Perkumpulan wanita dan laki-laki berjalan melewati kastil istana untuk mendatangi Balairung, sekeranjang bunga menghiasi tangan-tangan mereka yang mengarah ke dalam. Situasi ramai dan teratur seperti rombongan semut yang masuk ke dalam lubang mereka segera bergegas ke samping majikan dan ikut masuk.
Orang-orang yang berjalan di belakang itu adalah budak karena tidak akan baik jika mendahului seseorang yang dianggap berilmu. Lagi pula juga, tidak ada budak yang akan datang tanpa mengendarai awan ke istana. Konon awan hanya mematuhi perintah dewa. Jadi mana mungkin budak akan dapat mengendarai sebuah awan. Pertemuan ini sepertinya sangat menegangkan dan sedikit membosankan, tak ada siapapun yang memulai pembicaraan bahkan menengok pun tak bisa- pandangan mereka hanya tertuju ke depan. Chasca Coyllur pun datang dan langsung duduk dengan wibawanya lalu orang-orang itu langsung menyembahnya.
Hwanin memandang satu persatu dibarisan nomer tiga paling belakang—MERAH dan UNGU barisan yang teratur, tetapi sejujurnya ini semakin memperjelas strata di antara mereka. Barisan merah yang berani itu untuk para dewa dan barisan yang ungu ini—lamban adalah kata yang cocok untuk budak yang penurut dan menunggu perintah.
"Yang Mulia ingin mengatakan sesuatu." Hwanin terkejut sambil mengikuti seruan mereka dan berdiri, menatap pergerakan Raja Chasca Coyllur— pimpinan dewa pelindung bunga. Chasca Coyllur terpilih sebagai pemimpin bagian selatan, mengambil dewa pelindung bunga untuk bangsa tumbuhan di bumi.
Perdana mentri itu berbicara lantang." Bumi sedang mengalami kekeringan, mereka berteriak kepada kita. 'Yang Mulia selamatkan kami.' Pimpinan kita memutuskan mengadakan pertemuan untuk menyelamatkan mereka. Raja ingin para dewa turun ke bumi membantu mereka berproduksi, sebelum memasuki musim semi. Pergerakan matahari yang begitu cepat membuat mereka semua kekurangan nutrisi. Kemarau yang sangat panjang..." Coyllur bergerak dan berpindah ke tengah jauh dari singgasananya perdana mentripun beringsut mundur.
Coyllur melipat kedua lengan ke belakang "akan tiba saatnya dewa matahari menyatakan perang dengan kita. Bunga-bunga di bawah sana sudah jelas memberitahu kita untuk bersiaga. Dewa-dewi akan ditugaskan menabur putik dan nutrisi ke bumi. Jadwalnya sudah ditentukan bulan ke dua, tepat air tidak menyentuh bibir, dan burung camar tidak terlihat..." Para dewa saling memandang dan berbisik.
Bukankah itu adalah esok—mengapa begitu cepat sekali padahal Hwanin ingin bersenang-senang dengan temannya. Dia cemberut memasang muka sebal sementara budak-budak lain tampak bingung dan berisik. Dewa-dewapun juga saling memandang dan bercengkrama satu sama lain membuat seisi balairung semakin gaduh dengan suara berbisik mereka.
Hitungan sekejab mata, keranjang yang mereka bawa berputar dan menghilang dengan serpihan-serpihan kelopak bunga di mana-mana. Tentu saja Coyllur memasang kejutan ini untuk menghentikan kegaduhan. Keranjang mereka sudah hilang beberapa detik yang lalu. Walaupun takjub mereka harus bersikap sewajarnya. Dewa-dewa mereka sebenarnya tidak mampu menghilangkan keranjang dan mengubahnya menjadi bunga.
Coyllur adalah dewa yang tangguh, pemberani, dan kuat. Julukan yang cocok untuknya adalah dewa bunga yang berhati lembut. Wajahnya boleh garang, tetapi Coyllur memiliki hati yang baik dan penyayang. Perdana mentri maju kembali dan berkata, "Pertemuan ini kami tutup." Kemudian mereka bersembah kembali ketika Coyllur meninggalkan istana bersama dayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me (When The Slave God fall in Love)
FantasyCerita milik HermawatiMila Don't Plagiat! (BELUM REVISI ) *** Perebutan hati seorang gadis bernama Nara dan pengungkapan identitas macan emas membuat Hwanin terjebak di dalam teror Kim Tan dan kejahatannya. Namun karena cinta nya pada Nara sekaligus...