Part2

4.8K 305 10
                                    

"Hanson,apa ini?"Tanya Dominic seraya menatap selembar kertas yang dipegangnya.

"Tagihan kartu kreditmu,tuan." sahut pria gemulai itu dengan pelan.Sebenarnya, dia tidak ingin memberitahu tuannya itu. Tapi, mau bagaimana lagi?

"Kenapa tidak melunasinya?" Tanya pria bernama dominic itu. Kini matanya menatap asistennya. Satu tangannya meremas kertas itu dengan kesal.

" Kartu debitmu sudah limit." Sahut hanson yang duduk di sebrang dominic.

Pria itu mengerutkan dahinya dan menghembuskan nafasnya dengan kasar."Bagaimana dengan pelelangan rumahku?"

"Pihak Bank belum ada menghubungiku tuan."Jawab hanson

"Aku memecatmu hanson!Seru Dominic. Pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati jendela." Pergilah! Cari majikan yang bisa membayarmu!"Serunya lagi

" Tidak tuan, dom. Aku akan tetap menjadi asistenmu. Aku rela kau tidak menggajiku."
Sahutnya lalu menggigit telunjuknya.

Dominic berbalik dan memandang hanson dari balik topengnya. "Terimakasih atas kesetiaanmu padaku,han."

Hanson tersenyum. "Makanya, Kau harus melukis lagi tuan. Supaya kau bisa menghasilkan uang dan melunasi hutangmu.''
Ujarnya pada tuannya itu.

Aku memasuki mansionku dengan sedikit malas. Biasanya setelah setengah hari bekerja seharian di kantor aku akan bahagia ketika pulang ke rumah. Tapi, kali ini tidak. Di rumah ada pria bertopeng dan si lumba-lumba.

Aku membuka pintu dan ku lihat pria bertopeng juga si lumba-lumba sedang duduk berbincang-bincang di sofa.

"Mengapa kau pergi seenaknya?"

Aku menatap pria bertopeng itu. "Aku terikat kontrak kerja dengan sebuah Perusahaan. Jika, aku tidak bekerja. Aku akan dituntut. Lagipula, Bagaimana biaya hidupku sehari-hari jika aku tidak bekerja? Kau menjadikan aku pembantu tanpa gaji.

Pria bernama dominic itu terdiam. "Bersiaplah! Bersihkan kamarku!" Titahnya dengan tegas.

Aku berdecak kesal dan meninggalkan ruang tamu. Apakah aku sungguh akan menjadi pembantu di rumahku sendiri?Selama setahun? Aku membuka pakaian kerjaku dan mengaitkannya di pengait. Aku memakai celana trening selutut berwarna biru dan kaos lengan pendek berwarna sama .

Aku memasuki kamar milik pria itu. Oh ralat! Kamar ini kamar ayahku... Pria itu datang tiba-tiba dan merebutnya. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan kamar itu. Nuansa cat seperti papan catur terkesan gelap dan menyeramkan. Cih! Apakah dia seorang gotic lovers atau pecinta horror...? Aku mengernyit melihat beberapa kuas dan cat berserakan di meja. Kini tatapanku tertuju pada lukisan satu keluarga yang bertengger di samping ranjang. Sepasang Lelaki dan perempuan juga dua anak laki-laki. Aku mendekati lukisan itu dan mengamati keempat objek yang terlukis di canvas yang berukuran besar. Tanganku terulur dan meraba lukisan itu. Lelaki itu Seperti wajah Dominic Martinez.. Dia sungguh tampan. Alis tebalnya dan rahang tegasnya juga mata cokelat terangnya yang menyalang. Mengapa pria itu selalu menggunakan topeng di dalam rumah? Disini kan tidak ada paparazzi.

Aku mulai merapihkan semua kuas dan cat yang berserakan. Memasukkannya ke dalam tempatnya masing-masing. Ku tata barang-barang dan juga beberapa file yang tergeletak dimana-mana.

"Makan malam untukmu!" Teriakku. Tapi, tidak ada sahutan. Aku pun memutuskan untuk memasuki kamarnya. Ku pikir akan menaruhnya di atas meja.

Benar saja,pria itu tidak ada dan aku mendengar suara dari dalam kamar mandi. Pantas saja aku tidak mendapat sahutan darinya. Mataku melihat topeng putih yang biasa digunakan oleh dominic. Aku mendekati ranjang dan meraihnya. Ku tatap sesaat topeng itu.

TIARABELLE & THE BEASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang