Tokyo, Jepang. 31 November 2014
"Eomma apa tidak apa-apa kita berada disini?" tanya seorang anak pada ibunya. Ia berbicara cukup hati-hati karena takut menyinggung atau pun menyakiti perasaan ibunya.
Eommanya, Kim Ji soo memandang nanar kepada anak satu-satunya, Kim jaehwan.
"Tidak apa-apa jaehwannie, kalau kita tidak kesini kita semua tahu siapa yang paling tersakiti" eomma nya yang lembut terus mengelus rambut anak semata wayag nya membuat anaknya yang baru saja lulus dari sekolah menengah itu ikut terbawa suasana dengan memeluk erat ibunya, dan tanpa terasa buliran air bening membasahi pipinya.
"Jaehwan sayang hyung.." lirihnya dengan sesenggukan karena sudah tak bisa menahan tangisnya lagi.
Kim Ji Soo terus mengelus bahu anaknya sesekali menepuk bahunya pelan agar anak nya itu tahu bahwa dia tidak sendiri, ibunya selalu berada disampingnya.
Jaehwan masih saja tak sanggup membendung kesedihannya, ia dan ibu nya baru saja mendengar kabar tentang kerabatnya yang sakit dan sampai harus dirawat jauh dari Korea.
Meski jaehwan tidak terlalu mengerti, namun otaknya tidak terlalu lumpuh untuk menyimpulkan 'jika bukan hal yang serius, kenapa hyung nya harus dirawat di Jepang? Apa dokter di Korea tidak bisa menyembuhkannya?' namun semua ada alasannya, jaehwan mendengar jika rumah sakit di Korea peralatan medis yang dibutuhkan untuk merawat hyung nya tidak lengkap sehingga dokter menyarankan agar hyung nya itu segera dilarikan ke rumah sakit yang ada di Jepang atas rekomendasi dokter yang bersangkutan.
Miris. Sungguh kini hati jaehwan sangat sakit ia merasa sudah sangat dekat dengan hyung yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri, tapi dimana dia saat hyungnya itu tergeletak tidak berdaya..kemana dia.. jaehwan terus memukuli dadanya sendiri dan terduduk di depan pintu ruangan hyungnya di rawat, saat itu sedang tidak ada siapa-siapa sehingga jaehwan kembali menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Shin Woo hyung.. andai hari itu aku tidak menuruti permintaan hyung dan membiarkan hyung pergi sendiri.. hyung.. hyung tidak akan terluka kan..? Ini semua salah ku.. maafkan aku hyung.. bahkan..bahkan aku tidak bisa menepati janjiku.. hyung jeongmal mianhae.." jaehwan terus menangis dan meronta meski ada beberapa perawat yang melihatnya jaehwan tidak memperdulikannya ia hanya terus menyalahkan dirinya, hingga ia merasa pandangannya mengabur lalu tak lama memori sebelum mereka berpisah di hari itu kembali terlihat.
.
.
."Kim Jaehwan sangeil chukka hamnida.. sangeil chukka uri jaehwannie sangeil chukka hamnida.. yeahh" nyanyian itu terus terdengar dari ruang tamu rumah jaehwan.
"Jaehwannie keluarlah kau mendapat kejutan" ujar eomma nya dengan mata berbinar.
"Shin Woo hyung kan? Sudah ku bilang hari ulang tahun ku sudah lewat kenapa ia malah menyanyikan lagu itu untukku?" Jaehwan bertanya dengan ekspresi bingung yang dibalas gelengan oleh eommanya.
"Sudah temui dulu, eomma akan menyiapkan sup rumput laut nya" sebelum ke dapur eomma jaehwan mengedipkan matanya membuat jaehwan semakin takjub.
"Hyung" sapa jaehwan saat duduk di sofa ruang tamu nya.
"Yaaa kim jaehwan kenapa kau lama sekali turunnya? Lalu apa itu kenapa hanya memakai kaos dan celana pendek? cepat ganti dulu sana. Ini..ini hadiah dariku, kenakan sekarang juga" Shin woo langsung menaruh kue yang sedari tadi ia pegang ke meja dan menyerahkan sebuah paper bag pada jaehwan.
"Apa ini hyung?" tanya jaehwan bingung.
"Hadiahku. Kau harus berjanji mengenakan itu saat hari penting dalam hidupmu" ucap Shin Woo penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day
FanfictionSemua dimulai saat mereka belum saling mengenal satu sama lain, mereka dekat karena terbiasa dan berada disatu lingkungan yang sama. Mereka dua orang yang memiliki kepribadian yang sangat berbanding terbalik, tapi apakah kamu tahu jika perbedaan bis...