BAG 9. DI BALIK PELANGI

90 10 0
                                    

Malam tua...
Mata yang tak terpejam
Hati yg meresah gulana
Sungguhkah. ..
benarkah....
Hendro mendua.

Endah mengelus perutnya.
4 minggu demikian dr.Enny mendiagnosanya.

Aku sudah menunggumu sekian lama.
Telah ku tanggung semua derita dan lara terapi jauh sebelum kau datang.
Aku sepi.
Sangat sepi.
Sepiku menikam kalbu.
Laraku menghunjam jiwa.
Sudut rumahku tak bersuara.
Kau lah suara yg ku rindukan.
Kau lah bayang tumpuan kasih .

Demikian Endah berdialog dengan sesuatu di rahimnya.

Apa yg harus ia lakukan sekarang.

Membangunkan suaminya dan menodongnya dengan pertanyaan?
Atau berusaha pura pura tidak tahu .
Yg penting dia masih menafkahiku.

Bagaimana ini.

Tapi suara nuraninya berbisik padanya untuk tidur dan mengasihani janin di kandungannya.

Endah pun memejam mata, menghirup sedikit Aroma minyak kayu putih untuk menenangkan dirinya.

Aromanya semacam terapi yg meluruhkan syaraf tegangnya.

Malam pun larut bersama Sang Waktu. Sang Waktu tidak berbelas kasihan dan tidak juga kejam, dia hanya selalu tepat untuk datang dan tak sekalipun mengingkari janjinya.

.....

“kok ga sarapan Ma, tumben “, tegur Hendro sambil memasukkan nasi goreng ke mulutnya pagi itu.

“hmm iya,  ntar aja pa. Beberapa hari ini agak malas laper”

“jangan sampai sakit, oh iya aku hari ini berangkat agak siang. Jam setengah sepuluh . Kemaren tugas luar jadi kantor kasih toleransi untuk datang telat”, paparnya.

Endah mengiyakan sambil berpura tersenyum dan menatap Hendro yg asyik menyantap makan paginya.

Ah dia pun tak tahu apakah senyumku asli atau palsu, pikir Endah. Dia tak repot repot memandangku, bisiknya pilu.

Tiba tiba saja Endah seperti baru saja terbangun dari mimpinya.
Dia baru saja tersadar,  ternyata sudah lama mereka berbincang selama ini Tanpa menatap wajah dan ekspresi satu sama lain.

Sejak kapan .

Entahlah.

Endah menelepon teman senamnya, Surti. Sekilas pembicaraan tentang janjian ketemuan , begitu yg didengar Hendro.

Bersamaan dengan itu dia menggunakan waktunya sendiri untuk mmengecek gadgetnya. WA dari Noni.

Merah wajahnya panas karena terkejut luar biasa.
Ah tapi aman. Pesan ini belum dibaca siapapun, pikirnya. cepat cepat dihapusnya pesan itu. Gawat,pikirnya. Sedikit kalut.

Sejurus setelah makan paginya
Hendro memanaskan mobilnya.

Endah juga.

Ketika suaminya bertanya mau kemana dia hari itu,Endah menjawab akan ke sanggar senam dan ke tempat beberapa temannya.

20 menit kemudian Surti datang ke rumah mereka.  Mobilnya pun model mobil sport yg diparkir  Dengan jarak 1 rumah dari rumah Endah.

Perempuan usia sebaya Endah ini tampak segar dengan balutan rok panjang berbunga dan atasan kuning kunyit. Endah menyambutnya dan bercipika cipiki. kedua nya duduk di teras dan berbincang.

Hendro berfikir tidak biasanya ada tamu sepagian ini jam 9 di rumahnya, tetapi, pikirnya, itu urusan perempuan dan dia tidak begitu peduli.
Baguslah Endah ada temannya di rumah, demikian dia bergumam.

Di Balik PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang