Grey 8 : Sweetness

4.1K 646 21
                                    

Gyeoul membuka matanya perlahan. Cahaya matahari yang mengintip masuk ke dalam kamarnya sedikit menggangu. Gyeoul sedikit mengerut, sepertinya ia selalu menutup gorden itu sebelum tidur.

Ah, mungkin saja ia lupa saking bahagianya semalam. Ayolah, dia ditembak oleh pria tampan, diantar pulang, dicium mesra pula, siapa yang akan tahan dengan semua itu?

Gyeoul kembali merasakan pipinya menghangat saat mengingat kejadian tadi malam. Jeon Jungkook memang luar biasa. Ia menyukainya, sangat suka.

"Kau sudah bangun?"

Suara itu membuat Gyeoul terlonjak kaget. "YA TUHAN!"

Jungkook yang sedang membawa nampan berisi susu dan roti isi pun menaikkan alis. "Kenapa kaget seperti itu, sih? Memangnya aku hantu?"

"Jeon Jungkook—Ya Tuhan, bahkan kau lebih menyeramkan dari hantu. Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?"

Jungkook berjalan ke arah Gyeoul yang masih setengah terkejut. Ia menaruh nampan itu di meja nakas samping ranjang. "Entahlah," ia mendudukkan diri di pinggir kasur. "Tadi pagi aku datang dan iseng mencoba membuka pintumu. Eh ternyata terbuka, mungkin kau lupa mengunci pintu semalam. Gadis ceroboh!" Jungkook menyentil pelan dahi Gyeoul.

"Aku lupa,"

Jungkook menunjukkan raut kesal—bercanda.

"Hey, kenapa wajahmu begitu? Aku juga bisa lupa, kan? Aku ini masih manusia, loh!" ujar Gyeoul.

"Benarkah?"

"Tentu."

"Ku kira kau bidadari yang turun dari surga."

Gyeoul mengulum bibir menahan senyum. Pipinya sungguh terasa panas sekarang. Bodoh, bagaimana ia bisa merona hanya karena rayuan tingkat anak remaja? Sial. Ini mungkin akibat terlalu lama sendiri.

"Kenapa kau suka sekali menggodaku, sih?" Gyeoul memukul lengan pemuda Jeon itu.

Jungkook terkekeh. "Kau lucu sekali saat sedang malu," pemuda itu mencubit gemas kedua pipi Gyeoul. "Sudah sana mandi, aku ingin mengajakmu keluar. Hari ini jadwalmu libur, kan?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Apa sih yang tidak aku ketahui tentangmu? Jadi, kita kencan? Kali ini ambil jadwal liburmu, ya?"

Gyeoul mengangguk. "Oke, nanti aku akan bilang pada Hoseok Sunbae."

"Baik, itu bagus. Aku tunggu di luar, mandilah. Atau kau mau aku mandikan?" Jungkook berujar sambil menaik turunkan alisnya menggoda.

"MESUM!"



***



Gyeoul tidak mengerti perasaan apa yang sedang menghinggapinya. Antusias? Bingung? Senang? Semuanya bercampur menjadi satu. Apa sudah pernah ku katakan jika Gyeoul selalu menghabiskan waktunya di ruang operasi?

Dokter bedah satu itu bahkan sangat jarang mengambil waktu liburnya. Ia akan terus berangkat kerja, dari pagi hingga tengah malam. Ia tidak keberatan, ia suka melakukan semua itu.

Tapi sekarang ia melihat tangannya yang di genggam erat oleh Jungkook. Pria yang berstatus menjadi kekasihnya sejak kemarin malam. Ia kali ini mengambil waktu liburnya hanya karena ingin menghabiskan waktu dengan Jungkook selayaknya sepasang kekasih.

"Kita mau kemana lagi?" Jungkook bersuara.

Gyeoul ,mengendik. "Entahlah, jalan-jalan saja seperti ini."

Jungkook tersenyum. Ia mengeratkan genggamannya di tangan halus Gyeoul. Sejak tiga tahun yang lalu, ia ingin sekali menggenggam tangan mungil ini. Namun Jungkook merasa tidak pantas. Dirinya yang merupakan anggota mafia yang sering sekali saling membunuh dan melenyapkan, sangat tidak pantas dengan tangan halus yang mendedikasikan dirinya untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Hitam dan putih. Sangat berbeda.

Namun Jungkook menolak peduli. Selama ia bisa menjadi Jungkook yang putih saat di depan Gyeoul, itu sudah cukup. Gyeoul tidak perlu tahu asal usulnya. Gadis itu hanya akan melihat apa yang ingin Jungkook perlihatkan padanya. Selebihnya, biarkan hanya pemuda Jeon itu yang mengetahuinya.

"Apa es krimnya enak?" Jungkook kembali bertanya.

"Hmm, ini enak sekali. Vanila adalah kesukaanku," ujar Gyeoul sambil tersenyum lebar.

Hati Jungkook menghangat melihat senyuman tulus yang cantik itu. Ia senang bahwa senyuman itu ditujukan kepadanya. "Kau adalah kesukaanku."

Gyeoul menghela napas. "Jeon Jungkook, sekali saja—hanya sekali, bisakah kau tidak menggodaku dengan rayuan-rayuanmu itu?"

"Kau salah tingkah?"

"Iya!"

Jungkook terkekeh gemas. Ini yang ia suka dari Gyeoul, gadis itu akan mengatakan sejujurnya tentang apa yang berada di pikirannya. "Aku suka saat kau salah tingkah. Sebentar—duduk dulu disini."

Jungkook mendudukkan diri di salah satu bangku taman yang kosong, Gyeoul pun mengikuti pria itu. Gyeoul duduk bersebelahan dengan Jungkook. "Aku suka jika kau salah tingkah, Kang Gyeoul. Aku suka."

"Ck, sebenarnya apa, sih, yang kau sukai dari diriku? Kenapa kau menyukaiku? Sejak kapan?"

Jungkook tersenyum lembut. Ia menggenggam tangan Gyeoul dan mengelusnya pelan dengan ibu jari. "Eumm, sejak kapan, ya? Mungkin sejak kau mengataiku pria mesum tiga tahun yang lalu?" Jungkook terkekeh samar. "Yang jelas, aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu."

Bibir Gyeoul berkedut menahan senyum. "Lalu kenapa?" ia sedikit menjilat es krim cone-nya yang mulai meleleh. "Kenapa kau menyukaiku? Aku bahkan selalu menghabiskan waktu di ruang operasi."

"Entahlah, mungkin karena kau cantik? Sebenarnya tidak ada alasan khusus kenapa aku menyukaimu. Hanya mengalir begitu saja."

"Lalu kenapa akhirnya kau berani mengajakku berkencan?"

"Karena aku tidak mau jadi bujang tua—bercanda," Jungkook terkekeh. "Aku hanya merasa aku harus segera menjadikanmu sebagai milikku sebelum kau di ambil orang lain. Kalau sampai itu terjadi, maka sia-sia sudah perjuanganku selama ini."

Gyeoul tersenyum remeh. "Perjuangan apanya?"

"Dengar, ya! Aku bahkan mendalami ilmu bisnis, berkutat dengan berkas-berkas setiap hari, mem—" Jungkook buru-buru menghentikan kalimatnya saat ia sadar hampir saja mengucapkan hal yang terlarang.

"Mem apa?"

"Sudahlah, pokoknya aku ini bekerja keras supaya bisa menjadi kekasihmu, Nona Kang."

"Baiklah, baiklah, Tuan Jeon. Sekarang kau sudah mendapatkanku, selamat atas semua usahamu!"

Jungkook tersenyum lebar. "Kau tahu, aku rasanya ingin menciummu sekarang juga," ujar Jungkook.

"A—apa? Kau gila? Ini di tempat um—"

Namun protesan itu segera dibungkam oleh bibir dari Jeon Jungkook. Es krim Gyeoul terjatuh saking terkejutnya. Jungkook kembali mencium Gyeoul, sama lembutnya seperti ciumannya semalam.

Ciuman berakhir.

"Kau tahu, Nona Kang. Aku mencintaimu." []

***
Aku juga cinta kamu mas JeyKey :*
Gue belum pernah promosi ini book deh, jadinya sepi :(

Tapi tetap, makasih karena mau baca, semoga terhibur :))

Grey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang