Enjoy~
.
.
.
.
.(Dena)
Gua bisa ngeliat kaki si Alfi gemeteran. Nafasnya juga agak pendek, jantungnya mungkin lagi berdebar lebih kencang dari biasanya.
Ya, wajarlah.
Orang dia lagi duduk didepan Bunda.
Gak kayak gua dulu yang ketemu Mamanya Alfi yang periang terus open minded.
Bunda ini beda.
Gua genggam tangannya lembut, berusaha ngasih semangat.
"Jadi, kamu perempuan?" Tanya Bunda. Oke, ini pertanyaan aneh menurut gua. Mungkin kalo Alfi sama sekali gak ngomong, Bunda juga gak bakal tau dia perempuan.
Alfi ngangguk. Bunda bersandar ke sofa terus mijit keningnya pelan.
"Siapa nama kamu?"
"Sandara Alfi," jawab Alfi sumbang. Hampir aja gua ketawa kalo gak inget ini suasananya lagi serius.
"Kamu satu sekolah dengan Dena?"
"Iya,"
Bunda ngalihin pandangannya ke gua. "Jadi ini pacar kamu?"
"Iya, Bun,"
"Dengar, nak, Bunda ngerasa salah gak ngawasin kamu di masa pertumbuhan,"
Bunda nangis.
Ini pertama kalinya gua ngeliat perempuan paling tangguh ini nangis.
Gua samperin terus peluk dia erat.
"Kamu jadi melenceng gini, ini gara-gara Bunda," isaknya.
Gua sakit hati.
Gua sakit hati disebut melenceng.
Tapi gua lebih sakit liat air mata Bunda.
Gua longgarin pelukan gua terus nyeka air matanya.
"Bun, selama Dena hidup, perempuan yang bisa ngebahagiain Dena cuma Bunda sama Alfi. Dena tau ini salah, Bun. Salah banget. Tapi Dena gak mau kesepian lagi,"
"Dena, anaknya Bunda yang paling cantik. Datanglah ke panti kalo kamu kesepian, disana ada Pierre, ada Sierra. Kamu bakal bahagia,"
"Jalan yang Dena pilih untuk bahagia, bukanlah jalan yang sama dengan Pierre sama Sierra. Dena bahagia di jalan ini, jalan yang berbeda dari kalian,"
Gua ngomong sambil nangis.
Sementara si Alfi sama Pierre cengo ngeliatin.
"Kamu," kata Bunda ke Alfi.
"I-iya, Tan,"
"Panggil Bunda aja," dan ini pertama kalinya Bunda senyum ke Alfi.
"Ke-kenapa Bun?"
"Sebelumnya maaf, kamu masih punya orangtua kan?"
"Saya ada Mama,"
"Bunda ingin bertemu Mama kamu, boleh?"
"Tentu aja boleh, Bun,"
Dia ngasih isyarat buat Alfi ngedeket. Alfi yang nurut terus ditarik ke pelukan sama Bunda.
Jadi kita pelukan bertiga.
Gua gak tau harus ngedeksripsiin apa.
Yang jelas, gua sekarang lagi bahagia.
:3:3
(Alfi)
"Jadi lu yang namanya Pierre?"
Kita lagi ngobrol berdua di teras luar rumah Dena. Bunda sama Dena lagi sibuk di dapur. Padahal gua baru aja makan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN (GxG)
Teen Fiction"Gua gak inget terakhir kali kulit ini bersentuhan sama orang lain," WARNING!GIRLXGIRL! LESBI! LGBT! I TOLD YOU BEFORE Cr. LovelySasaeng 2018