8th

14K 637 15
                                    

Enjoy~~
.
.
.
.
.
.
.
.

(Dena)

Begitu banyak yang kulalui dalam hidup ini,

Sinar matahari masuk ke celah mata gua yang sedikit kebuka. Maksa gua buat bangun, padahal mah gua masih males. Pas gua mau duduk, tiba-tiba ada lengan yang nahan pinggang gua.

Alfi.

Gua biarin lengannya meluk erat pinggang gua, sementara gua masih mengagumi wajah sempurna masterpiece Tuhan di depan mata gua ini.

Jujur, gua iri sama dia. Meski pun rambutnya udah dipotong macem anak laki-laki, tetep aja cantiknya masih keliatan. Apalagi ditambah wajah damainya pas tidur bikin pagi-pagi jadi super adem.

"Nghh..."

Denger lenguhan dia bikin gua ketawa kecil.

"Alfi, bangun,"

Perlahan mata elang itu ngebuka, nampilin iris item seitem rambutnya yang lagi-lagi sukses bikin gua jatoh ke perangkapnya lagi.

"Pagi, Spike," sapanya dengan suara serak khas orang baru bangun. Yang entah kenapa bikin dia semakin...

Rrrr~

"Pagi juga," bales gua. Dia senyum terus ngusek-ngusek di pinggang gua.

Dan begitu mengherankan bila aku tak bahagia,

"Aku males,"

Agak aneh sih pas dia bilang "aku", tapi tetep aja gua gak bisa nahan senyum. Suaranya agak kaku pas nyebut, dan gua yakin suara gua lebih kaku dari dia pas nyebut itu.

Gua nyender di kepala ranjang, terus ngehela nafas. Gua gak ngerti kenapa ini bisa kejadian. Kemaren gua masih mesra sama Eren, tapi sekarang gua sama Alfi udah.... ah itu lah.

Dan sekarang otak gua mikir. Ini salah gak sih? Ini terlarang gak sih? Tapi hati gua selalu ngejawab. Ini gak salah sama sekali, ini juga gak terlarang. Tapi otak gua nanya lagi. Sebenernya hati gua bener gak sih? Dan gitu terus sampe akhirnya gua mutusin buat masa bodo karena pusing sendiri.

"Spike,"

Aku juga ingin bahagia,

"Ini hari apa?" Dia masih betah ngusek-ngusek palanya di pinggang gua.

Gua sempet kesusahan waktu nyari hp gua di kasur. Untung aja ketemu di bawah bantal. Langsung aja gua nyalain, buat ngeliat tanggal.

"Sabtu,"

"Libur, kan?"

"Iya,"

Dia bangkit dari tidurnya, terus meluk pinggang gua dari belakang.

"Temenin aku, ya?"

"Kemana?"

"Disini,"

Seperti orang lain diluar sana,

"Ngapain ditemenin kalo cuma disini?"

"Bosen,"

Dan palanya jatoh lagi di ceruk leher gua.

"Kan, ada mama kamu,"

ANJIRRR, KAMUUU. KAMU BANGET GAK SIIIH.

"Mama aku hari ini mau pergi sama temen-temennya,"

Dan gua su'udzon kalo ini bukan sekedar kebetulan.

"Ya udah, aku temenin, tapi masa iya kita seharian di rumah terus?"

DAMN (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang