Bongkahan Masa Lalu
"Bagaimana keadaan Arsyad dokter?" Ucap Mama Arni ketika melihat dokter keluar dari ruang Operasi di Siloam International Hospital.
"Arsyad sudah melewati masa kritisnya, bu. Beruntung Arsyad mendapatkan penolongan pertama yang tepat dari nona yang ada dipojok sana," Jawab dokter bedah thorax.
"Terimakasih dokter." Mama Arni menghampiri Dilla yang menangis sejadi-jadinya, yang terus mengutuk dirinya sendiri. Semua karena kesalahannya.
"Sayang.. Dokter bilang Mas Arsyadmu baik-baik saja. Arsyad bisa marah sama Mama kalau membiarkan wanita yang dia cintai menangis seperti ini." Mama Arnipun memeluk Dilla erat dan mengusap sayang kepalanya.
"Aku yang buat mas Arsyad kecelakaan tante."
"Ssstt.. tidak sayang tidak, kan bukan kamu yang bawa mobil itu, justru kamu yang selamatkan Arsyad, sayang."
"Tapi tante, mas Arsyad....." mulutnya ditutup oleh Mama Arni.
"Ssstt.. Jangan ngomong apa-apa lagi. Dan panggil aku, Mama jangan tante."
"Dan terimakasih sayang, sudah mengembalikan Arsyad kami. Terimakasih sayang."
Keduanya larut dalam pelukan penuh tangis. Keluarga Dilla yang baru hadirpun masih bertanya-tanya ada apa yang terjadi. Tapi tidak dapat bicara apa-apa saat melihat anaknya masih tersedu dalam pelukan seorang wanita.
"Nak. Pulanglah dahulu bersihkan badanmu, dan istirahatlah dulu. Biar Mama Arni yang menjaga Arsyad. " Ucap Mama Arni.
"Tapi ma..."
"Mama gak mau dibantah ya sayang. Arsyad juga gak akan suka, masa nanti Arsayd sadar kamu masih berdarah-darah gini."
"Baiklah ma, Dilla pulang dulu. Ma, Pa, Mas Adit, Mbak Naya, Asta. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Jawab keluarga Bargantara serentak.
"Hati-hati mbak iparku, mas Arsyad bakalan sembuh kok. Dia kuat." ucap Asta sambil memeluk Dilla.
Siloam International Hospital
Dilla membawa kartu VVVIP. Jadi dirinya dibebaskan untuk hilir mudik di rumah sakit jam berapapun itu. Pintu Kamar Edelweis terbuka sedikit dan ketika Dilla sampai didepan pintu, ia melihat sesosok anak laki-laki yang mungkin berusia 5 tahun menggenggam tangan Arsyadnya dengan penuh cinta.
"Papa, bangun.. Papa, Arka kangen sama papa. Papa jangan tinggalin Arka, Arka pengen dipeluk sama papa, papa kan udah lama gak ketemu sama Arka, gak peluk Arka. Papa...." Ucap anak kecil yang tengah menggenggam tangan Arsayd posesif.
"Dilla, itu... itu anak kandung Arsyad." Ucap Mas Aditya.
"Mas, Dilla pergi dulu yah.. nanti Dilla balik lagi, salam buat semuanya." Dilla memberikan bingkisan yang dirinya bawa ke Aditya.
"Dill.. Tapi.." Penjelasan yang hendak Aditya berikan tidak digubris Dilla yang sudah memasuki Lift.
Diruang Edelweis
"Dit, mana Dilla ?" tanya Naya
"Pergi.. abis liat.." matanya memberikan isyarat pada Arka, karena takut anak kecil itu mendengar.
"Dilla kayaknya syok, tadi dia denger semuanya."
"Ya Allah, gimana dong ? kita harus ngomong apa sama Arsyad."
"Kenapa Dit, Nay ? Dilla mana ?" Tanya Arni.
"Dilla pergi setelah lihat pemandangan seperti yang mama lihat disamping Arsyad, sepertinya Dilla salah paham ma."
"Arsyad.. gimana nanti saat Arsyad sadar, mama gak mau Arsyad benci sama Arka lagi."
Keluarga Bargantara menyalahkan diri mereka karena membawa Arka bukan disaat yang tepat, harusnya mereka dapat mengatur waktu untuk pertemuan mereka bertiga kelak. Tapi Arka juga berhak tahu kondisi Papanya bukan.
Disudut kamar Anton yang sudah mengirim pesan pada Dilla, diam-diam saja tak memberitahu pada keluarganya.
"Pa, kalau mas Arsyad sadar, pastikan Arka ada disampingnya, Dilla mohon. Dan meski Dilla gak disana, Dilla mohon kasih tahu Dilla perkembangan mas Arsyad dan beritahu juga kalau mas Arsyad sadar, Dilla gak kemana-mana, Dilla disini, Dilla Cuma gak mau ganggu kebersamaan mereka." Papa Anton tersenyum hangat.
"Dilla memang yang dibutuhkan Papa dan anak itu." Batinnya.
"Sudah, percaya sama Papa, Dilla gak seburuk itu." Papa mengedarkan HP nya untuk melihat pesan yang Dilla kirimkan. Semuanya tersenyum bahagia sambil memandang Arka dan Arsyad.
24.00 WIB - Ruang Edelweis
Ketika semua mata sudah terlelap, ada sebuah tangan yang mulai menggerakkan jemarinya. Ya.. Arsyad sadar, tepat saat Dilla tengah menggenggam tangannya dengan penuh cinta. Arsyad menatap bagaimana wanitanya tertidur dengan menggenggam tangannya erat. Diusapnya kepala gadis itu. Dia mengambil Rekam Medis miliknya untuk meyakinkan dirinya tentang pengobatan tepat yang diberikan. Bahkan Dilla sudah terlalu lelah hingga tidak menyadari bahwa pria yang dicintainya ini sudah sadar sepenuhnya. Menatapnya penuh cinta.
Arsyad POV
"Aku memenuhi janjiku sayang, aku kembali."lirihnya.
Seperti inikah setiap malam yang aku lewati kemarin, sehingga aku tertidur lelap dan hampir koma. Pantas saja aku terlelap. Karena ada sesosok yang mampu membuatku tenang. Tapi bagaimana aku menjelaskan padamu tentang keadaanku yang sebenarnya. Bagaimana aku mengatakan tentang kehadiran Arka. Aku benar-benar takut. Diusapnya wajah teduh itu dan ia kembali tertidur dalam keadaan yang sama. Tapi ketidaktenangan masih menggelayuti dirinya,
"Bagaimana jika Dilla tahu bahwa aku adalah Duda 1 anak, dan sudah meninggalkan anakku dipanti asuhan sejak ia bayi ?".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stone Doctor (COMPLETE)
Romance#1 Newbie 09/05/2018 Bijak memilih bahan bacaan !! Arsyad Bargantara M (31 tahun) Seorang dokter bedah jantung termuda di Asia, reputasinya dalam dunia kedokteran sudah tidak perlu diragukan, orang yang ingin dioperasi olehnya harus membuat janji te...