Quinza sudah berada di rumah,
Baja yang membawanya kembali ke tempat tinggalnya.Sepi, itu yang dia rasakan
dia segera keluar dari rumah untuk mencari udara segar.Gadis itu duduk di taman yang lumayan dekat dengan rumahnya,
Dia melamun memikirkan
bagaimana nasibnya untuk kedepannya.Tanpa dia sadari, langit sudah berganti menjadi gelap, banyak bintang yang menghiasi bumi, dia bersyukur karena tuhan masih memberikan dia kesempatan untuk hidup.
"Bintang nya bagus ya" ucap pria yang berbadan kekar
Quinza menganggukan kepala, namun dia masih melamun saat itu, dan betapa terkejutnya dia melihat siapa orang yang berbicara
dengan dia tadi."Sat...ria" ucap Quinza takut
karena pada saat itu, wajah satria masih sempurna seperti orang normal, tidak dengan sekarang, muka satria babak belur banyak lebam merah dimukanya."muka lo, kenapa"ucap Quinza panik
"Membela kebenaran, cuman di tonjok sedikit doang, palingan besok udah sembuh" ucap satria sambil cengengesan.
"Gue obatin ya"
"Bayar nggak nih, kalau bayar gue nggak bawa duit, ngebon dulu boleh kan"
"Sa ae lu tapak kuda, lo tunggu disini gue mau ambil kotak P3K dulu"
"Sama air minum ya, aus gue"
Quinza memalingkan kepala,menatap mata satria dengan tatapan horor
"Kalo bisa pake es ya"
Quinza langsung berlari ke arah rumahnya, dia tidak mempedulikan omongan satria yang barusan dia ucap.
Quinza segera mengambil kotak P3K dan 1 botol air mineral tak lupa dengan es batu tapi bukan untuk diminum, melainkan untuk mengoles memar di wajah satria.
Quinza segera mengoleskan es batu ke
pipi satria yang memar, dia yakin perkelahian ini sangat keras, karena banyak sekali lebam di pipi cowok itu,
dan berapa kali juga, satria meringis kesakitan."kalo boleh tau, kenapa lo bisa bonyok gitu"ucap Quinza
"gue abis di keroyok sama preman tapi bukan gue yang ngajak ribut ya, masa tadi preman nya bilang kalau gue mendekat ntar dia bakal nembak gue, tapi gue nggak takut nyali gue kan kuat kayak baja,trus lo tau ternyata pistol preman itu cuman mainan, gimana nggak ngakak gue"
ucap satria sambil melihat ke arah langit.BAJA
Orang yang membantu Quinza tadi sore, gadis tersebut termenung kembali mengingat kejadian tadi sore yang dia alami, Quinza tersenyum sendiri hingga tanpa dia sadari es batu yang dia tempelkan di pipi sudah pindah di bibir satria.
"Lo, keterlaluan ya masa yang memar
di pipi eh, lo malah tempelin es
batunya di bibir" omel satria sambil memasang muka marah."eh iya, maaf gue nggak sengaja,
gue kurang fokus tadi" ucap Quinza"pasti lo, dehidrasi ringan makanya minum aqua, eh jangan deh
minum le laminan aja biar ada manis manisnya""le mineral kali bukan le laminan"
balas Quinza sambil menyelesaikan memar di pipi satria."eh udah ganti ya, kok gue nggak tau"
"garing banget sih lo" ucap Quinza
"Garing itu bukan nya vokalis ya" ucap satria sambil mengaruk kepala yang tak gatal
"Itu giring" ucap Quinza sambil menyelesaikan memar satria tadi
"Giring itu bukannya wadah untuk makan" --satria
"Itu piring, ih lama lama gue deket sama lo, makin stress gue" Ucap Quinza sambil marah marah tak jelas
"Stress bukan nya---" belum selesai satria ngomong sudah dipotong oleh Quinza
"Serah serah serah, oh iya satu lagi Sama Sama" ucap Quinza dengan menekan kata sama sama dan langsung beranjak pergi
"Eh makasih, lah gue ngapain ngomong sendiri, orang Quinza nya aja udah pergi, ntar gue dikira orang gila" ucapan satria tadi sangat keras hingga membuat orang orang disekitar taman melihat ke arah satria.
"Eh buset ngapain sih lo ngeliatin gue, gue tau kok gue ganteng tapi lo bukan tipe gue" ucap Satria dengan memamerkan muka songgong
"Dih, gue masih suka sama cewek kali, lo kira gue maho" ucap pria tadi
"Oh lo cowok, gue kira lo cowok jadi jadian" teriak satria sambil melarikan diri dengan memamerkan lidahnya kepada cowok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUINZA
Teen FictionDari awal kebahagiaan hanya sesaat buat nya, bahkan sempat tidak ada, tapi semua berubah 360° satu per satu kebahagiaan mulai tumbuh walaupun ada beberapa konflik yang harus dia selesaikan tapi semua itu berjalan dengan lancar, namun siapa sangka sa...