*cerita merupakan sambungan dari chapter dengan judul "3"
Marie mengambil kuas itu kemudian mencelupkannya dalam air. Diambilnya Warna Prussian blue-warna favoritnya sejak kecil. ia menuangkan sedikit warna itu, megambilnya dengan kuas, lalu dengan mantapnya ia menggoreskan diatas kanvas berukuran 100 x 150 cm. semuanya hening..dan membosankan. Thom disitu hanya tertidur karena bosan. Entahlah, ia lebih tenang hari ini. tak ada gunggungan sedikitpun keluar dari mulutnya. mungkin inilah suatu tanda.
Marie perlahan mundur untuk melihat lukisan abstraknya itu dari jauh. sebenarnya lukisan itu tidak terlalu abstrak. bagi orang awam, akan terlihat seperti hujan bintang jatuh. auranya seperti penuh harapan. ia merasa...bahagia namun sedikit marah dan sedih. karena kedua orangtuanya tak dapat melihat lukisannya nan indah.
Ia hanya tinggal bersama pamannya di sebuah apartmen kecil yang lembab. pamannya itu si tukang mabuk. saking pemabuknya, ia pernah nyaris memperkosa Marie. untung saat itu Thom berhasil melukai paman Marie dan Marie berhasil kabur. ketika itu terjadi, ia berlari ke sebuah danau.
ia melihat sosok remaja laki-laki yang tak asing. seakan ia pernah melihatnya pada suatu realita. mungkin hanya kebetulan, pikirnya. Marie pada saat itu perlu menenagkan dirinya. namun, bukannya ketenangan yang ia dapatkan, justru pemandangan asing yang ia rasakan. ia melihat remaja laki-laki itu melompat terjung ke dalam danau tanpa pelampung atau alat renang apapun.
Marie berpikir, mungkin remaja itu perenang ahli.
lima menit ia menunggu, sepuluh menit, hingga akhirnya setengah jam. ia menyadari bahwa remaja itu berusaha mengakhiri nyawanya sendiri. Marie melonjak panik. ia berdiri melihat sekeliling, tak ada satu manusiapun. ia berlari ke arah pemukiman warga untuk mencari bantuan. Satu-satunya makhluk hidup yang Marie temukan adalah seorang wanita berumur setengah abad. wanita itu adalah penjaga toko buku. berlarilah Marie masuk ke dalam dengan keadaan panik dan bercucuran keringat sembari menceritakan segalanya.
"Aku melihat remaja seumuran denganku, parasnya tampan dan ia...tenggelam di danau itu." Marie tahu, kalimat ini aneh,bodoh dan tidak efisien. namun sepertinya Bernadet paham siapa yang dimaksud Marie.
"Yah, remaja laki-laki itu baru saja mampir ke toko buku ini. aku akan menelpon bantuan. kau tunggu saja di danau itu sembari berdoa." Bernadet sangat tenang menghadapi permasalahan ini. tak terlihat kepanikan apapun dalam ekspresinya. ia seperti...Manusia berlagak dewa, mungkin?
Marie mengangguk lalu berlari ke danau sambil menantikan bantuan. Marie tak tahu apa yang harus ia lakukan. maka ia mengambil sebuah pena dan buku gambarnya yang berukuran A5. Ia menggambarkan....sesuatu yang biasa. sebuah titik. ia menamainya bintang polaris. alam bawah sadarnya seakan memintanya untuk menggambar titik itu. ia menemai gambar itu dengan "polaris penolong."
beberapa saat kemudia tim penolong tiba di lokasi. Marie lega, akhirnya ia dapat kembali. kembali ke apartmen mungilnya yang menyiksa. Marie tak tahu kondisi Alex setelah ia tenggelam. ia hanya berdoa supaya Alex diterima di sisi-Nya. ia percaya Alex sudah tewas.
kembali ke masa ini, lukisan itu sudah selesai. ia menamainya "Karsa" entah, iapun bingung filosofis dibalik nama itu.
Marie menyeruput secangkir teh sambil menikmati lembabnya apartmen. Namun, suasana kenikmatan itu pudar ketika si pemabuk masuk secara paksa ke kamar Marie. ia berteriak seperti orang kesurupan
"HEIII GOB**K BELIKANN AKU BIRRR!!!HENTIKAN MELULUKIS LUKISAN PAYAHMU ITU!! KAU DITAKDIRKAN UNTUK MELAYANIKUU!! ITU SEBABNYA AKU MEMBUNUH AYAHMUU.. HAHAHAHAHA AGAR AKU DAPAT MENIKMATI..." belum sampai akhir, ia tergeletak pingsan di depan pintu.
Marie hanya berkaca-kaca. ia sudah terlalu sering berkaca-kaca. namun, ucapan pamannya kali ini sungguh mengagetkan. yang membunuh ayahnya adalah pamannya sendiri. sebuah ironi yang memilukan dalam kitabnya. 'apa pembalasan yang cocok untuknya?' batin Marie.
Marie tak sanggup menahan lagi. tangisnya pecah. ia ingin berteriak sekencang-kencangnya agar sang MAHA SEMESTA mendengar. namun apa daya, ia hanya sebuah debu dari debu. ia terus menangis. seluruh anggota tubuhnya bervibrasi seakan menenangkan diri. parasnya yang cantik berubah menjadi melas dan tak berharap. ia telah hilang. seandainya karsa memihaknya sewaktu kecil, mungkin Ayahnya tidak akan mati.
"MENIKMATII IBUMU YANG CANTIK ITUU HAHAHAHA!!!!! LALU MEMBUNUHNYA..." tiba-tiba pemabuk itu melanjutkan ucapannya yang tadi. kemudian ia tertidur lagi.
Marie berdiri tegak, mengusap air matanya. rambut panjangnya ia kibaskan. ia menandakan perlawanan. ditendangnya perut pamannya itu hingga si paman memuntahkan darah. Marie tak mau melanjutkan pembalasan itu lagi. jika ia melanjutkannya, maka derajatnya akan sama seperti bajingan itu. yang ada dipikirannya saat itu bagaimana rasa sakit yang diderita kedua orang tuanya. dan bajingan ini telah merusak h.idupnya yang indah. mengasah nafsu dan kefanaan. itulah yang paling menjijikkan
ia mengemas peralatan lukisnya dalam sebuah tas ransel. memeluk foto ibu dan ayahnya kemudian memasukkannya secara hati-hati ke dalam ransel. dia berlari tanpa arah. tidak, mungkin ia berarah. mengarah pada sesuatu.
petunjuk polaris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi manusia
Fantasymendefiniskan sesuatu yang sebenarnya tak terdefinisi. hanyalah tentang seonggok daging yang merongrong dalam gelap. hanyalah jiwa yang terkurung dalam daging kenajisan. hanyalah tentang segumpal tanah liat yang mencari sebuah arti. manusia. Aku men...