4. Munculnya Misteri

1.2K 200 4
                                    

Chapter 4 : Munculnya Misteri

Happy Reading.
Enjoy!!!
~~~~~

Minggu pertama Eve di Hogwarts begitu menyenangkan walau harus ia akui begitu banyak yang tidak ia ketahui tentang dunia sihir. Beruntung bagi Eve, Remus selalu membantunya belajar. Dan Lily akan membantunya mengerjakan beberapa pekerjaan rumahnya di kamar mereka. Eve selalu menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan ataupun di Ruang Rekreasi Gryffindor-belajar.

Hal ini setidaknya mengalihkan pikiran Eve dari apa yang disampaikan Professor Dumbledore di malam pertamanya di Hogwarts. Eve juga memiliki beberapa minggu lagi untuk mencemaskan hal itu. Sekarang ia sedang duduk di depan perapian bersama Remus sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Demi Merlin. Kenapa mantra ini susah sekali, Remmy?" tanya Eve. "Kau baru mencoba dua kali, Eve. Sirius dan James baru berhasil merapalkan mantra itu di percobaan ke-9 mereka." Eve mengangguk dan mencoba kembali. Remus meleparkan sebuah koin ke udara.

"Impedimenta." Rapal Eve. Koin itu berhenti di udara selama beberapa detik, Eve nyengir, Remus tersenyum dan melihat Eve dengan ekspresi seakan berkata-aku tahu kau bisa. "Well. Thanks Remmy. Kau hebat dalam mengajar. Apa kau berkeinginan untuk menjadi Professor di Hogwarts nanti?" Tanya Eve menyimpan tongkatnya dibalik jubah. "Aku belum memikirkannya." Kata Remus murung.

"Moooonnyy!" Teriak James dan Sirius bersamaan. Peter mengikuti mereka dibelakang. Remus hanya memandang mereka. "Moony, kami belum membuat esei ramuan tentang Tegukan Hidup Bagai Mati." Belum sempat Remus menasehati mereka agar tidak menyalin punyanya, mereka menyambar perkamen yang terletak diatas meja.

"Upps. Bukan punya Moony." Kata Sirius. James mengintip dibalik bahu Sirius sementara Peter mencoba menjinjit agar dapat membaca isi perkamen Eve. "Apakah kau bersungguh-sungguh tentang ini?" Tanya James melihat Eve dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya. James memberikan perkamen itu pada Remus yang membacanya dengan ekspresi tak percaya.

Remus membaca pendapat Eve tentang Manusia Serigala. "Tentang Apa?" Tanya Eve pada keempat laki-laki didepannya. "Manusia Serigala." Kata mereka kompak. "Oh, tentu aku bersungguh-sungguh. Ada apa memangnya?" Remus berdeham. "Dunia sihir menganggap manusia serigala sebagai makhluk buas-monster. Mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan dan selalu dipandang sebelah mata. Bahkan beberapa orang membenci manusia serigala." Terang Remus.

"Kenapa begitu?" Kata Eve sedikit berteriak, untung hanya mereka yang ada di Ruang Rekreasi. "Maksudku, Manusia serigala tidak punya pilihan lain selain berubah menjadi serigala sekali sebulan. Itu bukan salah mereka. Aku tak bisa bilang aku tahu apa yang mereka rasakan, tapi bagiku untuk seseorang mengalami transformasi seperti itu sekali sebulan pasti berat-" kata-kata Eve dipotong oleh Remus. "Tapi aku-maksudku manusia serigala berbahaya. Mereka bisa saja melukaimu atau semacamnya." James dan Sirius mendelik Remus tajam, Peter melongo, dan Remus mengabaikan mereka. "Apa kau tidak takut? Tidak benci dengan mereka?" tanya Remus menatap Eve.

"Tidak. Aku hanya membenci seseorang jika mereka berbuat buruk dalam keadaan sadar. Bahkan jika manusia serigala tak sengaja melukaiku, aku tak akan marah padanya. Karena dia tidak memegang kendali tubuhnya saat bertransformasi. Mereka cenderung tidak ingat apa yang terjadi selama masa transformasi mereka." Kata Eve sedih.

