Grey 15 : Her Certainty

3.5K 528 11
                                    

"Dia jadi seperti orang gila," celetuk Taehyung.

Irene yang berdiri di sebelah pria itu mengangguk mengamini. "Aku baru tahu jika putus cinta bisa menjadikan orang semengerikan itu."

"Hmm. Karen cinta itu emosi yang sangat besar."

"Kau benar. Lalu, akan kita apakan dia?"

"Biarkan saja," jawab Taehyung.

"Kalau begitu maka kau harus membeli samsak super tebal lagi, Tae. Dia sudah hampir menghancurkan yang satu itu," ujar Irene.

Sedari tadi, kedua orang itu memperhatikan seorang Jeon Jungkook yang kesetanan memukuli samsak super tebal di atas ring yang memang disediakan Taehyung di rumah mereka. Taehyung mengaku setelah dua minggu lalu Jungkook putus cinta, ia sudah mengganti samsak itu sebanyak lima belas kali.

Jungkook seperti orang gila memukuli benda itu. Irene yang melihatnya jadi meringis ngilu sendiri. Apa tangan Jungkook tidak sakit?

"Kook, stop! Hentikan!" seru Irene dari pinggir ring. Wanita itu berjalan memasuki ring itu dan mendekati Jungkook.

Ia meraih tangan Jungkook yang terbalut kain putih. Wanita itu pun membuka kain itu. "Oh, Tuhan! Kau sudah gila, Jeon. Hentikan semua ini! Lihat tangan menyedihkanmu ini!" Irene mengusap-usap tangan Jungkook yang sudah memar disana-sini.

"Aku tidak apa-apa, Noona," jawab Jungkook. Ia segera menarik tangannya menjauh.

"Kau jangan seperti ini! Kau bisa mati, Jeon!"

"Aku justru sangat ingin mati sekarang."

"Jungkook!"

"Hei, Jeon. Aku ada pekerjaan sulit, kau mau lakukan atau tidak?" ujar Taehyung tiba-tiba.

"Tae!" seru Irene kesal. "Kenapa kau malah memberinya tugas?!"

"Dia ingin mati, kan? Lebih baik ia mati saat menjalankan tugas, itu lebih berguna. Daripada ia mati seperti pecundang yang despresi karena cinta."

"Baik, Hyung. Akan kulakukan."

***

Gyeoul tengah termenung di depan rumahnya. Ia duduk di sebuah kursi kayu panjang di teras rumah. Hatinya terasa sesak, namun pikirannya kosong. Sudah hampir dua minggu ia mengambil cuti dari rumah sakit, tapi dirinya masih belum bisa melupakan segala kesedihannya.

Sebuah mobil mewah berwarna merah menyala tiba-tiba berhenti di depan rumahnya. Gyeoul memperhatikan seorang wanita yang turun dari mobil itu. Sangat cantik, itulah yang pertama kali terbersit di pikiran gadis itu.

"Kang Gyeoul-ssi?"

Gyeoul mengerutkan kening, sedikit bingung bagaimana wanita cantik itu bisa mengetahui namanya. "Y-ya, itu aku."

Wanita itu tersenyum. Ia mengulurkan tangan. Gyeoul menyambut tangan halus itu dan mereka pun berjabat tangan. "Namaku Bae Joohyun, atau kau bisa memanggilku Irene. Aku kakak Jeon Jungkook."

Gyeoul membulatkan matanya. Jeon Jungkook. Sudah lama sekali ia tidak melihat atau berhubungan dengan pria itu. Dan sekarang, kenapa kakak Jungkook datang menemuinya?

"A-ah, begitu. Aku tidak tahu jika Jungkook mempunyai kakak perempuan," ujar Gyeoul sedikit kikuk.

"Saat kau datang ke rumah Taehyung waktu itu, aku sedang berada di Inggris," jawab Irene. "Ngomong-ngomong, apa boleh aku duduk?"

"Oh, tentu, maaf tidak mempersilahkanmu."

"Tidak apa-apa."

Irene pun mendudukkan dirinya di sebelah Gyeoul. Irene baru melihat Gyeoul dari jarak sedekat ini. Gadis itu mempunyai wajah yang lugu dan manis. Gyeoul tidak terlalu cantik, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat orang lain betah lama-lama memandang wajahnya.

"Kalau boleh tahu, apa tujuanmu datang kemari, Nona Bae?" Gyeoul bertanya sopan.

"Jangan panggil seperti itu, panggil aku Eonni, supaya lebih akrab saja," kata Irene.

"Baiklah, Joohyung Eonni, kenapa kau kesini?"

"Aku hanya ingin mengunjungimu, sekaligus memastikan tentang perasaanmu pada adikku."

"Kami sudah berakhir," Gyeoul menjawab lirih. "Akan sangat tidak pantas bagi dokter sepertiku untuk menjalin hubungan dengan orang semacam dirinya, kan? Kami sangat bertolak belakang."

Irene tersenyum. "Kenapa tidak pantas? Semua sah dalam cinta dan peperangan, kau tahu?"

"Aku tidak bisa lakukan itu. Jungkook juga tidak mau berhenti walau aku meminta, bukankah itu berarti aku sama sekali tidak ada artinya bagi dirinya?"

"Kau tahu, Jungkook sudah ingin berhenti saat ia pertama kali melihatmu. Dia bahkan mendalami bisnis dan berniat akan menjadi pengusaha. Namun ia tidak bisa lakukan itu. Dia terikat janji seumur hidup, Gyeoul-ah."

"Janji macam apa?"

"Jungkook itu adalah seorang yatim piatu. Ayah Jungkook adalah teman ayah Taehyung. Suatu hari, ayah dan ibu Jungkook terlibat sebuah kecelakaan dan meninggal di tempat. Jungkook menjadi seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan sejak saat itu,"

Gyeoul menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Irene menceritakan semua itu. Ia sungguh tidak menyangka masa lalu Jungkook sesulit itu.

"Lalu Taehyung mengadopsinya. Dan saat itu, Jungkook berjanji untuk menyerahkan hidupnya pada Taehyung. Ia berjanji akan setia pada Cypher seumur hidupnya. Tapi siapa sangka, ternyata ia malah jatuh cinta pada dokter sepertimu. Ia ingin menjadi seorang yang pantas untukmu, sehingga ia pun melakukan kebohongan itu."

"Apa itu benar?"

Irene mengangguk. "Aku sudah berkata jika apa yang ia lakukan itu salah. Aku bahkan mengirimkan surat itu padamu, kau ingat?"

"Jadi kau yang—"

"Benar, aku yang mengirim surat itu. Aku hanya ingin membuat Jungkook sadar akan kesalahannya."

"Aku—"

"Gyeoul-ah," Irene menggenggam tangan Gyeoul. "Dia mencintaimu, sangat amat mencintaimu. Ia bahkan melukai diri sendiri selama ini. Jika kau masih mencintainya, setidaknya bertahanlah dan terima dia kembali."

"Tapi Jungkook—aku tidak bisa menjalin hubungan dengan seorang pembunuh," kata Gyeoul lemah.

"Dia bukan pembunuh, kami bukan seperti yang kau bayangkan. Kim Taehyung dan aku, kami memang adalah kelompok mafia. Tapi kami tidak pernah menyakiti orang-orang yang memang tidak bermasalah dengan kami. Kami bahkan sering tanpa sengaja malah membantu pemerintah menuntas para peresah masyarakat, seperti preman-preman. Kami memang buruk, tapi kami tidak seburuk itu."

"Aku—"

"Bahkan mungkin sekarang, Jungkook sudah dalam perjalanan menuju kantor polisi."

"APA?"

***

"Tae, tidakkah kau berpikir semua ini terjadi karena janji Jungkook padamu dulu?"

Taehyung mengangguk. "Aku tahu, Rene-ah. Karena itu aku lakukan semua ini."

"Maksudmu?"

"Aku yakin dia tidak akan bisa lakukan tugas kali ini. Karena aku memang sengaja membuatnya tidak berhasil."

"Aku tidak mengerti."

Taehyung tersenyum. "Kau akan mengerti nanti. Sekarang yang harus kau lakukan hanyalah pergi ke tempat Gyeoul dan memastikan tentang perasaan gadis itu."

"Kenapa? Bukankah hubungan mereka telah berakhir?"

"Kenapa harus berakhir jika keduanya masih saling mencintai?"

Irene pun mengangguk. "Aku akan pergi. Aku percaya padamu, Kim." []





***
Si Jeka kebangetan emang. Samsak mahal, kan?
Btw untuk mulmed, maafkan otak kotor gue :")

Makasih udah baca :)

Grey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang