Cuaca siang itu sangat bersahabat dengan mahluk Allah yang lainya , langkah kaki mungil mulai memasuki gerbang pesantren , dengan langkah bimbang dan berat Aran kini sudah menginjakkan kaki di bumi pesantren, rasa yang tidak dapat di gambarkan waktu itu, karena ia harus berpisah dengan orang -orang yang ia sayangi untuk sementara waktu."Nak, kamu harus ingat ayah dan ibumu ini sudah tua, kita tidak tahu kapan Allah akan mengambil kami berdua, hanya Doa mu yang kami harapkan, bukan harta yang melimpah," Ucap ibu membuat air mata Aran tidak dapat lagi terbendungkan.
"Jangan nakal, jangan tinggalkan sholat,ayah dan ibu sudah menitipkan kamu dengan Ustad, kamu harus patuhi apa yang dikatakan oleh Ustad, karena beliau adalah pengganti kami,"
Aran hanya menganggukan kepalanya dengan wajah yang masih merah padam karena berusaha menahan Air mata yang memaksa keluar dari pelupuk mata.
"Ayah dan ibu pamit pulang dulu, ingat, hanya doamu yang kami harapkan, bukan keluh kesahmu, Asalamaualaikum," Ucap Ibu di akhir pembicaraanya, sambil berlahan meningalkan Aran yang masih berdiri di gerbang pesantren.
Sepeda motor sudah membawa ayah dan ibunya pergi dari sisinya ,sejenak ibu menoleh kebelakang memandang sosok Aran yang masih tetap berdiri, sambil terus memandang ayah dan ibunya yang berlalu pulang.
"Ibu...ayah....!!, " Teriak Aran sambil berlari mengajar sepeda motor yang sudah melaju jauh meningalkannya ( Cak elah, mirip filem-filem India, romantis, hehe ).
Kini ayah dan ibu sudah hilang dari pandanganya, Aran terduduk di jalanan sambil terus menagis meratapi hidup yang akan ia mulai di Pesantren. Namun terdengar langkah kaki berjalan mendekat kearah Aran yang masih saja menagis.
"Bangunlah !, di sini adalah jalan kamu untuk membalas semua jasa ayah dan ibu kamu, di sini kamu akan mendapatkan berjuta cerita yang akan kamu kenang sepanjang masa," Ucap seorang laki-laki yang berpakaian rapi sambil mengelus rambut Aran dengan lembut.
"Lihatlah di sana , banyak teman yang akan menjadi saudara baru kamu,!" Ucap Ustad sambil menunjuk santri-santri yang berlalu lalang di depan asrama.
"Kenalkan nama saya Ustad Hamdan, nama kamu siapa ?" Tanya Ustad Hamdan memasang wajah Ramah.
"Aran Ustad," Jawabnya singkat."Nama yang begitu bagus, sekarang masuklah keasrama ,itu tempat kamu sekarang," Ucap Ustad memberi tahu Aran di mana letak Asramanya, lalu tidaklama setelah itu Aran tidak meliha beliau lagi.
Asrama yang tidak begitu besar, namun cukup untuk puluhan santri baru. di sana hanya ada lemari yang berbaris bersandar tembok dan terlihat juga ada tumpukan kasur yang tersusun rapi di bagian tengah asrama.
Setelah menyusun rapi pakaianya di dalam lemari, Aran keluar Asrama menuju sebuah tempat duduk di bawah pohon yang rindang, di sana ia melihat ada seorang santri yang juga duduk sambil membaca Al-Quran, namun tampak ada air mata yang mengenang di pelupuk matanya. Aran mendekat kearah anak itu dan berkata.
"Suara kamu bagus sekali, pasti orang tua kamu senang mempunyai anak seperti kamu yang pandai membaca Al-Quran," Ucap Aran sambil menatap wajah santri yang juga duduk di pohon rindang tadi
"Terimaksih " Jawabnya singkat"Kenalkan nama saya Aran," Kata Aran sambil menyodorkan tanganya ,( Sok akrab !! ) lama santri itu menjawab pertanyan Aran.
"Nama saya Wawan,"Jawabnya sambil menyambut uluran tangan Aran
" Kamu kenapa menagis ?," Tanya Aran melihat ada sisa air mata di pipi Wawan. Ia berusaha mengusap air matanya dan menyembuyikan segala rasa yang ada di dadanya.
"Aku juga santri baru seperti kamu, berat rasanya harus berpisah dengan orang tua, tapi di balik kesedihan itu, akan ada cerita indah di akhirnya,begitu kata Ustad Hamdan" Hibur Aran menegarkan Wawan.
Asik berbincang , suara Azan berkumandang terdengar di penjuru Pesantren, Aran dan Wawan bangkit dari duduknya dan bergegas untuk sholat Asyar berjamah. mulai saat itu mereka dekat, apa lagi di saat tahu mereka berada di satu kelas yang sama. Jadi mereka akan sering bertemu dan bertukar cerita.
" Ada tugas Al-quran, kamu sudah mengerjakanya ?," Tanya Aran kepada Wawan
" Belum, saya baru hafal setengah Ran," Jawabnya
" Sama saya juga belum Hafal, padahal malam tadi saya berulang-ulang sudah membacanya, tapi belum hafal juga ," Tambah Aran
" Bagai mana kalau sore ini kita Hafal lagi , kamu menyimak hafalanku dan aku juga menyimak hafalan kamu Akhi," Ujar Wawan.
" Boleh juga tuh, ide yang bagus," Jawab Aran menyetujui ide dari Wawan
Sore menjelang senja Aran dan Wawan sudah berada di sebuah anak tangga masjid untuk menghafal. dengan terus membaca berulang-ulang dan bergantian menyimak hafalan masing-masing.Seperti biayasanya, setiap selesai sholat Asar berjamaah seluruh santri berolah raga di lapangan hijau yang ada di lingkungan pesantren.
Sore itu Wawan mengorbankan waktu olah raganya untuk menghafal pelajaran, karena nanti malam setelah isya sudah harus di setor kepada wali kelas. lain halnya dengan Aran yang tidak begitu menyukai oleh raga, jadi ia tidak tergangu dengan teriakan santri lain yang berada di lapangan hijau pesantren tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesantren yang Hilang (Completed✔️)
HorrorSuara guruh yang bergema mengikuti cahaya kilat turut menambah suasana menjadi semakin menakutkan. Di balik suasana yang mengerikan itu, para santri malah merasa senang, karena sudah lama mereka tidak mandi dengan air bersih. Sekitar dua minggu sebe...