Dalam hidup ini, ada hal-hal yang tak ingin kita lanjutkan
Namun kita terlalu takut untuk mengakhirinya.
-Socrates-
.
.
.
Busan, Korea Selatan. Juni, 2011
Riuh langkah sepatu terdengar di koridor sekolah, hampir semua siswa kini menuju papan pengumuman dimana urutan peringkat sekolah telah terpasang di sana. Namun tidak bagi Jimin, lelaki yang delapan bulan belakangan ini menjadi pendiam nampaknya tak tertarik dengan hal itu. Ia hanya menatap gerombolan itu dari kejauhan dengan pandangan malas.
"WAH, JIMIN RANGKING SATU LAGI. ANAK ITU MAKAN APA SIH?"
"Yak kecilkan suaramu! Dia melihatmu!"
Lelaki yang tadi berteriak sontak menoleh mencari keberadaan Jimin, sedangkan Jimin kini memilih berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya dan segera pulang ke rumah.
Delapan bulan belakangan ini Jimin tak seperti biasanya, lelaki itu berubah menjadi pendiam dan menjauhkan dirinya dari teman-temannya. Tatapannya tak sehangat dulu, kini sebuah berubah tajam penuh emosi. Candaannya tak pernah terdengar lagi. Jujur saja, teman-temannya merindukan sosok Jimin yang akan dengan senang hati mengajarkan mereka satu per satu saat tak mengerti dengan pelajaran yang mereka hadapi, mereka merindukan sosok Jimin yang kadang jail terlebih menjaili Jiyeon –pacarnya kala itu, mereka merindukan segala hal yang sering Jimin lakukan. Namun kini semua berubah, lelaki itu menjauh dan temannya menjadi canggung.
Langkah Jimin kemudian berbelok memasuki kelas, namun tepat saat itu langkahnya terhenti melihat sebuah benda di atas meja yang kosong beberapa bulan belakangan ini. Emosinya memuncak dan dengan gerakan cepat ia menuju ke tempat itu, mengambil sebuah bunga krisan yang diletakkan di sana.
"Siapa yang meletakkan ini di meja Jiyeon?" suaranya menahan geram membuat seisi kelas terdiam. Jimin menatap temannya yang berada di tempat itu satu persatu, "AKU TANYA SIAPA YANG MELETAKKAN INI?"
Salah satu dari mereka berdiri membuat pandangan Jimin menuju lelaki itu, "Jimin-ah, selama ini kita tak pernah melakukan penghormatan pada Jiyeon. Jadi kami semua..."
"Jiyeon belum mati. Melakukan penghormatan apa yang kau maksud?"
"B-bukan begitu,"
"Sekali lagi kalian melakukan hal ini, akan kupastikan kalian semua dikeluarkan dari sekolah ini," ancamnya, ia melempar bunga krisan itu ke lantai dan berjalan menuju mejanya. Lelaki yang tadi berdiri segera berjalan menahan langkah Jimin.
"Jimin-ah, walau ayahmu donatur terbesar kau tak bisa melakukan ini pada kami!"
Namun Jimin tak peduli dan hanya berjalan pergi meninggalkan perasaan bersalah di benak teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal Hunter ✅
Fanfiction[THRILLER-ACTION FANFICTION] They're criminal's hunters. Look out for the trail and reveal it. While the bloods and bones are scattered, when everything tries to kill you slowly. Are you ready to reveal it with them? Regard veraciouSri98 ©2018