Masih dengan skenario Februari.
•••••
Terdengar notifikasi khas Nokia, menandakan pesan whatsup dari kawan seperjuangan kala itu pernah mengenakan jas abu bersama.
Roon, besok jam 9 sibuk gak?
Enggak. Kenapa, Va?
Besok ada tes psikotes di SMAN 1 Padalarang, kuota terbatas untuk PG (Penerus Generasi) 3 Forum OSIS Bandung Barat.
Oh, gitu. Ayo, Insya Allah.
Eulis Eva (Elva), perempuan tangguh yang pernah maroon kenal. Sejarah mengatakan, kita pernah memakai pakaian berwarna coklat, jas hitam, hingga akhirnya terhenti di jas abu. Semua perjalanan pahit, hingga manisnya Maroon pernah rasakan itu dengan perempuan itu. Hingga sekarang, setelah sekian tahun mengabdi di sekolah tercinta perihal organisasi, kini dipertemukan di Forum OSIS Bandung Barat untuk pengabdian yang selanjutnya.
••••
Februari, dengan sengaja memperlihatkan awan putih serta birunya langit. Pohon yang sedikit bergoyang di tiup angin, membuat pemuda bersemangat menjalankan aktivitas di hari ahad ini. Nampak sudah siap pemuda untuk berpetualang mencari sesuatu yang sulit dicari bersama teman seperjuangan.
Kang, aku tunggu di depan, mau nge-print dulu. Ujar perempuan itu lewat pesan whatsup nya.
Oke.
Bersiap, berjalan menuju pangkalan angkutan kota, memakai celana hitam, baju berwarna hitam coklat, di tebali rompi abu kehitaman, serta tas Eiger ukuran sedang.
Terlihat rumah ketiga Maroon yang berwarna hijau, sunyi tak ada penghuni di hari ahad ini. Seraya orang-orang sedang berlibur cantik dirumahnya masing-masing, tidur nyenyak ditemani bantal dan guling.
Hari ini, Maroon dan Elva menabrak angka sebelas yang di lingkar warna merah menuju Kota Padalarang untuk mengikuti tes psikotes bersama pemuda pemudi hebat yang pernah bersikeras berjuang bersama untuk Bandung Barat ini. Sekian lama tidak bertemu, pada akhirnya kita dipertemukan di satu moment acara langka ini.
Masih dimana, Roon? Tanya Elva lewat pesan whatsup.
Masih jalan kaki, bentar lagi sampe. Balas Maroon, sembari mempercepat gerakan kakinya.
Maroon bukanlah dilahirkan di Bandung Barat. Namun, kontribusi untuk Bandung Barat ini adalah prioritas kedua setelah sekolah. Pemuda hanyalah manusia rantau, jarang pulang.
••••
Pagi pun terlihat cerah, terdengar bunyi klakson motor dan mobil di kawasan pasar Cililin Utara, Maroon terus berjalan menyusul Elva, dan akhirnya Elva dan Maroon tersambung.
"Nge-print apa, Va?" Tanya Maroon sembari menatap kertas print itu.
"Daftar hadir." Balas Elva sambil memasukkan kertas daftar hadir kedalam tasnya. "Yaudah yuk, nunggu angkutan kota." Ujar Elva
"Hmmm. Jangan nunggu, bosan." Cetus Maroon dengan wajah dingin yang terfokus melihat jalan.
"Yeee, dasar anak buah Dilan!" Gumam Elva dibarengi tertawa kecilnya "tuh angkutan kota warna hijau, Roon." Elva menunjuk.
"Oh. Iya."Maroon mengulurkan tangan kanannya, tanda memberhentikan angkutan kota tersebut.
Akhirnya mereka pergi ditemani angkutan kota berwarna hijau jurusan Cililin-Cihampelas-Batujajar-Cimareme-Cimahi.