri.

Hujan sedikit demi sedikit sudah mulai mereda, walaupun cuaca yang kurang bersahabat. Tampak terlihat dari kaca jendela kelas Maroon seluruh persiapan upacara sudah disiapkan, terdengar suara Ketua OSIS memanggil seluruh siswa/i untuk segera memasuki lapangan utama Madrasah Aliyah Negeri ini. "Kepada seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Negeri, untuk segera memasuki lapangan upacara."

Jantung yang tak lelah memukuli dada, tetapi Maroon berusaha untuk menenangkannya. Aisyah menghampiri Maroon yang sedang berbicara sendiri sambil menatap mimbar hebat "Hey, lagi apa? Ngomong-ngomong sendiri nih." Cetus Aisyah membuat Maroon terkaget, Maroon hanya tersenyum saja, sengaja ia tidak memberitahukan ia sedang mempersiapkan pidato. "Eh Syah, ngagetin aja. Lagi pemanasan bibir aja sebelum sarapan Nasi Uduk kantin." Maroon nyengir

Aisyah adalah perempuan berdarah Indonesia, berasal dari Kota Tanggerang kemudian nyangkut di Bandung. Heran. Tapi tidak jauh dengan Maroon, ia berdarah Indonesia, berasal dari Kota Subang, kemudian nyangkut di Bandung. Heran juga. Perempuan yang kerap sekali gemar belajar, bisa dibilang ia adalah otak dari kelas XII IPS 1 ini.

"Hey, ayo ke lapang." Ajak Aisyah sambil mengangkat kan tangan kanannya ke arah Maroon.

"Duluan, Syah." Balas Maroon sambil mengangkat tangan kanannya pula.

Air langit yang mulai nakal, turun sedikit demi sedikit nya kembali mengguyur area lapangan upacara. Tampak terdengar bapak kesiswaan menyuruh seluruh siswa/i untuk menempati halaman depan kelas. Formasi berbentuk persegi, tidak lagi berbaris di lapangan.

Seluruh siswa/i boleh menempati depan kelas dengan tertib. Seluruh Ibu dan Bapak guru dipersilahkan untuk menempati tempat telah disediakan. Ujar bapak kesiswaan memakai Mik terdengar dari sound system.

Hujan terlihat mempermainkan kami, ia turun reda turun reda sehingga membuat seluruh warga Madrasah Aliyah ini ambigu untuk bertindak.

"Upacara akan segera dimulai." Kata ustadzah yang bertindak sebagai MC mengeluarkan suara yang penuh warna dan wibawa, walaupun rona jagat raya terlihat hitam di lengkapi dengan awan jahat. Maroon mulai melangkahkan kaki menuju halaman depan wakamad, kebetulan disana ada teman seperjuangan berbeda fraksi, sering disapa Enji.

Mobilitas Sang WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang