Daisy

685 51 6
                                    

Playlist for This Chapter :

Stereo Dive Foundation - Daisy

-❤️-


Sore itu udara berhembus dengan begitu tenang, suara burung serta sinar matahari yang mulai pudar membuat jalanan kota Seoul terlihat begitu damai meski masih padat seperti biasanya. Terlihat jelas bahwa halte bus sudah dipenuhi oleh pelajar berseragam maupun orang kantoran yang memasang wajah lelah mereka. Rutinitas yang tiap hari akan terlihat ketika jarum pendek di jam sudah berada di angka 5 sore, selalu begitu.

Selain halte bus, taman dengan pepohonan rindang juga dipenuhi oleh banyak warga yang ingin menikmati waktu sore indah mereka. Tak jarang dari mereka membawa peliharaan untuk menemani, atau hanya sebuah earphone yang menghiasi kedua telinga. Tetap terlihat tenang, teduh serta damai.

Seperti yang dilakukan oleh seorang wanita berparas cantik yang kini tengah asyik mendengarkan musik lewat ponselnya. Rambut hitam panjangnya sesekali bergerak lembut mengikuti hembusan angin sore, tapi ia terlihat begitu menikmati segalanya. Mata wanita itu sesekali akan tertutup karena menikmati lantunan lagu dan keadaan sekitar. Tapi ketenangan miliknya sirna ketika melihat seorang pemuda berdiri tak jauh dari posisinya sekarang.

Pemuda itu tersenyum lemah menatapnya, dan baju sekolah yang ia kenakan terlihat sedikit berantakan. Wanita itu bisa memastikan jika saja si pemuda habis berkelahi lagi atau tidak baru saja kabur dari sekolah dengan alasan bosan.

"Tzuyu.." panggil si pemuda ketika Tzuyu -nama si wanita- telah berada tepat didepannya. Mata setajam elang itu tak pernah sedetikpun melepaskan pandangannya dari Tzuyu, dan itu sukses membuat Tzuyu sedikit salah tingkah.

"Kenapa kau disini? Rumah mu bukan kearah utara, kan?"

Pemuda itu mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Tas punggung yang ia kenakan terlihat menyembul, memperlihatkan jika didalam sana berisi gumpalan jaket atau mungkin bola sepak, Tzuyu tak begitu peduli. Mereka kembali terdiam dan memilih untuk saling menatap. Wajah tampan lelaki itu seperti menghipnotis Tzuyu, sama persis seperti dulu, tak ada yang berubah dari sosok pemuda didepannya ini.

"Maafkan aku," buka si pemuda dengan intonasi lemah. Tangannya mengusap tengkuk untuk menghilangkan gugup. Terhitung sudah hampir 3 bulan lamanya tak ada percakapan diantara keduanya. Sepertinya selama itu, ia tak begitu mengingatnya secara pasti.

Si pemuda menunggu respon Tzuyu dengan kecemasan. Rasa bersalah atas segala kesalahannya yang lalu masih menghantui benaknya, dimana ia dengan kurang ajarnya meninggalkan sosok cantik ini tanpa belas kasihan, dan tidak ingin mencari tahu apa yang terjadi dengan Tzuyu setelahnya. Tapi sekarang ia sadar jika hanya Tzuyu-lah yang bisa membuatnya nyaman dan kembali pada sosoknya yang dulu.

"Maaf buat apa?" Tanya Tzuyu retoris. Wanita itu sudah mengetahui maksud si lelaki, namun ia masih mempersulit dengan kembali menanyakan kegunaan kata maaf itu baginya. Untuk Tzuyu, ketika melihat wajah bersalah pemuda didepannya ini sebenarnya sudah cukup untuk memaafkannya, tapi ego-nya menginginkan sebuah pengakuan lebih dari si pemuda, sepertinya hal itu akan membuatnya lebih bisa menerima segalanya.

"Maaf telah meninggalkanmu, aku tahu itu adalah kesalahan terbesarku, maafkan aku Tzuyu-ya.."

"Ah... baiklah, Aku memaafkanmu Mingyu,"

Mingyu -si pemuda- menatap Tzuyu tak mengerti. Ia terlihat mengerutkan keningnya dan menggaruk sisi pipi dengan jari telunjuknya.

"Aku benar-benar memaafkanmu, hanya saja mendengar alasanmu untuk meminta maaf adalah keinginan terbesarku saat ini" Tzuyu tersenyum dengan begitu manis, meninggalkan segala kesan kesedihan yang teramat saat ia menemukan Mingyu tengah berjalan bersama sahabatnya sendiri, Nayeon. Tzuyu tipe pemaaf, jadi Mingyu tak usah khawatir.

Ice Cream  [ Tzuyu x Mingyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang