13th

8.5K 498 37
                                    

Enjoy~
.
.
.
.
.
(Dena)

Gua liatin si Alfi yang lagi makan lahap bekal yang gua bikinin. Entah kenapa gua masih nungguin dia disini. Padahal gua bisa aja pulang daritadi.

"Enak?"

Dia ngangguk.

"Kamu suka?"

Dia ngangguk lagi dengan lebih semangat. Gua senyum liat tingkah bocahnya. Entah kenapa makin kesini dia makin gemesin.

"Abisin ya, aku mau pulang," kata gua sambil berdiri. Tapi tiba-tiba tangan gua ditahan.

"Bahaya tau anak gadis jalan sendiri malem-malem," katanya.

"Emangnya kamu sendiri bukan anak gadis?"

"Aku anak gadis yang lebih pragmatis,"

Gua ngehela nafas terus duduk lagi. "Cepet makannya,"

Dia ngangguk terus mulai nyuapin makanan lagi ke mulutnya.

:3:3

"Den, menurut kamu, aku sanggup gak jadi kepala rumah tangga?"

Gua noleh pas dia ngomong kayak gitu.

"Kenapa tiba-tiba nanya?"

Dia ngegeleng, "cuma pengen tau,"

Gua ngegandeng tangannya yang kebungkus jaket kulit warna item.

"Fi, sanggup gak sanggup, kalo kamu mau tetep hidup sama aku, kamu harus maksain buat sanggup," hibur gua.

Dia gak jawab, malah ngedongak ke atas. Gua ikutin arah pandang dia.

"Aku ragu,"

Kriing!!

"Halo?"

Dia cengo ngeliatin gua yang lagi angkat telepon.

"Iya, kakak kesana sebentar lagi,"

Gua tutup teleponnya, terus nyium pipi si Alfi.

"Maaf ya sayang, aku ada perlu,"

"Gak mau dianter?"

"Gak usah, deket kok,"

Dan gua pun jalan ngejauh dari Alfi yang masih matung ngeliatin punggung gua.

:3:3

"Kak!" Pierre nyamperin gua yang lagi nungguin didepan gerbang panti asuhan.

"Pierre, langsung ke intinya aja," ujar gua gak mau basa-basi.

"Yayasan bilang, mereka gak punya cukup dana buat ngebiayain kakak,"

Mata gua melotot syok. "Kenapa? Mereka bangkrut?"

"Mereka belom cukup miskin buat dibilang bangkrut, tapi kalo kakak mau tinggal disini, kebutuhan kakak pasti terpenuhi,"

"Tapi kakak gak bisa tinggal disini,"

Pierre ngedorong gua kasar ke tembok, "kakak malu ya? Tinggal di panti,"

"Nggak, Pierre, kakak cuma..."

Tiba-tiba Pierre ngelahap bibir gua rakus, gua gak pernah ngerasain ciuman penuh nafsu kayak gini. Sekasar-kasarnya Alfi, dia masih ngehargain gua.

"Pi-e..."

Pierre ngelepasin ciuman itu, natap gua tajem. "Jujur, kakak punya pacar cewek kan?"

Plak!

Suara tamparan itu kedengeran nyaring sama renyah di sepinya malam.

DAMN (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang