Kembalilah
Rasa khawatir dalam dadanya terus menyesakkan, mengetahui bahwa Arsyad tengah demam hingga satu minggu dan menolak dirawat dirumah sakit membuat Dilla diliputi rasa bersalah. Dan hari ini untuk pertama kalinya Arsyad memasuki rumah sakit, hal pertama yang ingin dia lakukan adalah menemui wanitanya. Wanita yang sangat dia rindukan selama satu minggu ini. Tetapi begitu melihat dirinya, Dilla menghindar menjauh. Arsyad berhasil menetralkan kembali perasaannya, dia melenggangkan badannya keluar ruang poliklinik dan memasuki mobilnya, ia memilih menenggelamkan dirinya didalam mobil dan kemudian melajukan mobilnya kea rah yang tidak dia ketahui.
Matanya tertuju pada sebuah rumah ibadah yang sudah lama tidak ia kunjungi, yang dulu selalu menjadi tempatnya menenangkan diri. Arsyadpun memarkirkan mobilnya kedalam dan menghirup sejuknya udara Mesjid Raya Bogor. Matanya tertuju pada pelataran yang dulu selalu menjadi tempat kesukaannya, ia pun melenggangkan badannya ke pelataran karena memang belum saat ia sholat, ya.. sholat, Arsyad sudah lama tidak merasakan kedamaian saat sholat semenjak kejadian lima tahun lalu itu.
Arsyad memegang erat pagar pelataran, ia memejamkan matanya dan merasakan hembusan angin kencang yang menerpa wajahnya. Angin itu seolah membawa seluruh kegundahannya terbang dan meninggalkan dirinya dengan sebuah ketenangan. Saat ia merasa waktu sholat ashar pun telah dekat, ia melenggangkan kakinya ketempat wudhu pria, tetapi tertahan ketika ia melihat sosok wanita yang sangat ia kenal, wanita yang akan berpapasan dengannya. Arsyadpun menyembunyikan dirinya, karena tidak ingin wanita itu melihatnya dan pergi menjauh seolah ia sedang dikejar penculik. Dan ketika wanita itu berlalu, lagi-lagi ia hanya mammpu melihat punggungnya yang menghilang diantara wanita yang hendak mengambil wudhu di tempat wanita.
Diujung sholatnya, ketika salam telah ia lakukan, ia menengadahkan tangannya penuh, memejamkan matanya, bahkan bibirnya pun tidak dapat berkata apa-apa, ia berbicara dengan bahasa hati kepada Rabbnya dan tetesan air matapun mengalir deras. Ketika ia selesai bermunajat, ia kembali membumikan dirinya. Bukankah ada yang pernah bilang, bila kita berdoa dengan sujud itu sama dengan bisikan kita dibumi tapi terdengar hingga langit. Saat ia hendak berdiri, bahunya ditepuk oleh seseorang yang tak ia kenal.
"Kau datang ketempat yang tepat, nak." Ucapnya sambil tersenyum lalu meninggalkan Arsyad yang masih kebingungan dengan kata-katanya.
Arsyad urungkan dirinya keluar dari mesjid karena merasa takut bertemu Dilla, dan malu juga karena matanya kembali sembab. Ketika ia rasa Dilla sudah pulang, Arsyadpun memberanikan dirinya untuk keluar dan membeli beberapa makanan karena perutnya sudah mulai lapar. Dirinya menyebrangi jalan, yang dia ingat dulu didepan ADA Swalayan itu ada siomay dengan cita rasa yang tinggi. Disaat yang sama mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya berjalan dan Arsyad tidak memperhatikan hal itu. Sementara orang-orang di belakangnya sudah histeris, termasuk salah satu wanita. Dilla. Ya.. wanita itu melihat pria yang ia kenal, pria yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
Dilla POV
"Bukankah itu dr. Arsyad ? Sedang apa dia disini ?"
Sebenarnya Dilla mengetahui keberadaan Arsyad saat ia masih dipelataran, dan saat mereka hendak berpapasan pun Dilla sudaha melihat dirinya dan melihat bahwa Arsyadnya menghindar. Hatinya tersentuh. Seolah mengerti apa yang Arsyad lakukan adalah demi kebaikannya.
Dan kini Dilla mematung, kakinya sulit digerakkan ketika ia melihat ada mobil yang melaju cepat siap menyambar prianya. Dilla berlari. Tapi terlambat.
Tubuh Arsyad terpelanting jauh, bahkan darahnya ikut terbang hingga menghiasi baju Dilla yang kini tengah berada dekatnya. Tubuh Dilla membeku, kakinya lemas tak mampu menahan bobot tubuhnya lagi.
"Mas Arsyaaaaaaaaaaaaaadd !!!!" Dilla sudah melupakan dirinya yang tengah lemas dan berlari mendekati pria yang dia cintai.
"Mas.. Mas.. Aku mohon sadarlah, Mas."
"Mas, maafkan aku membuatmu hancur, tapi kumohon jangan tinggalkan aku."
"Mas.. kembalilah, aku mohon. kembalilah"
Dirinya terus meminta Arsyad untuk membuka mata, mengusap wajah yang penuh darah dan memeluknya erat diaspal yang kini berwarna merah.
"Aku mencintaimu.. aku mohon kembalilah.. jangan tinggalkan aku, aku takkan sanggup kehilangan 1 kali lagi, aku mohon."
Arsyad membuka matanya sedikit, seolah mendapatkan kekuatan. Ia mendengar suara lembut dari wanita yang sangat ia sayangi.
"Pneumothorax" lirihnya
"Kau ?"
"Tension Pneumothorax, sayang." Ucapnya memanggil Dilla sayang, ia tak dapat menunjukkan dimana seharusnya wanitanya menusukkan jarum. Karena ia terlalu lemah.
Dilla pun segera mengambil Jarum (Needle) ukuran 16 dan ragu untuk menusukkan ke dada pria yang sangat dia cintai ini. Tetapi ketika Arsyad memuntahkan darah, dirinya tanpa ragu lagi memasukkan jarum besar itu ke bagian rongga Pleura.
Sesaat saat jarum itu sudah masuk, Arsyad mampu menarik nafas lega. Wajahnya masih dibelai dengan lembut oleh Dilla. Entah mengapa, meskipun dirinya tahu keadaannya buruk, dia yakin akan bisa kembali kesisi Dilla.
"Aku mohon bertahanlah. Aku mohon." Masih dengan membelai wajah penuh darahnya Arsyad.
"Aku akan kembali lirihnya." Tangannya terangkat, membelai pipinya Dilla dan seketika ia tidak sadarkan diri.
Isak tangisnya semakin kencang, mengingat ambulance tidak kunjung datang. Terlebih rute Bogor jadi rumit dan putar-putar semenjak ganti walikota baru. Dilla memaki siapun yang menyuruhnya sabar.
Arsyad POV
"Kau memanggilku ? Atau halusinasiku saja ? Kau meneriakan namaku ? Mas Arsyad katamu ? mungkin ajalku sudah dekat hingga mampu menghayalkan seperti ini."
"Kau menghampiriku, sweatheart ?"
"Kau mengatakan, kau mencintaiku."
"Bidanku memang pandai karena nonton korea, kau menyelamatkan nyawaku, sayang."
"Aku berjanji aku akan kembali, menemanimu dan memulai kisah baru. Aku berjanji."
Semuanya hanya mampu Arsyad katakana dalam hati karena dirinya sudah tidak sanggup berkata-kata lagi. Terakhir saat dia bilang dia akan kembali, ia mampu menatap wajah kekasihnya dan membelai pipinya dan menghapus air mata Dilla yang menetes bagaikan air terjun.
"Aku mencintaimu." Lirihnya.
****
Pinjem Foto babang Jong suk dulu yaaa..
Soalnya Dilla terinspirasi dari drama ini makanya dia bisa selametin kekasihnya itu gengs..
Love,
Dee
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stone Doctor (COMPLETE)
Storie d'amore#1 Newbie 09/05/2018 Bijak memilih bahan bacaan !! Arsyad Bargantara M (31 tahun) Seorang dokter bedah jantung termuda di Asia, reputasinya dalam dunia kedokteran sudah tidak perlu diragukan, orang yang ingin dioperasi olehnya harus membuat janji te...