Sudah lama nampaknya Maroon tidak berjumpa dengan seorang pahlawan yang mendidiknya selama hampir 18 tahun ini. Terlihat di buku hitam Maroon, tercatat agenda 'Pulang, Jumpa Pahlawan'.
Bandung-Purwakarta
Nenek adalah wanita hebat yang selama ini selalu mendampingi Maroon sebelum Maroon merantau ke Bandung. Nenek yang ramah kepada setiap orang yang dekat dengannya, nenek yang bisa dikatakan rajin, sampai-sampai tanah dari tetangganya selalu tersapu bersih. Karena itulah, nenek banyak di kagumi orang-orang.
•••••
Perjalanan dimulai pada hari Jum'at. Setelah sholat Jum'at, Maroon putuskan untuk bersiap, memasukan barang bawaannya kedalam tas Eiger hitam. Celana Jeans yang menjadi sasaran pakaian, dengan kemeja berwarna biru langit, serta dilengkapi dengan rompi berwarna abu.
Cuaca benar-benar sedang murka, panas yang membakar kulit Maroon selama berjalan kaki menuju pangkalan angkutan kota di Alun-alun Cililin, membuat keringat membasahi pakaian yang dikenakan. Maroon pun menaiki angkutan kota hijau jurusan Cililin-Cihampelas-Batujajar-Cimareme-Cimahi.
Setelah tiba di Cimareme, Maroon turun dari angkutan kota. Kemudian mampir ke Alfamidi di samping jalan raya Cimareme, membeli satu kaleng Larutan rasa Jambu, serta Roti Sari Roti rasa Krim Keju. Memang terdengar tidak nyambung, namun, inilah perpaduan 'rasa dan selera' tentu ini menjadi solusi untuk makan siang di dalam Bus.
Maroon berjalan 100 meter menuju jembatan di atas Samsat Cimareme, lalu masuk ke gang kecil agar sampai di dalam jalan tol. Maroon terpaksa mengambil jalan pintas, tidak harus ke daerah Leuwi Panjang, karena teramat jauh.
Tidak disangka, benteng tangguh warna putih ditempel kawat ranjau. Ini sulit untuk Maroon memanjat tembok tersebut, biasanya Maroon lihat tidak pernah ada kawat ranjau. Kali ini ada.
Maroon berpikir mencari cela agar dapat melewati benteng tembok cukup tinggi yang dilengkapi kawat ranjau. Saat itu, banyak warga yang sedang diam dan mengobrol dengan sesama, anak kecil yang sedang bermain bola. Maroon mengambil HP di dalam saku celana sebelah kanan, lalu mengangkat dan menempelkan ke telinga. Yang dilakukan Maroon saat itu adalah berpura-pura menelepon di dekat benteng tersebut, ngomong ngomong tidak jelas dengan suara mobil yang lewat di atas jembatan jalan tol.
Kini, warga sedikit demi sedikit mulai menghilang, hanya tersisa anak kecil yang sedang bermain bola di depan Rumah. Terlihat benteng tembok yang dilengkapi kawat ranjau, namun, tidak rapih dipasangnya. Maroon memanjat sekuat tenaga layaknya atlit parkur. Setelah berhasil memanjat, dengan reflek yang menyebalkan, Maroon melompat kebawah yang berisi pembuangan sampah. Maroon hanya tertawa, mengingat sejarah, tingkah seperti ini pernah dilakukan pada masa Maroon duduk di bangku Merah Putih serta dasi Merah yang terlihat Culun. Akhirnya, Maroon naik keatas lalu menunggu bus yang akan mengantarkan Maroon ke Purwakarta.
••••
Maroon menaiki mobil Bus Primajasa, duduk di tengah-tengah dengan seorang pemuda yang sedang tidur nyenyak. Maroon menghabiskan 1 kaleng Larutan Rasa Jambu dan Roti Sari Roti. Kemudian Maroon menempelkan 1 pasang headshet ke 2 telinganya. Lalu mengambil dan membuka buku binder hitam, melanjutkan karya tulis cerita yang sedang Maroon luncurkan. Maroon naik di kilometer 121.
Long drive, long night,
The best night of my life,
With you riding, your hand on my hand.
The thought of arriving kind of feels like dying.
I don't want to go home and be alone.