HANA hanya bisa menundukkan kepala karena sejak tadi Leo terus menatapnya lurus-lurus dengan ekspresi yang tidak dia mengerti.
"Kenapa nyari aku?" tanya cewek berambut lurus sepunggung itu dengan takut-takut. Dia masih tidak menyangka ketika Leo, cowok yang pernah dia sukai di kelas sepuluh, tiba-tiba datang ke kelasnya; mencarinya.
Leo yang duduk di hadapan cewek itu sambil bersedekap samar-samar mengernyitkan alis. Aku? Tipikal Hana, sama seperti di suratnya. Tapi, belum tentu dia orangnya. "Gue mau menanyakan beberapa hal sama lo. Dan gue harap, lo mau jawab dengan jujur."
Yang ditanya tampak bingung sesaat sebelum menormalkan kembali raut mukanya dan mengangguk. "O-Oke."
Cowok itu memindahkan lengannya ke atas meja dan berdeham. "Sejak kapan lo suka menggambar?" Merupakan pertanyaan pertamanya.
Hana menggeleng, membuat Leo menautkan alis. "Aku nggak pernah suka menggambar, kamu kan tahu sendiri, Le? Kalaupun suka, aku nggak akan pernah ngasih kamu alat-alat gambar karena aku sendiri butuh itu."
Dari jawaban itu saja langsung membuat Leo yakin bahwa apa yang membuatnya ragu sejak tadi baru saja terjawab. Orang yang tidak suka menggambar takkan mungkin bisa menciptakan sketsa wajahnya semirip itu.
Leo pun memejamkan mata sejenak dan mengembuskan napas. "Lo mau tahu sesuatu?"
"Apa?" tanya Hana.
"Beberapa hari ke belakang, gue surat-suratan sama pemilik loker 275," ujarnya. "Elo, 'kan?"
Kedua mata Hana membulat. "Iya, itu lokerku. Tapi, aku nggak pernah surat-suratan sama kamu, Le."
"Nggak mungkin. Lo pemilik lokernya, lo pikir selama ini yang ngebales surat gue itu siapa lagi selain lo?"
"Beneran, Le. Bukan aku. Aku nggak tahu apa-apa. Aku nggak pernah dapat surat apapun, apa lagi dari kamu."
"Jangan bohong, Han. Dari awal gue udah bilang, lo harus jawab dengan jujur."
"Dari tadi aku udah ngomong jujur, Le. Terus aku harus jawab kayak gimana lagi?"
Dari sorot matanya, Leo tahu bahwa Hana memang benar-benar berkata jujur. Dan semua ini membuatnya semakin frustasi. "Terus siapa, Han? Lo yang punya loker itu, tapi siapa yang balesin surat gue?"
"Eum, kayaknya kamu salah paham, Le."
"Salah paham gimana maksud lo?"
"Sebenernya, loker itu emang punyaku, tapi dari awal aku nggak pernah pakai loker itu karena aku merasa nggak butuh." Hana memberi jeda sebentar. "Jadi..., sekarang yang pakai loker itu temenku, karena udah lama dia kehilangan kunci lokernya sendiri."
---
(19 Februari 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Leo to Rai [END]
Short StorySebuah buku sketsa tanpa identitas Leo temukan dalam lokernya di ruang seni. Awalnya, Leo sama sekali tidak peduli. Hingga dia mendapati sebuah sketsa tak terduga di antara banyaknya gambar yang telah tercipta. Leo pun bertekad untuk mencari tahu s...