"Irene, sebenarnya apa maksudmu melakukan semua ini?" tanya Taehyung.
Ia dan Irene sekarang sedang berada di dalam mobil BMW milik Taehyung. Irene yang tengah melihat keadaan Jungkook dan Gyeoul dari balik jendela mobil pun akhirnya menoleh menatap Taehyung.
"Aku hanya ingin ia bisa merasakan cinta yang sebenarnya. Bukan cinta yang mengharuskan dia menutupi jati dirinya sendiri."
Taehyung mengangguk. "Aku juga menginginkah hal itu, tapi melihat Jungkook sekarang ... aku jadi merasa ikut bersalah."
Irene menyentuh punggung tangan Taehyung. "Kita sebagai orang yang lebih tua, harus memperlihatkan jalan yang benar pada yang lebih muda. Meskipun menyakitkan, kejujuran itu perlu."
Taehyung tersenyum. "Rene-ah, kadang aku merasa seharusnya kau dilahirkan sebagai seorang bidadari, bukan pimpinan mafia."
Irene terkekeh. "Aku ini bidadari dari neraka."
Taehyung tertawa. "Benar, sepertinya neraka juga ingin mempunyai bidadari," ujarnya. "Lalu sekarang apa? Bagaimana dengan mereka berdua?"
"Kita tunggu saja. Jika memang mereka berjodoh, aku yakin mereka akan disatukan walau melalui hambatan yang paling berat sekalipun."
"Kalau mereka tidak berjodoh?"
"Maka setidaknya, ini sudah menjadi pelajaran bagi Jungkook kita."
Taehyung tersenyum dan mengangguk. "Aku tidak menyangka, wanita yang sering membunuh korbannya dengan potassium bisa jadi kakak yang sangat bijak."
***
Gyeoul merasa kakinya melemas. Air mata sudah berjatuhan dari kedua mata indahnya. Ia sungguh tidak menyangka ini akan terjadi.
"L-lalu—apa tujuanmu dengan mengatakan semua ini padaku?"
"Aku hanya tidak ingin membodohimu lagi."
Gyeoul tersenyum dan mendengus remeh. "Kau benar. Selama ini aku telah dibodohi. Aku gadis yang idiot, bagaimana bisa tidak mengenali seorang pembunuh di dalam rumah sendiri?"
Jungkook tidak menjawab pernyataan sinis itu.
"Sebenarnya apa maksudmu? Apa tujuanmu berkencan denganku?"
"Karena aku mencintaimu," Jungkook berkata lirih. "Aku hanya ingin memilikimu."
Gyeoul mengerutkan keningnya. "Dengan menjadikanku gadis tolol yang mudah dibodohi? Kau bajingan, Jeon!"
"Aku tahu aku salah. Kumohon maafkan aku."
Gyeoul menghela napas. "Baik. Tapi kau harus ke kantor polisi dan mengakui kejahatanmu."
"Tidak."
"Apa?"
"Tidak, aku tidak mau. Aku tidak bisa melakukan itu."
"Kenapa? Apa sangat menyenangkan bagimu melenyapkan nyawa orang lain?" ujar Gyeoul.
"Bukan seperti itu. Aku—aku sudah terikat janji sampai mati. Aku tidak bisa menyerahkan diriku. Tidak akan pernah." Jungkook berkata dengan mantap.
"Meski aku yang menyuruhnya?"
"Meski kau yang menyuruhnya."
"Jadi diriku sangat tidak berarti bagimu, Jeon? Kau lebih mementingkan pekerjaan jahatmu itu? Kau sama sekali tidak ingin berubah walau aku yang meminta?"
Jungkook diam. Rasanya sangat sakit saat mendengar kalimat Gyeoul. Apalagi saat ia harus melihat air mata yang terus tumpah dari mata indah gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey ✔
FanfictionWas #54 jk Kisah ini dimulai dengan dua orang dari dunia berbeda yang bertemu karena takdir. Sang Penyelamat dan Sang Pelenyap, jatuh cinta karena panah cupid yang salah sasaran. "Bukankah sudah jelas jika aku di sisi putih, dan kau di sisi hitam...