Setelah aku memasuki gerbang, aku terlahir.
Hanyalah gadis remaja yang membosankan. Namaku Marie. Hanya satu orang yang ku kenal di dunia ini. Namanya Thom. Dia bukan manusia, dia anjingku. Dia suka ketika aku bosan. Begitu juga denganku. Aku sangat bahagia ketika dia bosan.
Hidupku memang membosankan.
Orang tuaku meninggal ketika aku berusia tiga tahun. Mereka dibunuh manusia. Yah manusia. Itu sebabnya aku benci manusia. Aku tinggal bersama pamanku yang bahkan aku tak tahu namanya. Karena aku tak peduli.
Tiap malam aku bermimpi dia lagi. Seorang lelaki seumuran denganku. Ia menatapku dengan matanya yang membosankan. Rambutnya seperti orang bangun tidur. Dia selalu menatap langit. Ia membisikkan padaku
'aku benci manusia. Tapi aku juga tertarik dengannya.'
Suaranya sangat lembut. Aku tidak tertarik dengannya, karena dia manusia.
Di kamar berukuran kecil ini, aku berkarya untukku dan dariku. Melukis abstrak dan dunia impianku. Sambil berharap kebosanan ini terus menjalariku.
Aku lelah memperkenalkan diri. Jadi, aku akan mengatakan sesuatu tentang definisi manusia.
Munafik.
Aku benci emosinya. Benci akan iri hatinya. Benci tiap adat dan sosialnya.
Manusia, aku tahu kalian semua tak seperti itu. Namun, kalian sama saja. Kalian terlalu baik hingga aku benci kalian.
Bahkan aku benci diriku.
Jam sudah menunjukkan pukul 23:00 aku harus segera tidur sebelum pria pemabuk itu menyakitiku.Tempat ini..berubah. Padang gurun luas yang tak berujung. Langit malam serta aurora yang muncul ditempat ini. Bagaimana bisa? Dengan jelas bintang - bintang ditaburkan oleh sang kuasa. Tarian sinarnya memperjelas gambaran galaksi ini. Dia muncul lagi.
Tepat disampingku, duduk seorang pria berumuran sama denganku. Dengan pose yang sama seperti kemarin. Menatap langit.
"Siapa kau? Kau selalu muncul dalam mimpiku. Apa mau mu? Katakan siapa namamu?"
...
"Hanyalah jiwa yang dibenci." jawabnya dengan pelan.
"Siapa namamu?."
"Sang kebencian."
Aku hanya diam. Bingung harus menjawab apa. Aku terus memperhatikannya. Kenapa dia selalu menatap langit?
"Aku ingin kembali." air matanya menetes mencoba terjatuh dari pipi lembutnya.
"Kemana?"
"Bintang - bintang itu. Aku terlahir dari mereka. Aku taakan ada disini jika mereka tidak meledak."
"Kau aneh."
"Orang - orang memanggilku gila. Sekarang ada panggilan baru untukku. Terimakasih."
"Untuk apa?" aku semakin menatap kedalaman matanya. Mata yang memantulkan keindahan sang langit. Untung saja ia tidak menatap air seperti Narcissus. Ia akan tenggelam karena mengagumi ketampanannya sendiri.
"Panggilan anehnya. Ohya, aku penasaran dengan wajahku. Apakah aku terlihat aneh?"
"Ya, wajahmu sangat aneh hingga mataku tak dapat berpaling darimu." aku tak sadar kebodohan apa yang telah ku katakan.
"bagaimana aku bisa melihat wajahku?"
"Kau tak pernah melihat wajahmu?"
"Tidak. Karena aku benci." ia menundukkan kepalanya
"tatap mataku. Kau akan melihat wajahmu."
Ia mendekatkan dirinya ke arahku. Perasaan apa ini? Kalbu ku bergejolak laksana angkara yang tertatih. Jantungku berdegup kencang. Apakah aku yang akan mati melihat dia?
....
Kronos membisikkan waktunya padaku.
Aku terbangun. Lagi - lagi mimpi yang aneh
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi manusia
Fantasymendefiniskan sesuatu yang sebenarnya tak terdefinisi. hanyalah tentang seonggok daging yang merongrong dalam gelap. hanyalah jiwa yang terkurung dalam daging kenajisan. hanyalah tentang segumpal tanah liat yang mencari sebuah arti. manusia. Aku men...