Chapter 3 : Selamat Datang di Hogwarts
Happy Reading.
Enjoy!!!
~~~~~"Miss Dickinson kau akan di seleksi sebelum murid kelas satu." Kata Professor perempuan dengan kaca mata dan rambut yang digelung ketat. "Baik, Professor-" Eve menatap Professor itu. "McGonagall. Panggil aku Professor McGonagall. Aku kepala asrama Gryffindor." Terang Professor McGonagall. "Jadi Minnie yang diceritakan Sirius itu anda?" tanya Eve terkikik. McGonagall tercekik. "Apa yang dia katakan tentangku?" tanya McGonagall.
"Sirius bilang anda menyukainya walaupun anda tak pernah mau mengakuinya." Kata Eve yang tak bisa lagi menahan tawa melihat ekspresi McGonagall yang seperti tercekik telur dengan wajah yang bersemu merah. "Aku akan menasehati Mr. Black nanti. Untukmu Miss Dickinson, jangan terlalu dekat dengan Marauders karena mereka selalu berbuat onar."
"Wow. Jangan menghasut teman baru kami, Minnie." Kata Sirius dengan senyum angkuh yang menawan-menurut Sirius sendiri. "Untukmu aku Professor McGonagall, Mr Black." Kata McGonagall.
"Oh. Jangan terlalu serius. Mereka tak akan menceritakan pada siapapun. Aku merindukan Minnie." Sirius mengedipkan matanya pada McGonagall yang mukanya memerah, memarahi Sirius dan memberinya detensi sepanjang akhir minggu lalu berjalan memasuki kastil.
"Oh tidak. Kencan-kencanku. Mary, Jane, Gabriella." Rintih Sirius. "Salahmu sendiri. Harusnya kau pikirkan itu dulu sebelumnya." Kata Remus. Mereka semua tertawa, James memuji cara Sirius menggoda McGonagall membuat wajahnya semerah rambut Lily. Eve berhenti tertawa. Perutnya terasa jungkar balik memikirkan upacara seleksi.
Eve gelisah. Ia akan di seleksi dan disaksikan seluruh murid-murid dan pengajar Hogwarts. Bagaimana kalau ia gagal, Professor Dumbledore kecewa padanya, mengatakan bahwa ia salah mengira Eve seorang penyihir dan ia disuruh pulang karena tak ada asrama yang cocok dengannya.
"Hey, Eve Babe. Rileks." Kata Sirius menepuk punggung Eve. "Sirius bagaimana nanti kalau aku gagal dan disuruh pulang karena tak ada asrama yang cocok denganku?"
"Tidak, kau tidak akan gagal. Percaya padaku." Kata Sirius. "Kau pasti berani sekali waktu di seleksi. Kau Gryffindor. Aku tidak seberani kalian." Ucap Eve mengacu pada Marauders yang keempat-empatnya di asrama Gryffindor. Sirius dan James hanya tertawa. Peter susah payah menyembunyikan tawanya sehingga bahunya berguncang. Remus memicing menatap mereka curiga.
"Oh. Itu anak kelas satu." Seru Peter. "Sampai jumpa di dalam, Eve." Kata James. "Kalian akan tetap jadi temanku kan? Walaupun nanti aku tidak di Gryffindor?" tanya Eve. "Tidak kalau kau di Slytherin." Kata Sirius. Melihat ekspresi Eve yang terganga Sirius, James dan Peter tertawa. Sementara Remus hanya mengelengkan kepalanya lelah.
------------------------------------------------------
"Selamat datang di Hogwarts bagi murid baru dan selamat datang kembali bagi murid lama." Kata McGonagall. Eve tak terlalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakannya. Ia terlalu tegang memikirkan seleksi. Ia memandang meja diujung. Meja Gryffindor. Ia tahu karena Marauders duduk disana menertawainya. Kecuali Remus yang tersenyum menenangkannya.
"Sebelum kita mulai upacara seleksi bagi murid kelas satu. Kita kedatangan Miss Dickinson yang akan bergabung bersama kita dan menjalani tahun keenamnya. Miss Dickinson silahkan maju dan topi seleksi akan menentukan asramamu."
Eve terdiam sesaat. Lalu tiba-tiba ia sadar dan memekik keras ke arah meja Marauders. "SIRIUS BLACK! JAMES POTTER! PETER PETTIGREW! KALIAN BILANG AKU HARUS MENGHADAPI TROLL UNTUK DISELEKSI!"
Suara Eve menggema diseluruh aula dan suara tawa pun meledak. Sirius, James dan Peter yang tidak merasa bersalah sama sekali berdiri diatas bangku dengan bangganya seakan telah memenangkan piala asrama. Remus hanya menggeleng meski ia tak bisa menahan senyumannya.
"Miss Dickinson silahkan maju kedepan dan duduk di bangku ini. Aku akan meletakkan topi seleksi diatas kepalamu." Eve yang mukanya sudah memerah karena malunya duduk dan hanya bisa melihat bagian dalam topi.
"Aah.. Kau membuat upacara seleksi tahun ini menjadi menarik, Miss Dickinson." Kata si topi seleksi. Eve yang terkejut berdiri dan sekali lagi memekik.
"ASTAGA! TOPINYA BISA BERBICARA DI DALAM KEPALAMU!" Eve tak tahu apa yang lucu tapi tawa di aula meledak sekali lagi dan ia segera duduk karena berdiri semakin lama hanya akan membuat dirinya semakin memalukan.
"Nah bagus kau sudah tenang Miss Dickinson. Ya. Aku bisa berbicara dan hanya kau yang bisa mendengarnya." Kata topi seleksi. "Oh baiklah. Segera saja seleksi aku. Duduk disini semakin lama semakin memalukan." Kata Eve.
"Hmm... Kau sudah mengalami berbagai musibah yang bahkan kau tak bisa ingat." Kata topi seleksi. "Bagaimana kau tahu?" Tanya Eve bingung. "Aku bisa mengetahui apa yang kau pikirkan."
Eve menggelengkan kepalanya meminta topi untuk tidak membahasnya lagi dan segera menyeleksinya."Kau loyal, cerdas, sangat cerdas, keberanian yang besar dalam dirimu. Ah! Kau bahkan cukup cerdik dan licik jika kau mau. Kau akan sukses di Slytherin."
"Slytherin? Tidak, tidak. Jangan Slytherin. Aku tak boleh masuk asrama Slytherin." Gumam Eve berulang kali. "Tidak Slytherin, eh?" Tanya topi seleksi. "Aku tak mau kehilangan temanku, jika aku masuk Slytherin. Kumohon, jangan Slytherin, jangan Slytherin." Mohon Eve.
"Lebih baik di..." Eve menahan napas menunggu topi seleksi menyelesaikan kalimatnya. "GRYFFINDOR!" Teriaknya. Eve melepaskan topi seleksi, menyerahkannya kepada McGonagall yang tersenyum padanya, berjalan dengan riang menuju meja yang paling meriah dengan suara tepuk tangan paling keras dan duduk di sebelah Remus yang sebelumnya sudah menyisihkan tempat untuknya.
"Selamat karena menjadi bagian dari Gryffindor Singa Betina." Kata Remus menjabat tangan Eve formal. Eve yang bingung hanya menatap Remus heran, lalu mengangguk melihat Remus yang menunjuk lencana Prefectnya.
"Terimakasih, Tuan Prefect." Kata Eve tersenyum sok formal mengikuti Remus yang menyeringai. "Hai, aku Lily. Prefect perempuan Gryffindor. Kita tak punya kesempatan berkenalan dengan baik di perjalanan tadi karena dua idiot itu." Kata Lily mengarahkan pandangannya pada James yang menatapnya mendamba dan Sirius yang menyeringai.
"Hai, Lily. Aku Evelyn Dickinson. Panggil aku Eve." Kata Eve menjabat tangan Lily. "Evans, maukah kau berkencan denganku-" Lily memotong ucapan James dan memberinya tatapan mematikan. "Tidak. Tidak dan jawabanku tak akan pernah berubah." Kata Lily. James tampak terluka tapi langsung tersenyum dan beranggapan seolah penolakan Lily tak terjadi.
Mereka menyaksikan murid kelas satu yang satu-persatu menuju asrama mereka dan setelah pidato Professor Dumbledore tentang ucapan selamat datang di Hogwarts, Hutan Terlarang dan Uji Coba Quidditch makanan pun bermunculan dan semua orang bersorak gembira. Eve kenyang sekali dan mulai mengantuk berjalan bersama Marauders dan teman-teman seangkatannya ke Menara Gryffindor sebelum Professor McGonagall memanggilnya.
"Miss Dickinson, Kepala Sekolah ingin berbicara denganmu diruangannya." Dan sebelum Sirius sempat menggodanya, Professor McGonagall melanjutkan kalimatnya "Aku akan mengantarmu dan kalian semua segera menuju Menara Gryffindor atau aku akan mendetensi kalian."
Eve mengucapkan selamat malam pada teman-temannya dan mengikuti McGonagall menuju ruangan Kepala Sekolah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon, Love, And Tragedy (Harry Potter: Marauder's Era)
Hayran KurguEvelyn, gadis berusia 15 tahun itu akan memasuki sebuah sekolah. Tapi bukan sekolah biasa. Itu sekolah sihir bernama Hogwarts. Disana ia menemukan kenyamanan berteman dengan empat laki-laki terpopuler di sekolah (Marauders) dan menguak kisah tentang...