Bag 2. Terjebak

151 15 0
                                    

Lelaki itu tidak hanya memikat perhatian para perempuan di sekitarnya tetapi koleganya sesama lelaki juga sering menjadikan dia referensi fashion terbaru. Kemeja warna cerah dan seringkali tidak menggunakan dasi membuat Hendro, namanya, tampak Gentle dan sportif.

Acqua Di Parma yang tertebar di buku- buku kulitnya menyebarkan semerbak kesegaran sepanjang hari. Senyum khasnya yang lebar seakan sebuah pintu yang membuka setiap kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Matanya tidak jenaka, tetapi penuh kharisma yang membuat orang cepat terpesona. Satu, dua helai ubannya membuat Hendro tampak matang dengan pengalaman. Lelaki 39 tahun itu  seperti satu paket komplit dari strategi marketing. Yes, he has the look and the skills.

Presentasinya tadi agaknya sangat menarik perhatian audiensnya sehingga kantuk pun sepertinya tak sempat menyapa mereka.
Sebagai seorang Senior Marketing Staff, keluar kota menghadiri segala undangan seminar dan pelatihan menjadi makanannya sehari hari selama 3 tahun belakangan ini .

Jam 3 sore.
Merapihkan dokumennya, Hendro terlihat bergegas dan agak terburu-buru. Seminar 3 hari ini usai sudah, tetapi Bandung dengan segala isinya sangat menarik hatinya.  Selain Medan, kota ini adalah kota favoritnya karena dinamikanya yg memicu adrenalin.
Hawa yang sejuk di malam hari, meskipun tidak lagi sedingin 15 tahun yang lalu ketika pertama kali dia singgah di kota ini, obyek-obyek wisata, makanan yang menarik lidahnya, dan...gadis-gadis cantik muda penuh pesona dari Paris Van Java yg atraktif dan sedikit agresif  membuatnya tidak ingin cepat kembali ke Yogya.

Dan lagipula di Yogya, dia sedang berada dalam titik jenuh hidup dengan Endah, istri pilihannya sendiri.
Entah sejak kapan letupan letupan rasa yang menggebu gebu dalam bingkai asmara itu mereda. Rasa yang membuatnya rela mengejar Endah sejak mereka menjadi mahasiwa di UGM.
KINI....
Ritme yang berulang, hampir seperti sebuah gerakan yang dikendalikan remote control. Dia bosaaaaan.
Hidupnya semakin lama semakin terasa sepi. Setelah beberapa tahun bergaul dan bertemu dengan kolega kolega wanita, dia merasa Endah terlalu plain, sederhana. Tak lagi menantang. Dia akui, memang dia tak kuasa untuk tidak membandingkan istrinya dengan wanita wanita lain. Dan meskipunTak terbantahkan kalau Endah sangat mencintainya, tetapi ....entahlah.

Oh bukan dia tidak mencintai wanita itu lagi, hanya saja ketertarikannya pada istrinya mulai memudar tertelan waktu dan harapan memiliki keturunan yang tak kunjung usai.

Tetapi, Endah tak perlu tahu bahwa dia bosan. Tak perlu menambah drama, pikirnya. Toh dia bisa berbuat apa saja dan tidak menciptakan bara api di rumah tangganya selama tidak ada yg tahu.
Dan Hendro memilih petualangannya sendiri. Dia bisa memilih dan memulai serta mengakhiri petualangan apa pun yg dia mau . Asalkan tak ada orang yg disekitarnya yg tahu, lebih lebih istrinya.
.......

Semua sudah masuk tasnya, semua dokumen dan keperluannya.
satu kancing atas kemejanya dia buka dan lengannya digulung. Free time.
Melangkah ringan keluar ruangan menuju lobby hotel Waringin Indah .

..................

Hendro tersenyum lebar kepada wanita berambut pendek dengan postur badan yang tinggi. Dia berumur 23.5 tahun. Sepuluh tahun lebih muda dibandingkan istrinya, tetapi gurat dan kesan kematangan sebagai perempuan terlihat di wajah Noni, namanya. Bibirnya penuh memerah dihiasi oleh lipstik Lancome seri merah sparkle. Hidungnya mancung membuat pipinya terlihat tirus. Kulitnya bak selebriti kuning langsat dengan rambut hitam lurus sebahu dan sedikit poni. Hari ini dia memakai rok mini hijau dnegan blouse biru muda yang kancing atasnya sengaja dilepas. Kaca mata hitam menambah kesan cantik sekaligus misterius pada dirinya.

Noni mengulurkan tangannya pada Hendro dan juga tersenyum manis. Sedikit dirangkulnya lelaki itu dengan membisikkan “ I miss you” padanya. Hendro membalasnya dengan “ I miss you too”,. Keduanya terlihat bahagia, dan melangkah dengan ringan ke sedan putih yang telah diparkir tak jauh dari mereka.

Noni terlihat tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Mereka sudah jalan 6 bulan dan dia merasa Hendro adalah lelaki idamannya selama ini. Awalnya pertemuan mereka biasa saja, di perusahaan dimana Noni berkerja sebagai seorang resepsionis. Beberapa kali setelah Hendro sering ke kantornya, teman-temannya menggodanya, dapat salam dari Mas Jawa, begitu teman2  menyebut nama Hendro yang memang dari Jogja.
Kemudian Hendro ternyata berani menyapanya, mengobrol singkat awalnya dengan dirinya dan bahkan mengajaknya jalan. Bagaikan pucuk dicinta, gumamnya sambil tersenyum. Dia memang naksir berat pada Hendro. Bukan tidak tahu kalau dia sudah punya istri. En toch jatuh cinta kan Hak setiap manusia di dunia,  begitu sergahnya jika teman2 kantor memperingatkannya.

Satu hari, Lelaki ganteng dan manis itu meminta pertolongannya untuk memandunya ke beberapa tempat nongkrong yg asyik di Bandung. Noni dnegan senang hati mengantarkannya ke sebuah cafe di bilangan Lembang.  Dataran tinggi yang berwarna hijau karena diselimuti pepohonan subur mengalirkan hawa sejuk kepada sesiapa yang berkunjung. Terkadang kabut turun seperti bersorak menyambut romantisme yg dibawa setiap pasangan ke daerah landai itu.

Hendro cukup royal pada dirinya.
Itu pertanda yang bagus ,bisik hati Noni. Biasanya sebelum makan mereka akan belanja dulu di beberapa tempat yang menarik. Noni berusaha bersikap elegan dengan tidak banyak meminta berlebihan, tetapi Hendro membujuknya untuk membeli beberapa barang yg memang cantik dan lucu lucu. Dan waktu mereka akan dihabiskan di tempat romantis di Lembang itu.

Pertemuan mereka makin sering dan topik pembicaraan pun semakin intens. Hendro banyak bercerita tentang dirinya   bahkan tentang istrinya dan kenyataan bahwa dia belum punya keturunan dalam 10 tahun pernikahan .

Noni tahu dia sedang bermain api, tetapi bukankah Hendro juga demikian?  Tampaknya dia mulai tidak bahagia dengan istrinya. Apakah salah jika Hendro mencari kebahagiaan untuknya. Lelaki itu juga pantas bahagia kan,  pikir Noni. Dan tampaknya dirinya sangat dipuja Hendro. Dari caranya memandang,  perhatian kado kado setiap saat tugas di Bandung, dan telepon2 mesra Hendro.
Noni membalas semuanya dengan memberikan apa pun yg Hendro inginkan dari dia. Tak mungkin ia melepaskan si ganteng itu, sudah bertahun dan berdarah darah dia menjalin hubungan dengan banyak laki laki tapi tidak ada yg semapan dan seserius Hendro. Pikirannya mengikat dirinya untuk terus menarik Hendro lebih dalam ke kehidupannya.
Noni yakin. Dirinya jauh lebih muda dari istri Hendro. Pasti dia bisa memberikan anak kepada lelaki itu.
Sore itu mereka melepas rindu dengan makan malam dan bermalam di sebuah villa.

Sementara itu, di waktu yg sama di Yogya, Endah menghabiskan sorenya dengan Mbok Nah, perempuan usia 50 tahun yg ia minta menemaninya dan berkerja membantu di rumah. Dia bersabar, sebentar lagi lelakinya pulang.

Bersambung💋💛

Di Balik PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang