Kang Gyeoul menenteng tas tangannya. Gadis berumur 29 tahun itu terlihat sangat berantakan. Jelas saja, UGD sangat ramai siang tadi. Ia bahkan harus melakukan lima kali operasi.
Sungguh melelahkan.
Gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Ah, andai saja dia tidak berjanji akan menghadiri resepsi pernikahan Jung Hae Soo, ia pasti akan langsung tidur saja. Tapi tidak, janji adalah tetap janji. Ia berpikir mungkin sedikit air dingin dan mandi air hangat akan membantu menyegarkan dirinya.
Gyeoul memilah-milah pakaian di lemarinya. Akhirnya pilihannya jatuh pada dress di atas lutut berwarna merah muda tanpa lengan. Ia menggerai rambut coklat gelapnya dan memakai make up yang tidak terlalu tebal.
Gadis itu segera beranjak dari meja rias dan mengambil tas tangannya. Dia memakai high heels berwarna putih bersih. Gyeoul mengambil kunci mobilnya dan langsung pergi menuju ke rumah Hae Soo.
"Hai, Sunbae!" seru Hae Soo girang saat melihat senior kesayangannya menyempatkan diri untuk datang ke acaranya.
Gyeoul melambaikan tangannya. Hae Soo langsung saja berlari dan memeluk Gyeoul. "Aku senang kau datang," ujarnya.
"Tentu saja aku datang. Ini kan sebagai penebus karena aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu kemarin," ujar Gyeoul.
"Hmm, kau memang menyebalkan, Sunbae." Jung Hae Soo memajukan bibirnya. Namun setelahnya gadis itu tersenyum senang.
"Oh iya, dimana Oppa mu?" tanya Gyeoul.
"Maksudmu Hoseok Oppa?"
"Tentu saja, bodoh. Memang kau punya Oppa mana lagi selain dia?"
Hae Soo nyengir. "Dia sedang mengambil makanan. Kau tahu kan, dia itu sangat tidak tahu malu."
Gyeoul terkekeh. "Kau benar. Baiklah, aku akan menemuinya sebentar. Dah, Hae Soo!" Gadis itu pun langsung pergi mengampiri Hoseok yang sedang asyik memakan bulgogi.
"Sunbae!" seru Gyeoul.
"Oh, Gyeoul! Kau sudah datang? Apa sudah lama?" tanya Hoseok sambil menyingkirkan piring kotornya.
"Hmm," Gyeoul duduk di samping Hoseok. "Aku baru saja sampai."
"Ah, begitu."
"Ck, Sunbae. Kenapa kau malah makan disini? Kau harusnya menemani adikmu!" tegur Gyeoul. "Lihat itu, bahkan sisa sausnya masih ada di sudut bibirmu!"
Hoseok mengelap sudut bibirnya. "Tidak usah. Anak itu tidak perlu ku temani. Kalau ku temani malah dia akan mengusirku. Kau tahu kan kelakuan pengantin baru?"
Gyeoul terkekeh. "Makannya, cepatlah menikah, Sunbae."
"Cih, jangan menggodaku, Kang Gyeoul. Bahkan kau juga belum menikah. Ah, apa kita berdua menikah saja, ya?"
"Jangan gila, kau!"
Mereka pun tertawa bersama.
"Bagaimana keadaan orang tuamu?" tanya Hoseok tiba-tiba.
"Mereka baik. Sekarang mereka sedang berada di Perancis. Biasa, menikmati masa tua bersama."
"Hahaha, kau ini bisa saja." Hoseok tertawa lebar.
Tiba-tiba Hae Soo datang bersama suaminya, Kim Myung Soo. Gadis itu langsung menyerobot dan berdiri di antara Hoseok dan Gyeoul.
"Sunbae, bagaimana kalau kita minum? Kau mau ikut? Aku dan Myung Soo Oppa akan mengajak teman-teman kami minum," ujar Hae Soo antusias.
"Yak! Bocah. Mana sopan santunmu kepada yang lebih tua, huh?" kesal Hoseok.
"Ck, terserah aku. Jadi bagaimana? Kau mau ikut kan, Dokter Kang?" rengek Hae Soo.
"Tentu. Aku akan ikut."
***
Jeon Jungkook beserta para pengawalnya mengintai musuh di sebuah gang sempit. Sebelumnya ia telah memancing para musuhnya itu untuk keluar dari persembunyian mereka.
"Apa Anda yakin mereka akan datang?" tanya seorang bawahannya.
"Aku yakin. Siapa, sih, yang tidak mau uang? Apalagi sekarang mereka sedang dalam pelarian," jawab Jungkook.
"Lalu kenapa mereka belum keluar juga?" tanya seorang yang lain.
"Bersabarlah."
Dan beberapa menit setelah Jungkook mengatakan itu, sekelompok pria berbaju hitam datang ke gang sempit itu. Mereka membawa senjata, seperti pisau dan juga pistol.
"Keluarlah!" seru salah seorang di antara mereka. "Kami tahu kalian ada di sana! Ayo keluar dan hadapi kami!"
Jeon Jungkook dan pengawalnya keluar dari tempat persembunyian. Dengan langkah percaya diri, ia berjalan mendekat ke pria yang tadi berseru lantang.
"Bukankah tuan Hwang bilang kalau kalian tidak perlu membawa senjata?" tanya Jungkook disertai smirk liciknya.
"Tuan Hwang dalam mimpimu! Dasar kau penipu gila! Beraninya kau menipu kami!" ujar lelaki itu.
"Stt, tidak usah berteriak. Kalian tidak ingin ada polisi yang datang, kan? Karena kalau sampai itu terjadi, kalian jelas tahu benar siapa yang akan selamat."
"Dasar bajingan!" Lelaki itu langsung menyerang Jungkook dengan belati yang dibawanya.
Sedangkan kawan-kawannya yang lain saling bertarung dengan para pengawal Jungkook. Mereka menembak, menyayat, dengan brutalnya. Bahkan mereka tidak peduli akan luka atau nyawa yang bisa saja melayang.
Jungkook dengan beringas menghajar musuhnya. Tanpa ia duga, musuhnya kali ini sangatlah kuat. Mereka bukan sisa-sisa orang lemah seperti yang ia pikirkan. Sial! Bahkan sekarang hanya tinggal dirinya seorang. Untung saja ia hanya perlu menghadapi satu musuh di depannya.
Jungkook berhasil mengambil pistol dari salah seorang musuh yang telah tewas. Ia menodongkan pistol itu ke arah musuhnya yang juga telah menodongkan pistol ke arahnya.
Mereka diam sesaat, mencari waktu yang pas untuk mulai menembak. Jungkook merasa bosan dengan permainan tunggu-menunggu ini. Dengan tidak sabar ia menembak kepala musuh di depannya.
Tapi sial untuknya, sesaat sebelum mati, musuhnya itu sempat melepaskan tembakkan yang tepat mengenai perutnya. Sungguh sakit saat timah panas itu menembus kulitnya.
Ia pergi dari tempat itu. Tidak menutup kemungkinan bahwa musuh lainnya akan datang lagi. Jungkook menyandarkan dirinya di salah satu tembok di suatu gang sempit yang gelap.
Dia menyerah. Darahnya keluar terlalu banyak. Ponselnya juga sudah remuk. Sungguh, ia menyesal karena telah menganggap enteng musuhnya. Seharusnya ia mendengarkan Taehyung dan membawa lebih banyak orang. Dengan mengais sisa tenaga, ia mencoba meminta pertolongan.
"Siapapun, kumohon tolong aku!" []
***
Fyi, cerita ini sudah selesai dibikin dan tinggal dipublish sajahh. Terdiri atas 16 chapter dan satu epilog.Kan gue udh bilang kalo gue tobat bikin work yang panjang :v
Makasih udh baca, semoga suka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey ✔
Fiksi PenggemarWas #54 jk Kisah ini dimulai dengan dua orang dari dunia berbeda yang bertemu karena takdir. Sang Penyelamat dan Sang Pelenyap, jatuh cinta karena panah cupid yang salah sasaran. "Bukankah sudah jelas jika aku di sisi putih, dan kau di sisi hitam...