Hari ini tepat jam 1,aku berjalan di keramaian kota,aku tak tahu aku ingin pergi ke mana yang jelas, yang harus aku temui yaitu ke makam ibuku.
Sebenarnya aku mempunyai sepeda motor tapi jarak antara Rumah ke pemakaman cukup dekat jadi sekalian untuk berolahraga.
Aku menaburkan bunga yang aku beli di jalanan,aku sudah berjanji kepada ibu jika aku datang ke pemakamannya aku sama sekali tidak boleh menangis tapi hari ini membuat ku sedih hingga aku tak bisa menepati janji itu.
"Hai ibu,gimana kabar ibu pasti ibu bahagia kan disana,huh aku iri pada ibu, kenapa ibu tidak membawaku pergi bersamamu".
"Maafkan aku Bu,aku tidak bisa menepati janji untuk tidak menangis jika datang ke pemakaman ibu.
Oh iya bu,ini udah 10 tahun lamanya ayah tidak menemui ku,kata ayah dia akan menemuiku setiap 5 tahun sekali tapi kenapa ayah tidak menepatkan janjinya"Aku sudah tidak tahan untuk menahan tangisan ini,aku kecewa dengan ayahku tapi aku juga kecewa dengan diriku.
Tanpa aku sadari ada orang disebelahku dia memberikan ku kain untuk menghilangkan air mataku.
"Jangan sia-siakan air mata lo"ucap pria yang memberiku kain
"Apa peduli mu"jawabku
"Jelas gue peduli,ibu lo pasti sangat sedih melihat anaknya menangis di depan pemakamannya" ucapnya lagi
Aku sadar akan ucapan itu dan langsung mengelapkan air mataku.
Aku segera berpamitan kepada ibu karena jika aku terus berada disitu aku akan terus menangis.
"Ibu aku pulang dulu, kalau ada waktu nanti aku kesini lagi, janji deh lain kali kalau datang ke pemakaman ibu aku nggak nangis lagi, dah ibu".
Aku segera pergi dari pemakaman dan duduk di taman.
"Nama gue Satria, lo bisa panggil gue dengan sebutan apapun asalkan jangan bangsat"ucap Satria yang membuatku sedikit tertawa karena ulah ya
Aku masih tertawa tapi tidak terbahak bahak, kalau kata orang sih jaim
"ketawa aja kali, sebelum ketawa itu dilarang"ucapnya lagi
"emang tertawa bakal dilarang" respon ku yang membuat dia tertawa
"ya bisa aja, kalau gue jadi presiden"
"amin"ucapku
"lah, kok malah amin sih"tanya dia sambil memandang ku
"soalnya kalau dilihat orang lagi tertawa itu kayak nggak ada beban hidup, hidupnya enteng enteng aja"ucap ku yang membuat ku jadi lemas
"lo ada masalah" tanya Satria
Aku menggelengkan kepalaku, aku tak ingin ada orang yang kasihan kepadaku, aku tak suka dikasihani,aku tak mau ada orang yang mengetahui masalah keluargaku.
"kalau lo mau cerita, lo bisa cerita dengan gue"
Aku mengangukan kepala berusaha untuk tetap tegar, aku tak bisa lama lama disituasi ini, bisa bisa aku menangis.
"nama aku Quinza" ucapku
Aku merasa aneh melihat Satria kenapa pada saat aku memberitahukan dia siapa namaku matanya tiba tiba memerah
"Na.ma yang ba..gus"ucapnya terbata bata
"Yang artinya keberuntungan" ucapnya dan membuatku tercengang
Mengapa dia tahu arti namaku,apa mungkin didalam otaknya ada gugel, tapi tidak mungkin kan, ah sudahlah
"selain mempunyai keberuntungan nama Quinza juga memiliki arti kepemimpinan atau mampu untuk memimpin"
Dia membuatku tercengang untuk kedua kalinya.
"kenapa kamu tau"ucapku bingung
"so..al...nya.. Ah sudahlah, gue malas bahasnya, oh iya gue duluan ya" ucapnya dengan berlari kecil menuju sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUINZA
Teen FictionDari awal kebahagiaan hanya sesaat buat nya, bahkan sempat tidak ada, tapi semua berubah 360° satu per satu kebahagiaan mulai tumbuh walaupun ada beberapa konflik yang harus dia selesaikan tapi semua itu berjalan dengan lancar, namun siapa sangka sa...