"Kenapa kau tahu banyak tentang Werewolves?" tanya Sirius. Tidak mungkin Eve tahu tentang Remus bukan? "Aku membacanya di perpustakaan untuk mengerjakan esei." Mereka menghembuskan napas lega. "Memangnya kenapa? Kalian kenal dengan seorang manusia serigala?" Pertanyaan Eve membuat James dan Sirius terganga, sementara Remus menegang dan Peter mencicit lebih keras seakan ia gugup.

"Ke-kenapa ka-kau berpikir be-begitu?" Tanya Peter lebih gagap dibanding biasanya. Eve hanya menggeleng. Ia akan mengatakan sesuatu tapi terhenti karena Lily turun dari asrama mereka dan memanggilnya. "Halo, Evans." Kata James. "Hai, Potter." Kata Lily singkat. "Ada apa, Lils?" tanya Eve heran. Biasanya Lily tak akan turun jika Eve sedang bersama Marauders, ia kesal mendengar James selalu mengajaknya kencan.

"Kau kenal Black?" Tanya Lily. Eve yang heran menunjuk Sirius. "Bukan Black yang ini. Adiknya. Tahun kelima Slytherin. Regulus Black." Kata Lily. Sirius menegang. "Apa hubungannya Reg dengan Eve?" Tanyanya. "Dia mengirimi Eve surat disertai sebuah buku. Bukunya ada di tempat tidurmu, Eve. Sebuah buku muggle. Aku, Alice, Marlene dan Hestia mencoba membuka suratnya tapi tak bisa."

"Sepertinya dimantrai supaya hanya Eve yang bisa membacanya." Kata James. "Buka dan bacakan dengar keras, Eve." Kata Sirius. "Tapi, Sirius-" kata-kata Eve dipotong James. "Lakukan saja, Eve." Eve membalik perkamen surat itu dan melihat alamat yang tertera diatasnya.

Evelyn Dickinson
Asrama Putri
Menara Gryffindor

Dear Dickinson,
Aku minta maaf karena perkataan kasar orang tuaku padamu waktu itu dan aku hanya diam saja. Tentu kau sudah tahu orang seperti apa orang tuaku. Kurasa aku pernah melihatmu sebelumnya. Dan dugaanku kau bukan Muggleborn sewaktu kita bertemu waktu itu. Bisakah kau menemuiku di Menara Astronomi jam 10 kamis malam sendiri? Akan kuceritakan apa yang kutahu.

Salam,

Regulus Black.

NB : Aku menghadiahimu Anthology-Kumpulan Karya-nya Emily Dickinson. Dia penyair asal Amerika. Kalian punya nama keluarga yang sama tapi kuharap dia bukan keluargamu. Walaupun Muggle tak begitu berguna, mereka penulis yang lumayan. Jangan sampai teman-temanmu terutama kakakku itu tahu.

Eve selesai membaca suratnya dan melihat James berusaha keras menahan Sirius yang mengamuk. "Apa maunya, huh?" Kata Sirius. "Prongs. Sebaiknya kau lepaskan aku!" Sirius memberontak. "Ya. Bukannya dia tak ingin berurusan dengan Muggleborn? Kenapa dia memberi Eve buku Muggle?" Tanya Lily. "Itu membuat kami berempat curiga."

"Tak usah temui dia, Eve." Kata Sirius tegas. "Tapi dia bilang, dia pernah bertemu denganku. Mungkin saja dia tahu identitasku. Keluargaku." Sirius menggeram. Ia terlihat berbahaya ketika marah. Eve selalu melihatnya tertawa, berbuat onar dan menggoda perempuan sebelumnya.

"Setidaknya, biarkan kami ikut menemanimu." Kata Remus. "Tidak. Dia bilang aku harus sendiri. Dia pasti tak akan mau memberi tahuku jika aku tidak sendiri." Kata Eve yang melihat Lily yang juga ingin menemaninya.

"Aku akan menemuinya. Aku akan tulis balasan untuk suratnya. Kalian tak bisa melarangku. Aku tahu maksud kalian baik. Tapi aku ingin tahu tentang diriku dulu. Sebelum-sebelum ingatanku hilang." Kata Eve. Remus tampak melunak dan mencoba menenangkan Sirius dan James. Eve berjanji akan memberi tahu mereka apa yang terjadi. Eve mengucapkan selamat malam pada Marauders dan bersama Lily menuju asrama mereka. Eve tak tahu kalau Marauders selalu punya cara untuk mengetahui sesuatu. Dan mereka bukan Marauders jika menyerah semudah itu.

TBC

Moon, Love, And Tragedy (Harry Potter: Marauder's Era)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang