4

1.2K 26 2
                                    

Lagi - lagi aku bermimpi tentang anak itu.
Seorang bocah yang aku panggil gug. aku tidak tahu siapa nama sebenarnya. Ia terus saja menirukan suara anjing hampir sepanjang mimpiku.

Mimpi ini dimulai dari gerbang kayu dengan lilitan ranting. Setelah aku membuka gerbang itu, muncul seorang anak bersayap malaikat, wajahnya bermandikan cahaya dan suaranya semerdu mada surgawi. Ia selalu duduk di antara batu kedua atau ketiga. Tempat itu penuh dengan pepohonan yang sejuk. Cuacanya selalu cerah. Mungkin ini hadiah dari Tuhan karena aku dapat merasakan suasana ini.

Anak itu tahu namaku.
"Alex, mengapa orang berubah ketika ia menjadi dewasa?"

"Aku tak tahu dan taakan pernah ingin tahu. Biarlah itu urusan mereka." aku lelah bermimpi dengan bocah ini terus.

"kenapa kau tak ingin tahu?"

"kau tahu suara semesta? Ia berbisik padaku. Ia tak mengijinkanku tahu."

"aku tahu itu keinginanmu sendiri. Kenapa semesta tak berbicara padaku?"

"karena kau masih kecil." mulutku mengucapkan hal itu dengan spontan.
Aku merasakan de javu luar biasa. Seakan seseorang pernah mengatakan ini padaku. Apa itu ucapan ayahku? Hah bodoh, ia bahkan tak peduli dengan kelahiranku.

"Apa jadi remaja itu seru?"

"jika kau memiliki masa kecil yang sangat bahagia, kau akan membenci masa remaja. Karena, kau harus meninggalkan itu semua. Namun sebaliknya, ketika masa kecilmu membosankan, kau taakan peduli bahwa kau meninggalkan masa kecil atau tidak."

"Apakah masa kecilku bahagia, Alex?"

"Apa definisi kebahagiaanmu, gug?"
"entahlah, keluargaku sudah tidak ada semua. Aku hidup di sebuah panti yang sangaatt menyenangkan. Aku memiliki Robert, Beni, Hera, dan Mama Barni yang baik hati. Kemarin aku mencicipi es krim pertamaku di dunia. Rasanya aneh, dingin, tapi kenapa aku suka? Apakah itu arti kebahagiaan?"

"Kau masih terlalu kecil untuk bertanya hal seperti ini. Kau juga bertanya pada orang yang salah. Aku hanya remaja yang membenci diriku. Kau taakan mendapat jawaban tentang kebahagiaan itu dariku."

"aku mendapatkannya. Aku mendapatkan kebahagiaan bersamamu. Di taman ini, kita bisa bicara bersama, cerita, dan kau memanggilku gug. Aku suka panggilan itu. Jika kita bertemu di dunia nyata, bolehkah aku memanggilmu kakak?"

"terserah." jujur, aku tak sanggup meneruskan pembicaraan aneh dengan anak ini. Tapi kata terakhir yang ia katakan, menyadarkanku akan satu hal. Setidaknya aku masih berharga bagi satu orang di dunia. Walaupun ini mimpi.

"Ohya mengenai pertanyaanmu tadi, aku merasa semesta berbisik padaku." bodoh, bicara apa aku ini. Bahkan lingkungan disekitarku tak ada yang mau berbicara padaku. Apa lagi sang alam.

"Apakah kau tahu jawabannya?"

"ya, itu semua karena mereka manusia. Aku juga akan berubah ketika aku dewasa. Manusia berubah karena ada energi misterius yang menyuruhnya. Waktu juga berperan dalam perubahan itu. Ia yang mendampingi manusia dalam tiap perubahannya. Kau tahu apa tentang energi itu? Ia sejenis ketakutan, kehancuran ddan sejenisnya. Ketika manusia hancur, frustasi dan takut akan dunia, mereka mencoba berubah

Definisi manusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang