Star

1K 81 10
                                    

Playlist for this Chapter :

Yoseob - Star

-❤️-

Tzuyu percaya dengan seluruh dongeng pengantar tidur yang dulu di bacakan oleh ayahnya. Ia akan mendengarkan setiap cerita itu hingga selesai, dan ia selalu mendapatkan akhir yang bahagia. Hal itu membuat Tzuyu percaya jika semua kisah yang ada di muka bumi ini akan berakhir bahagia, layaknya dongeng pengantar tidur.

Awal Tzuyu menginjakkan kakinya di salju taman belakang, ia berkata jika ia akan menjadi sosok Puteri salju yang akan menikah dengan pangeran impiannya. Itu tepat ketika umur Tzuyu menginjak usia 8 tahun. Wajahnya berseri ketika kembali mengingat akhir yang bahagia dari Puteri salju, dimana ia menikah dengan seorang pangeran tampan impian seluruh wanita. Tzuyu juga selalu berdoa di malam pertama salju turun, berharap kisahnya akan berakhir manis layaknya Puteri salju.

Semua terasa sama untuk Tzuyu, setiap hari adalah hal yang akan membuat kebahagiaannya bertambah. Ia melihat kucing peliharaannya melahirkan 4 ekor anak, lalu ia melihat pelangi di sore hari dan terakhir ia memakan kue susu buatan ibunya yang sangat lezat. Hal seperti itu adalah hal yang sangat membahagiakan Tzuyu kecil.

Hingga suatu hari, ia menyadari jika kebahagiaan miliknya mulai memudar.

Diawali dengan sang ayah yang hanya mampu terbaring didalam sebuah kotak kayu, kedua mata ayahnya terpejam erat dengan setangkai bunga lili di atas dada sang ayah. Ibu Tzuyu menangis meraung, memanggil nama ayah Tzuyu dan menyebutkan betapa jahatnya ia meninggalkan wanita itu sendirian.

Tzuyu merasa kesepian semenjak kepergian ayahnya di malam salju pertama turun. Itu adalah awal dimana Tzuyu merasakan kebahagiaannya di renggut satu persatu. Tak ada lagi suara ayahnya yang tegas namun lembut ketika membacakan dongeng pengantar tidur dimalam hari, tidak ada lagi sosok lelaki yang selalu memanjakan Tzuyu kapan pun ia mau. Semuanya hilang dan itu membuat Tzuyu murung sepanjang hari.

Tak berselang lama dari kepergian ayahnya, 4 ekor anak kucing milik Tzuyu ditemukan tak bernyawa karena terjebak diluar rumah. Saat itu, lagi-lagi salju sedang turun dan membuat seluruh kucing berbulu putih itu mati membeku. Tzuyu menangis dan memeluk seluruh anak kucing kecil itu, berharap es yang membungkus tubuh berbulu itu lenyap. Namun ibunya berkata jika semua anak kucing itu sudah mati, tak bisa hidup lagi.

Tzuyu makin murung dibuatnya, dan hal itu berpengaruh dengan nilainya di sekolah. Tzuyu anak yang ceria, sebelum ayah dan ke 4 anak kucingnya pergi meninggalkan Tzuyu sendirian. Tapi setidaknya, Tzuyu masih memiliki sang ibu yang selalu berdiam diri didalam dapur, entah wanita itu memasak atau hanya memperhatikan kobaran api yang berasal dari tungku kayunya.

Saat itu, hujan salju kembali menyapa Tzuyu. Bocah berusia 10 tahun itu memekik kegirangan dan segera menyiapkan segala kebutuhannya untuk bermain di halaman. Meski di hari yang sama ketika salju menelan ayahnya dan anak kucingnya, Tzuyu tak pernah membenci salju. Ia tetap mencintai salju, dan masih berharap menjadi sosok Puteri salju yang memiliki kisah akhir bahagia.

Kaki kecilnya melangkah mendekati kamar sang ibu, mengetuk pintu bercat putih itu beberapa kali seraya memanggil sang ibu yang tidak menyahut.

Dengan berbekal keantusiasan, Tzuyu berjinjit dan membuka kenop pintu lalu mendorongnya sehingga ia bisa masuk. Mata polos Tzuyu melihat sang ibu yang kini melayang diatas kasur. Seutas tali berwarna cokelat tua yang Tzuyu tahu sebagai tali tambang telah mengalung di leher sang ibu. Ia langsung mendekati sosok ibunya dan meraih kaki telanjang yang terasa dingin di tangan kecilnya. Dengan raut wajah bingung, ia menggoyangkan tubuh ibunya dengan wajah mengadah menatap rupa sang ibu yang mulai membiru bibirnya.

Ice Cream  [ Tzuyu x Mingyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang