FLTR - 5

2.2K 367 21
                                    

LEO baru menyadari bahwa di setiap gambar yang diciptakan oleh "Rai" selalu dibubuhi oleh tanggal pembuatan, paraf, dan nama pendek si pencipta di bagian ujung kanan bawah. Ditulis dengan ukuran yang amat sangat kecil, hingga nyaris tak nampak.

Beruntung sekali mata Leo cukup jeli untuk menemukannya. Sekarang, setidaknya dia mendapatkan satu petunjuk yang—mungkin—akan memudahkan pencariannya.

Namun, Sandy berkata bahwa nama Rai ini cukup ambigu. Cowok ataupun cewek, keduanya bisa memakainya sebagai nama panggilan. Dan mereka tidak tahu siapa-siapa saja yang memiliki nama tersebut.

Rasanya, sama saja akan menyulitkan, pikir Leo.

Cowok itu pun mengembuskan napas panjang. Akhirnya dia meminta tolong pada Sandy yang merupakan anak OSIS untuk memberitahukan kepada adik maupun kakak kelas yang dia kenal perihal ditemukannya buku sketsa, yang kemudian akan mereka sampaikan di grup angkatan masing-masing.

Tiga hari setelahnya, Sandy memberitahukan informasi yang dia dapat kepada Leo.

"Nggak ada, Le," kata Sandy dengan alis yang bertautan. "Aneh banget nggak, sih? Udah ditanyain sampe tiga angkatan, dan mereka semua nggak ada yang merasa kehilangan."

"Astaga." Leo mendedah frustasi seraya mengacak rambut. "Nggak ada sama sekali? Terus sketchbook ini nggak ada yang punya, gitu? Mustahil."

"Mereka semua bilang gitu, Le. Katanya juga udah coba ditanyain ke kelas masing-masing pas di sekolah. Tetep aja; hasilnya nihil. Dan kayaknya, nggak ada dari mereka yang namanya Rai."

Semuanya menjadi tidak masuk akal sekarang. Tidak mungkin buku sketsa itu bisa tiba-tiba ada di dalam loker jika tidak ada yang memiliki. Leo semakin pusing memikirkannya. Dia masih meyakini bahwa seseorang itu pasti ada.

Seseorang yang menggambar sketsa wajahnya.

Seseorang yang sudah pasti suka memerhatikannya secara diam-diam.

Seseorang bernama Rai.

Lo siapa sebenernya, Rai? Leo membatin dengan rasa penasaran yang sudah tak dapat dibendung lagi.

"Lo tahu kira-kira siapa si Rai itu?" tanya Sandy dengan wajah horor. "Gue jadi mikir kemana-mana ini, Le. Nggak mungkin pengagum rahasia lo itu ... makhluk gaib, 'kan?"

Leo langsung melotot padanya. "Ya nggak mungkin, lah! Itu lebih mustahil lagi!" Kemudian, dia segera beranjak dari kursi kantin.

"Eh, eh, mau ke mana lo?" tanya Sandy heran.

"Ke satu-satunya tempat dimana gue bisa mencari tahu."

"Gue ik—heh, jangan tinggalin gue, Le!"

---

(6 Februari 2018)

From Leo to Rai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang