Chapter 7

43.3K 1.9K 38
                                    


Dia Berbeda

"Katanya sih cewek berhijab gitu, tapi tengil". Ucap salah satu co-ass

"biasa aja sih, tapi kalau gak salah dia yang tempo hari diomongin sama anak-anak rekam medis, yang dipeluk dr. Arsyad di Tukang ketoprak." Sahut lainnya.

Kuping Genoa mulai memanas, mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Genoa merasa harga dirinya diinjak-injak anaknya Presdir itu. Apalagi dia dikalahkan oleh seorang wanita yang rasanya sangat jauh dibawah standar dirinya, berhijab lagi.

"Ada lagi gak yang bisa diomongin selain masalah dr. Arsyad, gak ada yang hits lagi apa ?" jawab Genoa yang sebenarnya sedang merasakan amarah dan cemburu secara bersamaan.

Seketika hening, kawan-kawan Genoa itu seperti menjadi ekor dan tidak berani membantah. Tapi keheningan itu pecah saat dr. Faqih Syahid datang ke ruang Co-ass bersama dr. Kar yang notabene merupakan kawan lama di Serambi Mekah.

"Jadi lu kenal sama Dilla udah dari tahun 2015 ? Karena pernah satu klinik ?". Faqih masih menatap tidak percaya.

"Yup, dia beda dari kawannya yang lain, dia supel, gesit dan ngerti bola".

"Dilla ngerti bola ? Serius ? Tahu dari mana lu?"

"Iya, Dia hafal klub-klub Liga Inggris sampe pemain-pemain andalannya. Gw pernah dines malem bareng sama dia pas Liga Inggris lagi maen dan dia nyerocos rame banget ngomentarin bola" Sahut Kar sambil menarik kursinya.

"Dia berbeda, mungkin dia jawaban yang selama ini ditunggu" Jawab Faqih yang masih tidak peduli Co-ass nya sedang menguping.

"Nungguin apaan bro ?" Arsyad masuk ruangan, dan membuat kedua kawannya menutup mulut rapat-rapat.

"Ahh, itu si Kar nungguin pujaan hatinya makanya belum pulang." Jawab Faqih sambil mengedipkan sebelah matanya.

"ohh"

Jawaban dari Faqih hanya dijawab datar oleh Arsyad, seolah Arsyad tahu siapa yang sedang pria itu bicarakan. Hal tersebut memicu tawa halus kedua temannya. Sedangkan Genoa, menatap Arsyad tanpa berkedip mengharapkan Arsyad mampu menatap balik padanya dan merasakan betapa dirinya merindukan Arsyad secara penuh. Tapi semua sia-sia.

Arsyad tetap menatap laptopnya dengan seksama, tanpa memikirkan apapun. Ah ada yang dia pikirkan, sosok wanita yang mengganggu dia belakangan ini, mengganggu pikiran dan akal sehatnya.

...

Rumah Keluarga Bargantara

"Apa Arsyad masih gak mau pulang kerumah, mah ?" Tanya Aditya Bargantara, satu-satunya kakak laki-laki yang Arsyad punya.

"Mungkin dia masih butuh waktu."

"Waktu? Waktu buat menghancurkan dirinya sendiri? Dan kita hanya bisa diam saja?"

"Lalu mama harus apalagi Adit? Dia tetap tidak pulang kerumah meski mama sakit. Setidaknya mama ingin melihat dia dirumah lagi, bukan sekedar singgah saat papa tidak ada."

"Semua memang salahku, aku yang memaksakan kehendakku sehingga membuat anak kita hancur." Jawab Anton, ayah Arsyad yang masih mengutuk dirinya meski sudah 5 tahun kejadian itu berlalu.

"Paa.. sudah lupakan kita kubur saja semua"

"Kita mengubur? Mudah. Tapi bagi Arsyad semua luka itu tidak pernah bisa dikubur. Justru yang terluka dalam adalah anak kita. Bukan kita."

"Tapi entah beberapa waktu ini, aku merasa luka Arsyad akan segera pulih, ma." tambah Anton.

"Maksud Papa?"

My Stone Doctor (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang