Koto Gasib, Siak- Provinsi Riau.
Langit Riau terlihat indah di siang menjelang sore, kicauan burung saling bersautan memberi kabar kepada dunia , kalau akan ada cerita di balik awan-awan putih yang terus berarak dengan anggunnya.
"Kamu harus masuk pesantren !" Ucap seorang Ayah tegas.
"Saya tidak mau masuk pesantren, di pesantren tidak bebas !" Jawab Aran menolak keinginan ayahnya.
"Kalau kamu ingin hidup bebas , tidak ada kata sekolah , tidak ada kata minta uang jajan ! hidup saja di jalannan, sana !" Ucap ayah dengan nada tinggi.
Marahnya orang tua untuk kebaikan anak, ia tidak ingin anaknya menjadi rusak akibat pergaulan-pergaulan bebas di luaran yang tidak dapat lagi terkontrol, jika di biarkan akan mengerogoti ahklak muda-mudi penerus generasi islam. Jika sudah digerogoti dan rusak, siapa yang akan menjadi ujung tanduk penerus Islam nanti.
"Bu, Aran tidak mau masuk pesantren" Kali ini Aran memohon kepada ibunya, untuk membujuk sang ayah agar tidak lagi menyuruh ia masuk ke pesantren.
"Ayah kamu marah seperti itu , demi kebaikan kamu nak, dia tidak ingin kamu terjerumus dalam pergaulan bebas!" Jawab ibu dengan nada lembut, akan tetapi tetap berusaha meyakinkan hati Aran.
"Tapi kenapa harus kepesantren ?," Tanya Aran lagi masih kurang puas dengan jawaban ibunya barusan.
"Karena disitu kamu akan mengerti makna hidup yang sebenarnya nak" Jawab Ibu dengan lembut.
"Kamu harus buktikan sama ayah kamu, kalau kamu bisa hidup mandiri dan berhasil di Pesantren"
Aran hanya diam menundukan kepalnya, dengan berusaha menahan air mata, agar tidak terlihat oleh ibu yang sangat sayang dengan dirinya.
Nardi...
Begitu juga dengan Nardi ,anak pertama dari empat bersaudara ini harus mengikuti apa yang di harapkan oleh kedua orang tuanya, yaitu mondok di pesantren. Ia juga sempat membrontak tidak ingin di masukkan kepesantren.
"Kau itu anak bapak yang paling besar, bapak mau kau nantinya menjadi contoh buat adik-adik kau!" Ucap Ayahnya Nardi dengan logat batak yang begitu kental
"Tapi aku tidak suka sekolah kepesantren itu pak, disana aku nanti tidak di bolehkan membawa motor, Nardi kan mau jadi pembalap, pak!" Jawab Nardi berdalih.
"Kalau masalah motor , tenang saja lah kau, nanti ayah belikan kau motor yang bisa membawa kau kesurga," Ucap sang ayah.
"Tapi kenapa pulak harus di pesantren?"
"Karena nanti kau akan sering mengunakanya di sana ,"
"Motor apa pulak itu pak?" Tanya Nardi penasaran.
"Sudah, kau masuk saja kepesantren, nanti kau pasti tahu sendiri" Jawab si ayah sembari meningalkannya .
Setelah sosok ayah menghilang dari hadapanya , barulah Nardi seperti memikirkan sesuatu.
" Motor apa yang bisa membawa aku kesurga, ada-ada saja si bapak ini," Ucap Nardi lirih sambil geleng kepala teringat ucapan ayahnya.
Dihari keberangkatan, barulah Nardi paham dengan ucapan ayahnya beberapa waktu lalu. Kalau motor yang ia maksut adalah sejadah. ( Terbang tuh, pakai sejadah seperti Aladin Wkwkwk ).
Ternyata selain Aran dan Nardi ada yang bernasip seperti mereka berdua, yaitu Ito dan Wawan ,anak asli tanah Riau, orang tua mereka berdu adalah adik kakak, pekerjaannya buruh tani di salah satu desa disana.
"Jadi apak kau ini, akan masuk kan engkau orang ke pesantren, apak ingin kau jadi anak yang sholeh, tak macam anak-anak sekarangni, yang tak punya lagi sopan santun dan juga budi bahasa," Ucap Ayah Ito sambil mengelus pundak anaknya .
"Kenapa harus di pesantren pak ? di sekolah umum pun saya bisa jadi anak Sholeh," Jawab Ito.
"Bapak ngkauni, tak yakin dengan kehidupan luar yang semakin bebas, kau bisa jadi orang baik, lagi pula di pesantren kau akan lebih enak belajar agama" Bujuk Ayahnya Ito.
"Kau akan masuk pesantren tak seorang saja , Wawan anak pakcik ngkau juga masuk Pesantren,"
Ito hanya diam tiadak berkata apa-apa , karena ia tahu kehidupan orang tuanya yang serba pas-pasan, pas untuk hidup sehari-hari saja.
Dengan langkah sedikit lari, Ito menghampiri Wawan kerumahnya, namun sampainya ia di depan pintu, terdengar seperti ada keributan dari dalam rumah Wawan.
" Wan, kau turuti apa kata ayah kau itu, kami ini hanya nak kau jadi anak sholeh yang bisa mendoakan kami jika dah tiada nanti," Ucap Maknya Wawan terdengar oleh Ito dari luar rumah.
"Wawan tidak suka kalau harus masuk sekolah Pesantren," Jawab Wawan sambil berlari keluar rumah.
Ito yang melihatnya ikut mengejar , ternyata langkah kaki Wawan terhenti di sebuah pohon rindang yang tidak jauh dari rumahnya.
"Tidak bagus kau kabur dari rumah seperti itu, Wan," Ucap Ito duduk tepat di sampingnya.
"Saya tidak mau di masukan ke pesantren "Jawab Wawan tampak air mata mengalir di sela pipinya yang masih mungil.
"Aku juga sama seperti kau Wan, ayah aku ingin kalau aku melanjutkan sekolah ke pesantren juga,"
"Tapi kenapa orang tua kita memaksa kita masuk kepesantren, apa mereka tidak sayang sama kita," Tanya Wawan kepada Ito.
"Kalau di piker-pikir memang benar apa yang di katakana oleh orang tua kita Wan, mereka ingin kita jadi anak yang sholeh , anak yang pandai mengaji," Jawab Ito ,Wawan sedikit mengerutkan dahi mendengar ucapan Ito yang tiba-tiba menjadi bijak.
Ternyata ada lagi anak yang bernasib seperti mereka yaitu Yogi dan Madan ,namun yang sama hanya nasibnya saja, kalau mereka akan sama-sama di masukan kepesantren, bukan karena tidak punya harta ,tapi karena hal yang sama di utarakan oleh orang tua Aran, Nardi, Ito dan Wawan .
Yogi dan Madan lahir dari keluarga yang sedikit di beri kelebihan Harta oleh Allah ,jadi hidupnya tidak sesusah temanya yang lain .
Tapi menurut orang tua mereka harta bukan segala-galanya. Tapi anak yang bisa mendoakanya ketika sudah meningal nanti itu adalah hal yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesantren yang Hilang (Completed✔️)
HorrorSuara guruh yang bergema mengikuti cahaya kilat turut menambah suasana menjadi semakin menakutkan. Di balik suasana yang mengerikan itu, para santri malah merasa senang, karena sudah lama mereka tidak mandi dengan air bersih. Sekitar dua minggu sebe...