* * *
Sehun berlarian di lorong rumah sakit. Mendengar istrinya yang melahirkan, pria itu segera mendatanginya.
"Sejeong!" Sehun melihat istrinya di ruang rawat.
Sejeong sedang mengatur nafasnya, saat melihat suaminya datang ia menggenggam tangannya begitu erat.
"Aku di sini...," Sehun berusaha menguatkannya.
"Huff... huff..." Sejeong menghembuskan napasnya dengan keras. "Sakit... sakit sekali..." keluhnya hingga airmatanya keluar.
"Kau kuat! Ayo, kau bisa!" Sehun menyatukan kening mereka. Menggenggam jemari Sejeong yang sudah bertaut dengannya sejak tadi.
Seorang dokter wanita tiba-tiba muncul dan memeriksa pembukaan.
"Sudah waktunya," ujarnya.
Disusul beberapa suster yang datang membawa tubuh Sejeong ke kamar persalinan.
"Anda bisa menunggu di luar, Tuan." Seorang suster menahan Sehun di luar.
"Jangan! Aku mau suamiku..." Sejeong meminta suaminya agar ikut ke dalam.
Sehun segera mengenakan pakaian steril dan menemani persalinan Sejeong di dalam. Sementara keluarganya yang lain menunggu dan berdoa di luar kamar persalinan.
"Huff...!" Sejeong mengambil napas. "Nggg!!!" Mengedan keras, namun usahanya kurang berhasil.
Sehun di sampingnya, mendekatkan kepala mereka, membisikan semua kata semangat untuknya.
"Sejeong... Sejeong..." bisiknya lembut, "Kau wanita hebat, ingat janji kita... ini anak kita..." sementara tangannya diremas begitu kuat oleh wanita itu.
"Hhaa...haa..." Sejeong mengatur napasnya kembali. Sebuah tarikan keras saat mulutnya menjerit, "Nggghh....aaa....AAAAAAAAAKKKHH!!!" itu seperti sebuah dorongan keras saat kepala bayinya menyembul dan menjerit.
Suara tangisan pertama bayi mereka.
Akhirnya anaknya lahir!
Sehun begitu terharu melihat anak pertamanya lahir. Seorang bayi laki-laki yang sehat dengan kulit yang sangat bersih, seperti kedua orang tuanya.
"... namanya," Ibu Sejeong bertanya, "Siapa namanya?"
Sehun tersenyum menatap bayi laki-lakinya.
"Namanya..., Oh Kyungsoo."
_____ . . .
Sudah sejak lama, Sehun telah menanggalkan mimpinya menjadi seorang model dan beralih menjadi seorang koki. Berkat kerja kerasnya selama bertahun-tahun ia berhasil membuka sebuah restoran kecil di pinggiran kota. Bersama Sejeong, istrinya.
Oh Kyungsoo adalah buah cinta pertama mereka, setelah Sejeong divonis memiliki kelainan rahim. Menunggu hampir tujuh tahun lamanya hingga akhirnya segala doa dan upaya mereka berbuah manis.
Tahun berganti tahun, Kyungsoo kecil beranjak remaja dan kini telah duduk di bangku SMP. Ia tumbuh menjadi seorang anak yang periang dan penyayang. Menyukai masakan Ayah dan Ibunya dan bercita-cita ingin membuka restoran seperti Ayahnya, Oh Sehun.
"Ini hari pertamamu masuk sekolah, jangan sampai terlambat!" Sejeong menaruh bekal di tas Kyungsoo.
"Iya, Eomma..." Kyungsoo menatap sang Ibu sambil tersenyum, membuat pipi bulatnya terlihat menggemaskan.
"Ayo, Kyungsoo kita berangkat!" Sehun muncul sambil mengajak puteranya tersebut.
Sekolah tempat Kyungsoo berada berjarak tak jauh dari rumah. Sehun memang sengaja memasukan anaknya ke sekolah ini agar bisa sesering mungkin memantaunya.
"Hati-hati!" ujarnya melepas Kyungsoo ke sekolah barunya.
Kyungsoo melambai saat mobil Ayahnya berjalan meninggalkannya. Kyungsoo harus segera masuk agar bisa bertemu dengan kawan-kawan barunya.
Ia berjalan dengan percaya diri menuju kelasnya yang tak jauh dari lapangan utama. Sekolahnya begitu asri dengan pohon-pohon hijau yang membentang sepanjang sisi sekolah. Beberapa anak seusianya namun berbeda kelas terlihat berlarian dan melewatinya dengan gelak tawa.
Saat Kyungsoo berjalan beberapa anak laki-laki lain berjalan berlawanan arah dengannya, mengobrol seru dan melewatinya. Namun,
"Akh!" Kyungsoo terhuyung ke belakang.
Demikian pula tubuh seorang pemuda di belakangnya. Kyungsoo terpaksa menghentikan langkahnya saat anak laki-laki itu memekik kaget. Mereka mendapati sesuatu yang lucu di sana.
Gelang aksesoris yang dipakai anak laki-laki itu menyangkut di jaket sweater tebal yang Kyungsoo kenakan. Membuatnya sulit sekali terlepas.
"Maaf, maaf..." Kyungsoo mencoba melepaskannya. Tapi sulit.
"Iya, aku juga minta maaf... malah nyangkut," ujar anak lelaki itu.
"Aku akan mengguntingnya supaya lepas," Kyungsoo melepaskan ranselnya.
"Huh? Jangan!" anak itu menolak, "Tak apa coba dilepaskan pelan-pelan,"
Dan keduanya mencoba melepaskan sangkutan di antara gelang dan sweater tersebut. Lima belas menit kemudian, sangkutan itu terlepas. Menimbulkan helaan lega dari keduanya yang disambut gelak tawa.
"Maaf ya, jadi merepotkan. Seharusnya aku tidak pakai aksesoris," katanya menyesal.
"Iya, aku juga minta maaf, gelangmu jadi rusak kan..."
"Sweatermu juga," ujarnya.
Kyungsoo tersenyum kecil. Begitu pun dia.
"Kau anak kelas berapa?" tanyanya.
"Kelas I,"
"Ouh..."
Keduanya saling menatap. Kyungsoo tertegun memandangi pemuda ini. Wajahnya terasa familiar baginya.
"Siapa namamu?" tanyanya.
"Kyungsoo, Oh Kyungsoo..."
Pemuda itu membalasnya, "Hai, Kyungsoo. Aku Chanyeol, Lee Chanyeol." Ucapnya mengulurkan tangan sembari tersenyum.
Kyungsoo tersenyum menyambut uluran tangan Chanyeol.
"Hai, Chanyeol..."
|
Selesai