16. In Past

28 5 4
                                    

372 Masehi

Sekumpulan orang dengan ramainya mendatangi perbelanjaan di tengah hari.

Hari itu,  laki-laki itu datang membawa tembikar berlari cepat menuju sebuah perhunian. Dia adalah Lucas  disusul oleh Kris teman sebayanya.

Mereka adalah rival, namun sebenarnya mereka bersepupu,  dan ketika Lucas mengetahui bahwa mereka tak sengaja menindas Nara maka ia akan bertindak jauh dari apa yang semestinya. Lucas selalu mempertaruhkan nyawanya untuk Nara.

Di situ hubungan sepupu agak renggang,  Nara adalah anak yang dititipi kepada ibunya, karena ibunya mengalami traumatik ketika putrinya meninggal karena dibunuh, jiwanya terganggu maka itu ayah Lucas mengadopsi Nara untuk menyembuhkan penyakit ibunya, dan beruntung tak lama kemudian ibunya pulih.

Nara membawa semangkuk bubur lalu meletakannya di tempat tidur ibunya. "Ibu makan dulu."

Ibunya bangun menyampirkan selimut yang tadi menyelimuti tubuhnya, " Kau sudah makan?"
"Ibu tidak usah khawatir, kakak nanti akan membawakan makanan untukku. Ibu apa aku boleh bertanya?"

Ibu berhenti menyendoki kuah buburnya, "katakan saja?"

"Aku selalu bermimpi bertemu seseorang, dia sangat tampan, tinggi dan dewasa. Barangkali ibu mengenalinya dari keluarga ibu, namanya Hwanin?"

"Hwanin? Nama itu seperti dewa, di korea akan jarang sekali nama itu,"

"Jadi tidak ada nama Hwanin dari keluarga ibu?"
"Tidak sama sekali, kenapa kau sangat terkejut."

"Harusnya aku tidak menyetujui lamarannya."Nara menggulung pita hanboknya.

"Yak!" Ibunya memukul ranjangnya, "siapa yang memberi izin kepadamu menerima lamaran orang asing, apalagi itu di mimpi,"

"Ibuu, jangan keras-keras nanti kakak tahu!" Nara tersipu-sipu.

"Biar! biarkan saja kakakmu tahu. Dasar bodoh, kita ini darah  bangsawan, berani-beraninya."
"Ibuuu, aku malu."

"Kau harus dijodohkan dengan Tn. Lu, ayahmu sudah memberitahu itu."

"Ah, ibu aku bahkan belum memberikan suaraku untuk menerima pernikahan dengan pria dari dinasti Jin  itu."

"Katakan saja iya, beres kan?"
Nara mendengus dan merengek, usianya masih sembilan belas tahun dan harus dijodohkan dengan Luhan, ini semakin jelas dirinya adalah barang pertukaran.

"Tahun besok, kakakmu  yang akan menyusul. Oh, ya kau harus bahagia karena dia bangsawan dari dinasti Jin. Dan kau akan kaya raya."

Lucas datang menghampiri mereka dari daun pintu, "apakah ibu sudah sehat?"

"Aku sakit hanya sebentar, tidak perlu khawatir. Kau juga jangan terlalu lelah Lucas, lihat wajah anakku yang tampan bisa saja keriput sebelum menikah, katakan padanya jangan bermimpi terus, besok lusa dia akan menjadi pengantin." Cibir ibunya.

"Benarkah? Siapa yang kau mimpikan adikku yang cantik?" Berjongkok di depan Nara yang duduk di atas ranjang ibunya.

"Tidak ada apa-apa lagi pula aku bukan anak kecil lagi, harus lapor padamu."

"Bagiku kau tetap adik kecilku, apa kau memimpikan Hwanin lagi?"

"Astaga, kapan aku mengatakannya padamu?"
Lucas terkekeh, "kau tidak ingat, setiap malam kau menyebut nama itu dalam tidurmu di pangkuanku, Nara kau harus hati-hati, lelaki itu semua serigala," Lucas mengelus rambut Nara.

2 hari setelahnya.

Nara, aku selalu menunggumu jadi kumohon jangan berikan hatimu untuk orang lain.

Aku Hwanin, setiap zaman akan mencarimu,

"A- A pa? Apa? Aku salah dengar, kau mau mencariku?"

Nara membuka matanya  dengan kasar,  " Nara, pernikahanmu akan mulai. Apakah kau siap?"

"Maaf aku baru saja tertidur?"
"Apa aku boleh masuk?"pinta Lucas dengan pakaian formal yang sudah rapi.

"Kau gampang sekali tertidur."
"Di mana mereka?"Nara menoleh menanyakan seseorang.

"Eri dan Kris? Dia sudah di sana sejak tadi. Tenang saja mereka tidak akan berbuat nakal lagi, bocah-bocah itu sudah ku bredel."

"Tetapi kak..."

"Kau tidak usah khawatir, mereka tidak akan dendam padaku dan padamu."Jawab Lucas dengan menyombongkan diri.

"Ayolah akan aku antar kau ke kendaraan," Lucas menggandeng tangan Nara untuk menbawanya ke tandu.

Nara berhias sangat cantik seperti dewi yang baru saja turun dari langit. Hanboknya sepadan dengan kulit dan keceriaannya, dia adalah primadona setiap lelaki yang berhasil memandang wajahnya.

Apakah benar pria itu ada? Apakah jangan-jangan itu omong kosong. Hwanin itu tidak ada, pikirnya  sambil tersenyum memandang kain transparan yang di sekitar jendela.

***

Langit ke 5.
"Yang Mulia, Hwanin ada di tempat lain, aku pikir mengapa pertemuan mereka sulit sekali ? Dia sudah menjadi setengah manusia bukan?" Coyllur diam menatap pantulan air yang berisi perjalanan Hwanin dan Nara,

"Maafkan aku Yang Mulia, bukankah dia cucumu juga, tak bisakah kau memberi jarak untuk mereka?"
"Jika aku bisa aku sudah dulu  melakukannya."

"Empat lelaki itu sepertinya, akan terus mengikuti kehidupan  Nara," perdana menteri meramal kehidupan selanjutnya.

Coyllur memandang kembali ke permukaan air yang memperlihatkan Lucas, Kris, Eri dan Luhan.

"Omong-omong, apakah kau mengasihani gadis itu Yang Mulia?"

Coyllur lagi-lagi tersenyum tapi agak sinis, "Ah ya itu bukan kau, itu pasti permaisuri."

"Permaisuri tidak membiarkan gadis itu merasa sendirian. Aku pikir gadis itu akan bereinkarnasi menjadi sangat menderita. Tetapi... syukurlah permaisuri memberi welas asih, sehingga dewa langit mengabulkan permintaannya. Aku minta maaf Yang Mulia karena aku terlalu banyak berbicara," ujarnya setelah mengeluarkan semua nya.

"Kau bahkan sangat benar, perdana menteri, aku tidak dapat berbuat apa-apa selain membuatnya tersiksa." Ujar Coyllur dengan perasaan iba.

TBC

Remember Me (When The Slave God fall in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang