Grey 6 : Leaving and Back

4.1K 655 14
                                    

Kang Gyeoul menatap kosong ke arah surat kecil di meja makan.




Aku pergi. Terima kasih atas pertolonganmu. Aku harap kita bisa bertemu lagi. Aku janji akan mengambil kembali kalung itu. Jadi, jangan sampai hilang, ya!

From : JK







Ia tersenyum kecut. Wow! Pria itu pergi begitu saja? Sungguh luar biasa seorang Jeon Jungkook. Tapi apa pedulinya, pria itu memang harus pergi dari rumahnya, bukan? Apa kata tetangga nanti jika mengetahui gadis baik sepertinya tinggal bersama seorang pria asing?

Oke. Tidak apa-apa.

Bukankah ia hanya harus menjaga kalung pemuda Jeon sampai pria itu datang kembali untuk mengambilnya, kan? Maka itu mudah. Ayo lakukan ini!

"Aku bahkan belum tahu nomor ponselnya," gumam Gyeoul sambil menatap kalung yang berada di genggamannya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Itu dari Jung Hoseok.

"Halo?"

"Hey, Kang Gyeoul! Cepat kemari, pasien membludak!"

"Loh, kenapa aku? Bukankah aku sudah mengajukan libur untuk hari ini?"

"Aku tahu, tapi mengertilah. Aku kesulitan disini. Dokter Seo juga belum habis masa cutinya, kan? Sekarang disini hanya ada aku dan Dokter Song. Cepatlah kemari, Gyeoul-ah!"

Gyeoul berdecak malas. Kenapa pria Jung itu selalu mengganggu waktunya? Dirinya memang telah mengajukan libur hari ini dengan alasan kelelahan dan mungkin ... karena seorang pria yang telah ditolongnya semalam.

Namun sekarang Jeon Jungkook telah pergi, jadi daripada harus bermalas-malasan di rumah, lebih baik pergi bekerja dan menolong orang banyak.

Gyeoul mempersiapkan dirinya. Ia hanya memakai kaos oblong dan juga celana bahan panjang. Gyeoul memang tipe dokter yang tidak terlalu memperhatikan masalah penampilan. Toh, nanti dia seharian hanya akan memakai baju operasi.

Mengunci pintunya rapat, dan langsung bergegas pergi. Mobilnya masih belum dipulangkan oleh si peminjam. Sialan. Ia harus naik bus lagi.

Gyeoul menarik napas panjang saat memasuki ruang UGD. Sungguh, pasti dia akan benar-benar lembur hari ini. Terima kasih banyak pada Jung Hoseok uisanim.

"This is Doctor Kang! What your emergency?"

***











Three years later...



"Jadi bagaimana? Wow, kau sungguh hebat Jung Hoseok, dasar pria menyebalkan!" Gyeoul mengumpati pria di sebrang sana.

Jung Hoseok sudah gila. Bagaimana bisa pria itu menikah lebih dulu? Sialan. Gyeoul sungguh tidak menyangka, pria dengan wajah dan senyum secerah matahari tapi kelakuan seperti pasien rumah sakit jiwa itu akhirnya akan menikah.

"Kenapa ada gadis yang mau menikahimu? Cih!" Gyeoul menutup panggilan itu sepihak. Ia membuka jas dokternya. Baju operasi masih melekat di tubuhnya, mengingat ia baru saja menyelesaikan operasi beberapa menit yang lalu.

Gyeoul mendesah kecil, mejatuhkan tubuhnya yang sudah terasa hancur lebur itu ke kursi. Tulang-tulangnya terasa remuk, persendiannya bagai lepas dari tempat, ototnya kaku luar biasa.

Jadi dokter itu melelahkan, ngomong-ngomong. Apalagi jika kau adalah dokter yang harus selalu berjaga di UGD dan melakukan puluhan operasi setiap hari. Tapi Gyeoul tidak keberatan, memang dirinya beberapa kali mengeluh, tapi ia sungguh sangat senang bisa menjadi dokter. Menjadi penolong bagi banyak orang.

"Lembur lagi, Sunbae?" Hae Soo masuk dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya. Adik kandung dari Jung Hoseok itu menaruh salah satu kopinya di meja Gyeoul, berniat menawarkan.

Gyeoul tersenyum dan menyersap kopi susu yang masih lumayan panas itu. "Hmm, kapan sih aku tidak lembur?"

Hae Soo terkekeh. "Tidak pernah, sih."

Gyeoul berdecih kecil dan kembali menyersap kopinya.

"Tapi, Sunbae," Gyeoul menaikkan alisnya. "Kau masih belum bertemu kembali dengan pria itu?" tanya Hae Soo.

"Maksudmu?"

"Pria itu, yang pernah kau ceritakan dulu. Pria yang kau tolong saat malam pernikahanku."

"Aah, belum, aku belum bertemu dengannya lagi."

"Apa kau tidak berniat mencarinya?"

"Untuk apa?" Gyeoul menjawab acuh. "Dengar, ia sendiri yang berjanji akan datang menemuiku dan mengambil kalung ini," Gyeoul menunjuk kalung yang bertengger manis di lehernya. "Jadi untuk apa aku mencarinya? Tidak penting. Pekerjaanku banyak. Apalagi setelah kakakmu akan menikah. Hoseok Sunbae pasti akan mendapat cuti nikah, kan? Lalu pekerjaanku ada membludak."

"Ah, iya. Kau sudah tahu itu?"

"Tentu saja, bodoh. Aku heran, gadis mana yang mau dengan pria setengah waras seperti Hoseok Sunbae."

"Aish, jangan seperti itu! Setidaknya kakakku itu pria yang baik, ramah, dan setia. Yah ... walau memang kelakuannya membuatku ingin menceburkannya ke Hangang. Absurd sekali," kata Hae Soo.

Gyeoul tertawa kencang. Gadis di depannya memang sangat kurang ajar pada kakak sendiri.

"Tapi, Sunbae, menurutku kau harus tetap mencari pria itu. Setidaknya kau bisa mencari di data pasien, kan? Mungkin saja dia pernah berobat kesini. Maksudku, luka tembak tak akan sembuh dalam sehari, bukan? Dia masih butuh ke rumah sakit untuk check up," ujar Hae Soo memberi saran.

Gyeoul menggigit bibirnya. Tangannya terangkat untuk menyentuh kalung berbentuk hati itu. "Haruskah?"

"Tentu saja!"

"Ck, baiklah-baiklah, aku akan mencarinya. Sekarang lebih baik kau pulang. Kasihan anakmu."

Hae Soo mengelus perutnya sayang. "Iya, aku akan pulang."

"Memangnya dia sudah umur berapa?"

"Dua minggu."

"Kau ini, kenapa kau baru hamil sekarang padahal kau sudah menikah tiga tahun lamanya."

"Kami menunda dulu, Sunbae. Aku dan Myung Soo Oppa masih ingin menikmati masa-masa pacaran seperti anak muda. Kami juga masih ingin bekerja," jawab Hae Soo.

"Lalu kenapa menikah dulu?"

"Supaya halal melakukan apa saja," Hae Soo menunjukkan cengiran menyebalkannya. "Hoseok Oppa tidak pernah mengijinkan Myung Soo Oppa untuk mengajakku keluar. Aku bahkan belum pernah berciuman dengannya saat kami pacaran dulu. Kakakku itu memang menyebalkan!"

"Itu artinya dia menyayangimu, bodoh!" Gyeoul menjitak pelan kepala Hae Soo. "Sudah sana pulang!"

"Ck! Iya, iya, aku pulang! Menyebalkan sekali!"

Gyeoul terkekeh saat melihat Hae Soo yang keluar dari ruangannya dengan menghentakkan kakinya kesal. Namun beberapa menit kemudian, terdengar ada yang mengetuk pintunya. Gyeoul mendesah malas, pasti Hae Soo meninggalkan barangnya disini. Kelakuan kakak dan adik itu memang sama-sama senang menyusahkan orang.

"Masuk!"

Ia berseru lantang. Namun si pengetuk masih tidak mau membuka pintu. Ia menghela napas kasar dan bangkit dari kursinya. Berjalan mendekati pintu dan membukanya dengan gerakan malas yang ketara.

"Jung Hae Soo, bisakah kau tidak menyusahkanku sehar—Ya Tuhan!"

Gyeoul memekik saat melihat sosok di hadapannya.

"Hai, dokter Kang! Bagaimana kabarmu?"






Dia ... kembali.[]

***
Cus lah cepet selesein ini, dikomen dong, sepi banget notif gue :(
Cerita ini ngebosenin, ya? Sorry, karena ini masih permulaan.

Makasih udh baca :)

Grey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang