•6. Maroon, Pulanglah•

66 13 3
                                    

Perjumpaan, pada akhirnya akan terjadi perpisahan. 2 hari 2 malam, Maroon telah menjenguk sang pahlawan di Purwakarta, tepatnya di Jalan Veteran depan POLRES Purwakarta.

Maroon bersalaman dengan Nenek tua di ruang tamu. Sebenarnya, Maroon masih ingin berlama-lama dengan Purwakarta, ditemani sang Nenek. Namun, banyak misi yang harus Maroon selesaikan di Bandung. Sekolah, dimana pendidikan yang harus Maroon tuntaskan, sebelum masanya berakhir.

Maroon sedikit tidak tega harus meninggalkan sang Nenek Tua dengan satu adik laki-lakinya. Maroon cium dengan sang Nenek Tua, angkutan kota berwarna biru pun telah menunggu tepat di depan Maroon.

"Mih, aa uih deui ka Bandung. Cing sehat, panjang umur, Mih." (Mih, aa pulang lagi ke Bandung. Semoga sehat, panjang umur.) Seru Maroon sembari tersenyum dihadapan sang Nenek Tua sekaligus mengelus kepala adik laki-lakinya "de, sekolah yang bener. Kalo aa udah bisa nyari uang, aa beliin sepatu futsal." Maroon menaikan alisnya sembari tertawa kecil. Maroon pun berjalan naik angkutan kota. Terlihat sang Nenek Tua tersenyum lalu melambaikan tangan bersama Zidane, adik laki-lakinya.

•••

Ahad. Hari ini Maroon akan kembali ke Bandung, setelah menjenguk sang Nenek Tua di Purwakarta yang terkenal Istimewa. Diperjalanan, dihantui oleh keheningan, tidak ada percakapan dari manusia, hanya terdengar suara mesin serta klakson yang sudah beberapa kali di bunyikan untuk menjerat para penumpang.

Jarum jam terlihat berputar, jam yang dipasang ditangan sebelah kiri, menunjukan sekarang pukul 14.00. Terlihat perempatan besar Sadang, tempat dimana orang-orang sedang menunggu Bus tujuannya. Maroon turun dari angkutan kota.

"Ini, bang." Maroon memberikan uang pas.

"Oh, makasih." Balas supir, langsung menjalankan angkutan kotanya menuju lampu merah perempatan. Maroon berjalan menelusuri pangkalan bus kota, dengan tampilan gamis ukuran sampai lutut berwarna krem, serta jeans berwarna biru Dongker.

Suhu siang hari ini cukup terik, sangat berbeda dengan Cililin, sejuk. Bus Primajasa yang datang dari Bekasi, sekarang terhenti di pangkalan sadang, mencari penumpang selanjutnya menuju Bandung.

"Pak, Ke Bandung?" Tanya Maroon sebelum naik kedalam Bus.

"Betul, mas!" Balas asisten supir.

"Saya turun di Cimareme, pak." Pinta Maroon yang sedikit mengarahkan pandangannya ke atas, karena asisten supir berada di dalam bus yang cukup tinggi.

"Oh, iya. Naik mas!" Seru ajakan asisten supir menerima permintaan Maroon untuk turun di Cimareme, tepatnya di kilometer 121. Maroon pun. Menaiki bus dengan di iringi senyuman, walaupun keringat sudah berontak di bagian wajah Maroon,
Maroon duduk kembali di kursi tengah. Kali ini, tidak ada orang yang menempati kursi.

"Alhamdulillah." Batinnya, sembari menghembuskan nafas.

Coba kau rasakan hidup sendiri. Maka, kenikmatan hidup yang sebenarnya akan kau dapatkan.

••••

Maroon mengeluarkan buku hitamnya, dan mengambil 1 pasang headshet, lalu memakaikannya ke 2 telinganya. Maroon melanjutkan part cerita yang sedang Maroon luncurkan, ditemani hembusan AC.

Suka dan duka

Tangis dan tawa

Itulah lumrahnya

Mobilitas Sang WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang