Chapter 6

40.3K 2K 71
                                    

Sisi Hati Seorang Ayah

Diruangannya Arsyad menatap laptopnya dengan pandangan kosong, jemarinya memainkan pulpen sambil dia ketuk-ketuk pulpen itu diatas meja. Pikiran yang mengulang kejadian yang baru saja dia alami. Kejadian biasa saja tapi cukup membuat hatinya terasa sakit. Entah karena wanita itu pernah ia lecehkan secara mental atau harga dirinya yang tercoreng ketika wanita itu mampu menjawab pertanyaan yang bahkan membuat professor di rumah sakitpun tercengang.


10.45 WIB
Ruang Diklat Mayapada International Hospital

"Serius ? gak ada yang bisa jawab ? Macbook ini . Kalian lebih memilih ngerjain karya tulis ?" Ucap Arsyad penuh percaya diri.

"Saya, bolehkah saya mencoba menjawab pertanyaan yang dokter berikan ?" Suara lembut itu membuat Arsyad tertegun sesaat.

"Bisa apa kamu ? bidan tahu apa ? ini kasus bedah jantung !"

"Dokter tadi bilang membebaskan siapa saja menjawab asal bukan staff rumah sakityang lama kan ? makanya saya menawarkan diri saya menjawab pertanyaannya dokter. Itupun jika dokter tidak ingin menjilat ludah dokter sendiri."  Dilla menjawab Arsyad penuh dengan percaya diri.

"Saya bukan pria seperti itu, silahkan saja jawab jika memang kamu tahu, atau saya harus mengulang pertanyaannya ?"

"Cukup dok, saya akan langsung menjawab." Jawab Dilla sambil menundukan pandangannya dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim.

Arsyad Menatap Dilla dengan pandangan yang tidak ia ketahui artinya. Sesuatu dalam hatinya bangkit dan entah apa hal itu.

"Pertama, selesaikan dulu masalah paru-parunya. lakukan BTA, Tes darah, Berikan Antibiotik dan Obat pneumonia sendiri. Setelah masalah teratasi lanjutkan prosedur untung Operasi."

"Setelah membelah dada pasien, maka masukan canula dan siapkan mesin jantung, hal ini memakan waktu 3 jam."

"Membuat irisan ke jaringan halus bagian perut, kemudian pindahkan baterai, TET, dan pengendali dan menjahitnya kembali dalam waktu 45 menit."

"Pindahkan jantung buatan lama dalam waktu 2 jam."

"Memasukan jantung buatan baru dalam waktu 2 jam"

"Hentikan perdarahan dalam waktu 1 jam, dan menutup kembali dada dalam waktu 1 jam."

"Totalnya 9 jam 45 menit, tapi kita harus meminimalkan waktu menjadi 7 jam mengingat kondisi pasien yang memiliki penyakit lain dan usia yang sudah tua. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan."

"Maka kita harus mengikis waktu yang ada sebanyak 2 jam 45 menit."


************ ARSYAD MEMATUNG************

Tiba - tiba seseorang berdiri dan bertepuk tangan diikuti dengan yang lainnya, dia adalah Direktur Utama Mayapada International Hospital. Anton Bargantara Kusuma, seorang ahli bedah jantung yang dicari hingga mancanegara memberikan standing applause pada wanita muda yang berhasil membuat mulut anaknya membisu.

"Jadi, siapa dan dari departemen mana kamu berasal nak ?"

"Saya Dilla pak, dari Kebidanan." jawabnya sambil membungkukkan badannya yang merupakan menunjukan sikap hormatnya.

"Cerdas. Kamu cerdas mampu membungkam Dokter angkuh itu. Darimana kamu bisa mengetahui semua prosesnya, nak ?" matanya meledek pada putra nya yang tengah merasa kesal pada ayahnya sendiri.

"Saya tidak yakin saya cerdas, dan saya tidak yakin bapak juga akan senang mendengar jawaban saya."

"Mana mungkin tidak cerdas, kalau kamu bisa menjawab yang dokter lainpun tidak bisa jawab."

"Sa.. Saya.. mengetahui dari salah satu Drama Korea yang saya tonton, kasusnya sama hanya beda usia pasien saja."

"Serius nak ?" Mata Anton yang tidak percaya, diikuti dengan yang laiinya yang syok akan jawaban Dilla.

"Iya dok, saya mengetahui kasus ini dari Drama Korea Romantic Doctor, Teacher Kim kalau saya tidak salah ingat penuturan ini ada di episode 14." jawab Dilla sambil menggaruk tengkuknya.

"Ha.. Ha.. Ha.. baru kali ini saya melihat ada seseorang yang mendapatkan pembelajaran besar dari menonton drama korea, kamu luar biasa, dan pandangan saya kalau kamu cerdas itu tidak berubah. Bahkan mungkin yang lain hanya menikmati drama untuk kesenangan saja, bukan untuk belajar."

"Kemarilah, dan ambil Macbook ini, dan kalian semua belajarlah dengan giat jika memang hendak menjadi dokter yang sukses, dimanapun kalian bisa dapat pembelajaran ambillah pembelajaran, jangan lihat siapa yang memberikan tapi apa yang di berikan. Dan kalian semua bebas dari karya tulis yang saya perintahkan." Kata Arsyad diikuti dengan pandangannya yang memutar ke area diklat.

"Ambil nak, itu milikmu, atau mungkin dia juga akan jadi milikmu." senyum Anton

"hah ? " Jawab Dilla dengan kebingungan tapi tetap melangkahkan kakinya menuju Arsyad.

"Dokter Diaz, pelihara dengan baik bidan yang kompeten ini, dan jangan halangi jika dia ingin menonton drama asal dia jadi pintar, anaknya kelak berhak lahir dari ibu yang pintar hahaha." tambah Dirut itu sambil meninggalkan ruangan Diklat.

"Siap Pak Direktur ^^7." Jawab Diaz seraya memberi hormat. Diaz pun memberikan 2 jempol pada Dilla karena puas dengan Bidannya itu.

"Ini milikku. Pakai dengan baik, dan terus belajar." Kata Arsyad dengan lembut membuat Dilla tidak percaya.

"Terimakasih, dokter."

****

Seketika Arsyad meninggalkan ruangan Diklat, dan tanpa ia sadari Ayahnya sedang memandangnya dari kejauhan.

"Kau akan mencintai dia, nak. Mungkin dia sosok yang kau cari selama ini. Aku takkan egois lagi hingga membuat duniamu hancur untuk kedua kali." Ucap Anton lirih saat melihat bahu anaknya menjauh, ia pun menghapus genangan air mata sebelum dilihat oleh orang lain.


****

Double Up...

Ada apa yah ? Ada apa sama Ayah Anton ? emang Ayah anton ngapain sampe bikin anaknya jadi begitu huhuhu.


My Stone Doctor (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang