BAG 6. PRAHARA

88 10 0
                                    

“Ayam Bakar Taliwang, tempe bacem, Capcay,hmmmm  ”, Endah bersemangat membuat  menu untuk makan siang hari ini karena beberapa  teman2 lamanya di kantor akan datang berkunjung ke rumahnya dan untungnya Suaminya juga masih tugas luar sampai lusa, jadi teman teman perempuannya akan lebih leluasa menghabiskan waktu di rumahnya.

Untung ada mbok Nah yg bisa membantu bantu.

Kedatangan teman temannya membuat dia sedikit terharu karena dia masih dirindukan. Canda canda membahana dan tawa tawa riang serasa dulu kala saat semuanya masih terasa niscaya.

Temannya bertanya tentang kesibukannya sekarang. Endah yg telah belasan tahun berkerja, sedikit agak malu dalam hatiya. Ia
Saat ini  hanya ibu rumah tangga biasa. Merasa minder ia tak bergaya bak para profesional.
Tak dinyana teman temannya berkata
Bahwa mereka justru sudah lama menginginkan status sebagai ibu rumah tangga biasa, berada di rumah lebih lama, menikmati waktu waktu yg fleksibel, makan siang dengan keluarga dan lain lain impian mereka tentang menjadi ibu rumah tangga.

Endah hanya tersenyum, “kalian tidak sedang menghiburku kan?”, tanyanya.
“ya tentu saja tidak”, jawab mereka singkat.
Obrolan mengalir bak anak sungai berarus deras. Tetapi Tak ada satu pun teman temannya yg menanyakan kabar perihal rencananya memiliki momongan. Mereka menjauhkan diri dari topik itu.

Bagi  Mereka, Endah sudah lebih dari cukup dalam berkorban untuk impian keluarga kecilnya. Mereka masih melihat harapan yang sangat di mata Endah  dan dalam diam mendoakan apa yg menjadi inginnya.
Dan dalam diam juga Endah mensyukuri sikap sahabat sahabat nya itu. Mereka sudah banyak berubah, pikirnya. tak  lagi menghimpitnya dengan peetanyaan yg menusuk kalbunya.

Cuaca Jogja sedang panas saat itu, tak ada orang yang ingin keluar untuk sekedar menghabiskan waktu, mereka memilih untuk berdiam  di rumah. Tetapi hati Endah terasa sejuk dengan kedatangan sahabat2nya.

Mungkin situasi hati Hendro kurang lebih juga sama. Pernikahannya memang tak terduga karena ia tak merencanakannya, dan terus terang dia lebih excited dengan kenyataan bahwa dia akan segera menimang anak dibandingkan pernikahannya itu sendiri.
Tetapi dia tidak bisa menyesali semuanya, terlebih lagi pada kenyataan yg membuat dadanya terbusung bangga bahwa ia bisa menaklukan dua wanita. Hanya lelaki yg punya banyak kelebihan yg bisa seperti dia,menjamin kebahagiaan kepada keduanya. Kepercayaan diri Hendro bertambah-tambah, meyakinkan dirinya sebagai lelaki idaman banyak wanita.

Noni menyiapkan baju bajunya untuk esok pagi berangkat ke Jogja dengan suaminya. Suami. Hatinya berdesir cepat ditingkahi senyuman, seakan tak percaya sekarang statusnya adalah istri.
Dia eja kembali I-S-T-R-I .
Menjadi istri adalah impian tiap perempuan, pikirnya. Setelah petualangannya dengan beberapa lelaki sebelumnya mencari cinta akhirnya . Akhirnya dia mendapatkan label itu.
Bukan sembarangan lelaki. Hendro adalah sang Alfa. Lelaki unggulan  didalam sekumpulan lelaki. Sang Alfa selalu mencari yg terbaik dari semua pilihan yg ada dan Noni menjadi pemenangnya.

Kedua mempelai keesokan hari berangkat menuju kota nan romantis. Mereka menggandeng bala bencana untuk kehidupan wanita lainnya, tetapi apa pedulinya. Setiap istri punya paket haknya masing masing, Noni berfilsafat, dan toh harusnya yang mengeluh adalah dia. Dia tak terlihat, dia tak terdengar, sementara rivalnya menikmati status sebagai istri sah Hendro.

Tapi tak mengapa, yang penting sekarang cinta dan diri Hendro terbukti diberikan kepadanya.dan semuanya yg lainnya hanya Masalah waktu.

....
Sementara itu Endah membereskan rumahnya, suaminya esok akan datang. Kini dia mulai berdamai dengan keadaan meskipun belum sepenuhnya. Dia dalam titik kepasrahan total, entah bagaimana dengan Hendro. Dia makin sibuk saja keluar kota, keluhnya sangat pelan dan lemah karena secepat kilat dihapusnya prasangka yg sejenak ada.

Dan sang waktu tertawa dan bersedih pada saat yg sama. Ah apalah dayanya ia. Dia hanya  sekedar alat alam yg kehadirannya sering tidak dihormati  manusia  padahal  ia hanya membagikan sedikit bagian dirinya pada mereka. Dan yg sedikit itu bisa membawa tangis dan tawa. Saatnya mereka harus lebih menghormatinya. Gumam sang waktu.

Di Balik PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang