6. Memandang Curiga

27 9 1
                                    

"Pandangan mu itu membuatku khawatir."


****

Siang di dalam apartemen seorang Kim Tan duduk menikmati segelas Wine yang dituangkan oleh wanita penghibur yang berada di sekelilingnya. Tatapan itu terus memandang ketat pada layar televisi. Tanpa mendengarkan musik yang mengalun lembut di dalam ruangan bercahaya biru ini.

Dia antusias mendengar berita tentang pencurian terhadap senjata militer yang diperlihatkan oleh stasiun televisi, beberapa anggota NIS yang berpatroli mengejar lelaki meluncur di skateboard itu tentu dia adalah suruhan ketua macan emas.

Kim Tan gelagatnya yang seperti pembunuh darah dingin ini tersenyum miring dan tertawa sehingga menimbulkan bunyi tawa lepas di dalam ruangan. Di balik kesenangannya itu beberapa bodyguard menunggu perintah dari Kim Tan di samping televisi seperti anjing penjaga yang patuh pada manjikan.

Saat yang sama. Nara pemilik nama yang cantik ini mengintip di balik tembok ketika Lucas dan Hwanin bercengkrama satu sama lain, mereka mudah akrab.
"Kau masak apa?" Lucas mendatangi dan mencicipi hasil olesan selai yang dituangkan oleh Hwanin. Dia sempat melotot karena selai terlalu banyak dituangkan olehnya.

"Jangan begini. Selainya terlalu banyak." Hwanin bingung dan mendengarkan Lucas berbicara, tangan Lucas mengambil toples yang berisi selai dan memasukkannya lagi ke dalam toples tersebut. "Begini jadi lebih hemat."

"Kau baru seminggu di sini?"
"Seminggu di dalam rumah ini dengan curigaan."
"Memangnya siapa yang mencurigaimu?"Lucas bergerak di samping Hwanin dan memandang penasaran.

Hwanin tidak dapat mengatakan apapun selain Nara yang datang lebih cepat dari perkiraan memeriksa pekerjaan nya.
"Sudah selesai? Kakak aku harus pergi ke sekolah pagi ini kau tidak kemanapun kan?"

"Tidak aku sedang menikmati liburanku kalau kau pulang larut hubungi aku agar aku bisa menjemputmu." Lucas menawarkannya.

Dia memang sangat khawatir tentang Nara yang pulang larut malam meskipun keadaan malam di korea dapat dikatakan aman, tetapi lain hal jika di atas pukul sepuluh. Di kota ini suka ada orang mabuk, di manapun mereka berada pasti akan menjumpai hal situasi seperti itu. Sebenarnya hal ini yang membuat Lucas khawatir tentang jam pulang Nara.

"Oke siap sir. Dan Tn. Hwanin hari ini kau tidak membuat kekacauan di dapur sewa kamarmu ku potong. Sampai jumpa dah."
"Hei. Nara kau tidak mau makan rotimu dulu?"
"Aku sudah memakannya. Daaah" suara Nara tersapu oleh udara yang terdengar adalah kalimat terputus-putus dari dapur.

"Sampai di mana tadi? Oh iya kau beresi dulu pekerjaanmu nanti kita ngobrol lagi." Ujar Lucas sambil menggigit roti panggang dan meninggalkan Hwanin yang memanggang ayam.

Lucas menggeret Kursi dan duduk sambil menonton berita di televisi. Dia sama sekali tidak panik dan khawatir ketika camera menyorotnya tajam saat meluncur di skateboard miliknya. Dia duduk dengan tenang sambil menghabiskan sarapan di atas meja.

Tanpa sadar tulip yang berada di atas meja tiba-tiba bercahaya lagi kali ini warnanya merah bukan ungu. Lucas terkejut pada cahaya itu lalu langsung mengambil gelas kaca. Dan menatap keheranan apakah Nara sengaja menaruh laser ke dalam tulip ini? Dia memutari gelas perlahan lahan memeriksa laser yang berada di sana.

BRAK- terdengar suara keras di dalam dapur mendadak Hwanin terjatuh di atas lantai yang dingin sehingga menimbulkan bunyi pukulan keras dari panci yang sempat ingin di panaskan. Lucas bergegas pindah tempat mendengar bunyi-bunyian itu matanya menangkap panci yang tumpah dengan tepung bertaburan di atas lantai serta Hwanin yang terkapar setengah sadar. "Tulipnya butuh tempat baru."

Remember Me (When The Slave God fall in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang