3. Berputar- putar

50 9 0
                                    


Hwanin berputar mengelilingi seluruh hutan merasa cemas dan takut. Suara desis di ketika menuruni jalanan perbukitan, desis telah mengalahkan ketentaraman yang telah terjaga. Apabila memasuki semak berduri terdapat seonggok kotoran binatang liar dengan menyentuh kaki kirinya.

Suara-suara meracau menghilang di udara dingin yang menyentuh bulu di kulit. Hwanin menyapu semak berduri mengeret kaki yang terluka karena tergores duri. Burung hantu mendesis di bawah rembulan sabit, menakuti pandangan nya. Hwanin yang lingung hanya dapat berterus terang menimpali ke atas langit,

"Yak kau beritahu padaku tempat apa ini?" dia berteriak, bergetar karena suaranya dikalahkan dengan lolongan serigala. Dia berteriak sekali lagi sehingga wajahnya tersungut-sungut dengan mata berapi-api. Dia menggeret pakaiannya yang bercerai ditarik ranting pohon, peluh berkeringat terlintas saat menerawangi semak-semak dan pohon yang tinggi.

Dia rasa ingin sekali lagi menimpali raja yang egois itu, akibat berlari tanpa arah rambut dan tubuhnya basah terkena keringat.

Dia mengutuk Coyllur atas pengusiran ini, dia sangat menderita. "Berikan aku kesempatan Coylluuur." Hwanin berteriak dengan kekuatannya itu sehingga binatang yang berada di sana juga berteriak , Hwanin menangis dengan histeris. "Pulangkan akuuuu!" Hwanin menendang batu kecil yang mengganjal di sela-sela jemari kakinya.

***

Sejak pagi Hwanin tidak sadarkan diri sehingga Nara menaruh curiga , pukul 1200 waktu Korea Selatan. Hwanin tersadar dan mendapati sedang memeluk seorang perempuan yang tidak dikenalnya, kedua matanya itu mengendur ke sekeliling tempat mengamati setiap sudut kamar berwarna jingga tersebut.

Nara mengerat penguatan jemarinya di pakaian Hwanin yang lusuh dan tak terurus. Lelaki itu melepas pelukannya dan beringsut ke belakang, wajah nya itu mengatakan, "Kau siapa?" dia membuka suara. Nara bertolak pinggang dan marah pada Hwanin, "seharusnya aku yang bertanya kau siapa, dari mana asalmu, kenapa kau mengenakan copslay. Dan kenapa kau pingsan? Memangnya kau tidak tahu seberapa cemas diriku karena kukira kau tewas."

"Aku, aku tidak tahu di mana tempat ini. Mengapa kau berada di depanku?" Hwanin bisa saja nekat tadi mendorong Nara dari ranjangnya, alhasil mungkin Hwanin akan segera dilempar keluar oleh Nara.

"Oh ayolah berhenti membuatku kesal, kau membalik pertanyaan sehingga membuat kepalaku pening. Hei, kenapa kau berbicara Formal sekali. Ini bukan pertunjukan. Itu tanggalkan pakaianmu dan taruh di sana, baumu terlalu kuat di dalam ruangan ini."

Hwanin memeluk dirinya "Tidak mau. Kau ingin melakukan apa dengan tubuhku?' Nara naik ke atas ranjang menarik Hwanin untuk menanggalkan pakaiannya yang lusuh dan terlihat kolot. Hwanin tidak sempat berpikir dia melakukan pukulan pada dahi Nara sehingga membuat gadis itu meringis lantaran pukulan itu begitu keras sehingga membuat pipi Nara berubah warna.

"Hei kau. Tidak sopan kamu memukul wanita. Sekarang aku tidak sabar tanggalkan pakaianmu itu. " Nara nekat melakukan itu sehingga terjadi perebutan antara Hwanin dan Nara. Jika saja Hwanin melepaskan pakaian itu Nara tidak akan semarah ini dan memukul bahunya.

"Hei kau hentikan ini. " Nara menanggalkan paksa pakaian pria itu, dia pikir Hwanin akan tinggal diam, Hwanin memukul hidung Nara sehingga terpelanting ke belakang dan turun mendarat pada petak lantai persegi di sana, Nara mendapati cairan dari hidung berwarna merah itu dan mengalir deras menyentuh jemari-jemari yang kurus di sana dan Hwanin menyadari kesalahannya, dia melompat turun dan mendekati Nara, kesal diperlakukan itu Nara menangis terisak dan Hwanin mendapat kebingungan.

Remember Me (When The Slave God fall in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang