Jeon Jungkook.
Pria dengan gigi kelinci itu kembali. Datang menemuinya di tengah malam. Duduk dengan gagah di hadapannya. Tuhan, sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Kenapa Gyeoul merasa Jungkook semakin tampan saja?
"Jadi ... bagaimana kabarmu?" Jungkook membuka pembicaraan.
"Eumm, masih sama. Aku masih harus mengoperasi pasien setiap hari, masih bekerja di rumah sakit, masih selalu lembur setiap malam—"
"Dan masih cantik," Jungkook menambahkan.
Gyeoul hampir saja tersenyum malu mendengar pujian itu. "Ya, terima kasih," ujar gadis itu singkat. Bibirnya berkedut menahan senyum. "Dan kau juga masih tampan."
Jungkook tersenyum kecil. "Bukankah aku lebih tampan sekarang?"
Gyeoul berdecih. "Kau masih saja narsis,"
Jungkook terkekeh. "Terima kasih atas pujiannya."
"Itu bukan pujian, ngomong-ngomong. Dan ... apa yang kau lakukan semalam ini disini?"
"Menemuimu."
"Iya, maksudku—kenapa?"
"Kan aku sudah bilang kalau aku akan datang lagi."
"Ah benar, bodohnya aku. Kau akan mengambil kalung ini? Oke, sebentar." Tangan Gyeoul sudah bergerak melepas kalung itu.
"Tidak—tunggu! Aku tidak datang untuk kalung itu, kok!"
Gyeoul mengurungkan niatnya. "Lalu untuk apa?"
"Sudah kubilang aku ingin menemuimu. Apa kau tidak merindukan pasienmu yang tidak menurut ini?" Jungkook tersenyum menggoda.
Gyeoul berdehem untuk menyembunyikan salah tingkahnya. "Tidak, kok."
"Jangan bohong, pipimu memerah, uisanim."
"Jangan melihat pipiku!" Gyeoul bergerak menangkup kedua pipinya. "Kau itu hobi sekali menggodaku, sih?!"
"Karena aku suka."
"Apa?"
"Aku suka menggodamu. Mau jadi pacarku?"
"A—ap—apa?"
"Pacar, Dokter Kang. P-A-C-A-R. Pacar. Mau tidak? Berkencanlah denganku," Jungkook mengatakan itu dengan santai.
Gyeoul masih dalam mode syoknya. "Tapi—kenapa?"
"Kenapa kau suka sekali bertanya alasan semua perbuatanku, sih? Aku mau mengajakmu berkencan ya karena aku suka padamu!" Jungkook mendengus kesal.
"Tidak—maksudku, kita baru saja bertemu setelah tiga tahun, dan pertemuan pertama kita pun tidak berlangsung terlalu lama. Dan sekarang kau datang mengajakku berkencan, tentu saja aku bingung!"
Jungkook menghela napas. "Aku bekerja selama ini, supaya bisa dengan percaya diri menembakmu, tahu!"
Gyeoul mengggit bibirnya.
"Apapun itu, yang jelas sekarang, kau mau berkencan denganku atau tidak?" Jungkook bertanya lagi, meminta kejelasan.
Gyeoul baru ingin membuka mulut saat Jungkook menambahkan. "Aku tidak menerima penolakan. Ya atau ya."
Gyeoul mendengus. "Lalu untuk apa bertanya?"
"Sopan santun, manners."
"Memangnya siapa kau berani mengajakku berkencan?" tanya Gyeoul menantang.
Jungkook menghela napasnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku jasnya. Sebuah kartu nama. "Lihat ini. Aku adalah direktur utama dari Vante Corp. Kau tahu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey ✔
FanfictionWas #54 jk Kisah ini dimulai dengan dua orang dari dunia berbeda yang bertemu karena takdir. Sang Penyelamat dan Sang Pelenyap, jatuh cinta karena panah cupid yang salah sasaran. "Bukankah sudah jelas jika aku di sisi putih, dan kau di sisi hitam...