(Part 3)

3.2K 480 17
                                    

Part 3

Chanyeol memutuskan tak berangkat ke kantor hari ini. Seluruh badannya mendadak lemas sejak kejadian tadi malam.

"Kau yakin tidak mau kutemani?" sosok Kyungsoo muncul setelah menutup lemari pakaian mereka.

Chanyeol menggeleng pelan. Kyungsoo terdiam sejenak, kemudian dia mendekati kekasihnya dan menangkupkan kedua tangannya di wajah kekasihnya tersebut. Hari ini Chanyeol seperti bukan dirinya, tidak ada senyum sedikit pun di wajahnya sejak semalam. Ia seolah dirudung ketakutan yang luar biasa.

"Chan, tatap aku." Kyungsoo memandangi wajah Chanyeol yang pucat. "Aku hanya akan menengok toko sebentar, setelah itu kita ke dokter."

"Aku tidak sakit." Tolaknya.

"Tapi kau lelah. Kau butuh istirahat."

"Mungkin aku sudah gila, Kyung..." katanya dengan suara parau, membuat Kyungsoo menggeleng kuat. Chanyeol melepaskan kedua tangan Kyungsoo yang masih memeganginya, lalu beralih kepada pundak pria itu. Ia membenamkan wajahnya. Kyungsoo mengelus kepalanya. Sesekali Kyungsoo mendaratkan kecupan di telinganya.

"Jangan tinggalkan aku..." gumam Chanyeol dengan suara parau.

Kyungsoo terdiam. Dia tahu ini bukan permintaan Chanyeol untuk menghentikannya pergi menengok toko. Namun kalimat ini ditujukan untuk hal lain. Hal yang sangat mendalam baginya.

"Tidak akan." Bisik Kyungsoo mantap. Chanyeol menegakan kepalanya menatap wajah Kyungsoo lekat. "Berjanjilah padaku, apa pun yang akan terjadi kau akan terus di sampingku." Tatapan matanya menajam, "....selamanya."

Kyungsoo tertegun, wajah Chanyeol tak dapat ia gambarkan. Namun perasaannya yang sangat kuat membuat Kyungsoo mengangguk.

"Aku berjanji."

*****

Sehun tertegun melihat sesosok pemuda di luar restoran yang sejak tadi berdiri diam sambil memandangi ke arah toko. Sehun melirik sekitarnya untuk mencari-cari sosok yang mungkin saja menjadi magnet dari pandangan pemuda itu. Sehun mengingat sosok pemuda tampan itu, dengan matanya yang tajam mana mungkin dia bisa lupa.

Pemuda itu sudah beberapa kali datang dan makan di tempat ini, namun ia sama sekali tidak pernah bersuara. Bukan itu saja, Sehun juga kerap kali memergoki pemuda itu sedang menatap ke arah restoran dengan pandangan mata yang tajam. Seperti saat ini.

"Apa aku harus panggil polisi?" gumamnya khawatir.

Tiba-tiba dia dikejutkan oleh seorang karyawan yang tertarik dengan kegiatan Sehun.

"Lihat apa?" tanyanya mencoba mencari arah pandangan Sehun.

"Kau kenal dengan pemuda itu?" Sehun menunjuk pemuda di sebrang toko dengan wajahnya.

"A-ah." Temannya menggeleng, "Tapi bukannya dia pernah beberapa kali datang kemari untuk makan, ya?"

"Iya seingatku juga begitu." Sehun melipat tangannya.

"Kemarin sore dia datang ke sini dengan seorang pria." Mendadak muncul satu lagi seorang karyawan wanita di belakang mereka.

"Oh, ya?"

"Iya, kemudian saat keluar dari sini, pemuda itu terlibat adu mulut dengan teman prianya itu."

"Wah, kapan?" Sehun dan seorang temannya terlihat antusias.

"Kemarin sore, kau kan ijin kemarin, Sehun-ah."

Sehun menoleh kembali ke arah pemuda itu. Ini aneh sekali. Sebenarnya apa yang diinginkan pemuda itu?

Jaaneman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang