Chapter 10: Transformasi
Happy Reading
Enjoy!!!
~~~~~Remus POV
Hening. Tak ada yang berbicara. Kukira teman-temanku meninggalkanku dalam diam. Ternyata mereka masih disana menatapku.
"Nah benarkan dugaanku. Werewolf lebih realistis, Sirius. Remus selalu menghilang di malam sebelum dan sesudah bulan purnama. Ia akan pulang dengan memar dan luka baru."
Sirius mengangguk takzim. Peter terlihat sedikit takut tapi tersirat rasa prihatin dari tatapan matanya.
"Kenapa reaksi kalian begitu? Aku ini berbahaya. Aku bisa melukai kalian. Seharusnya kalian lari, tidak berteman denganku lagi." Ujarku tak percaya.
"Oh maafkan aku, Lupin. Kau tidak sebegitu menakutkan untuk membuat kami lari dan berhenti menjadi temanmu." Ujar James melambaikan tangannya.
"Tapi aku berbahaya. Aku ini monster. Kalian bisa terlu--" Kalimatku dipotong Sirius.
"Kau tidak berbahaya selama kami tidak berada didekatmu saat kau bertransformasi. Dan kau bukan monster. Camkan itu, Remus. Mana ada monster yang selalu mencemaskan keselamatan orang lain dan selalu membawa coklat kemana-mana."
Dan begitulah mereka. Mereka tak meninggalkanku bahkan setelah tahu apa aku sebenarnya. Mereka tidak hanya menerima kondisiku, tapi juga membuat saat transformasiku terasa lebih mudah. Mereka berubah menjadi Animagus, karena werewolf hanya berbahaya bagi manusia.
Aku menghentikan pikiranku sebelum melayang begitu jauh ke masa lalu. Aku sedang berjalan ke Whomping Willow ketika aku merasa seseorang berjalan kearahku. Ketika aku membalik aku hanya melihat siluet seseorang bergerak menjauh masuk ke Hutan Terlarang. Demi Merlin, semoga aku tidak menyerangnya nanti.
Eve POV
Aku bergelung seperti bola. Meski sudah meminum ramuan itu rasa sakit itu tetap terasa. Malah meningkat berkali-kali lipat. Ketika aku bertransformasi, tubuhku yang melengkung, memanjang lebih meninggi sampai-sampai pakaianku robek. Kuku-kuku menjadi panjang seperti cakar. Mulutku memanjang menjadi seperti moncong. Teriakanku berubah menjadi seperti lolongan. Bukan lolongan anjing, tapi lolongan serigala. Yup, sekarang kalian tahu bukan kenapa aku sakit sebelum malam bulan purnama? Kenapa Hagrid membangun pondok ditengah hutan yang diberi proteksi? Ya, itu semua karena aku, Evelyn Dickinson adalah seorang manusia serigala.
Fakta inilah yang disampaikan Professor Dumbledore di malam pertamaku berada di Hogwarts. Ia bilang karena aku koma selama 6 tahun lebih, tubuhku selalu dipindahkan setiap malam purnama. Aku tetap bertransformasi walaupun tidak bergerak sama sekali. Karena itu transformasiku di Hogwarts kali ini akan sangat menyakitkan, karena ini kali pertama aku merasakannya disaat sadar.
Aku menghembuskan nafas pelan. Ini lebih menyeramkan dari ilustrasi yang kubaca dibuku. Aku menatap pantulan diriku dalam wujud werewolf di cermin yang ada disudut ruangan. Cermin itu panjang, sehingga bahkan ketika aku menjadi werewolf pun aku bisa melihat seluruh tubuhku di cermin. Hanya warna mataku yang tidak berubah, tetap berwarna hazel seperti biasa.
Ramuanku berhasil. Walaupun tak bisa mengurangi rasa sakit bertransformasi, setidaknya aku tidak kehilangan kontrol terhadap pikiranku. Aku memutuskan kembali bergelung dilantai. Menunggu bulan purnama memudar. Aku menatap pantulan cahaya bulan purnama yang masuk dari jendela gubuk yang kutempati saat ini. Bulan purnama yang indah itu, mengubahku menjadi werewolf setiap bulannya.
Aku kembali melolong, karena rasa sakit yang datang bertubi-tubi. Adrenalinku naik, indraku menjadi lebih tajam berkali-kali lipat. Aku mendengarkan lolongan lain. Lolongan werewolf jantan. Bagaimana aku tahu? Anggap saja itu insting werewolfku.
Aku tak tahu apa yang terjadi. Aku berdiri, berjalan keluar dari gubuk, membaui udara sekitar. Aku berlari kencang terus berlari sampai pandanganku terhenti pada sosok werewolf lainnya. Ia membaui udara sekitar. Membaui sekali lagi seperti tidak mempercayai penciumannya sendiri. Lalu seolah terjadi begitu saja, ia menoleh kearahku. Tatapan mata kami bertemu. Beberapa detik kami hanya menatap manik mata masing-masing. Lalu ia mendekat, lebih tepatnya berlari kearahku.
Ia berhenti tepat didepanku, menyisakan jarak beberapa centi dari wajahku. Kami saling membaui, seperti saling bertukar sapa namun dengan tingkat intimasi yang lebih tinggi. Aku bisa melihat manik matanya lebih jelas. Manik mata itu. Manik hijau cemerlang dengan warna biru kobalt mengelilingi matanya. Manik mata yang begitu kukenali. Manik matanya mirip salah satu temanku, The Marauders. Manik matanya mirip dengan manik mata Remus.
Werewolf itu menuntunku, berlari kearah Whomping Willow. Aku berlari menyusulnya. Yang tidak kusadari ternyata ada seekor rusa jantan, anjing besar berwarna hitam, dan seekor tikus yang terdiam mematung. Namun mereka segera berlari mengikuti kami.
Kami berhenti beberapa meter didekat Whomping Willow. Si tikus menekan tonjolan dibawah pohon, membuat pohon Whomping Willow yang bergerak-gerak tak terkendali menjadi tenang. Lalu werewolf itu menuntunku ke bawah. Kami menyusuri tangga di sebuah lorong gelap, berjalan terus menaiki tangga ke lantai dua dan berhenti disebuah ruangan. Ruangan ini tadinya pastilah bersuasana hangat dan nyaman sebelum hancur akibat amukan werewolf yang menuntunku.
Kami berlarian mengelilingi ruangan. Saling bergelut tapi tidak mencelakakan satu sama lain. Setelah kelelahan kami bergelung rapat kearah tubuh satu sama lain sebelum jatuh tertidur. Ia melingkarkan tangannya disekeliling pinggangku, mendekapku erat. Rasa hangat dan wangi coklat yang menguar dari tubuhnya menjadi candu tersendiri bagiku, yang membuatku ingin berada terus dalam dekapannya.
Aku tidak tidur. Lebih tepatnya tidak bisa tidur Tubuhku memang luar biasa lelah, tapi mataku tetap tak mau terpejam. Jantungku rasanya jumpalitan mengingat jarakku yang begitu dekat dengannya. Aku mendengar percakapan di lorong.
"Aku tak pernah melihat werewolf lain selain Moony sebelumnya." Suara pertama terdengar familiar, itu suara Sirius.
Apa maksudnya? Remus adalah seorang manusia serigala? Bagaimana mungkin?
"Tapi werewolf itu membuat Moony senang. Dia tak banyak melukai dirinya malam ini." Ujar suara laki-laki yang kuyakini adalah James.
"Bagaimana kalau sebaiknya kita beristirahat, bulan purnama beberapa jam lagi memudar."
Dan Sirius, James, dan Peter masuk kembali sembari berubah wujud menjadi seekor rusa jantan, anjing hitam, dan tikus. Demi Merlin, mereka bertiga adalah animagus. Semuanya jadi masuk akal sekarang. Kenapa anjing hitam besar yang Eve namai Snuffles itu punya mata abu-abu indah seperti Sirius, karena dia memang Sirius. Hal ini juga menjelaskan kenapa mereka menjadi Animagus. Karena Remus adalah seorang manusia serigala, yang hanya berbahaya bagi manusia disaat ia bertransformasi.
Pantas saja Remus sensitif sekali mengenai esei werewolfku. James, Sirius, dan Peter dalam wujud animagus mereka berbaring berjejer disebelah kiri Remus. Aku tahu aku seharusnya segera pergi atau konsekuensinya mereka akan menemukanku disini dan mengetahui identitasku. Tapi mataku yang semakin berat, tak mau lagi diajak kompromi, dan akhirnya semuanya gelap.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon, Love, And Tragedy (Harry Potter: Marauder's Era)
FanfictionEvelyn, gadis berusia 15 tahun itu akan memasuki sebuah sekolah. Tapi bukan sekolah biasa. Itu sekolah sihir bernama Hogwarts. Disana ia menemukan kenyamanan berteman dengan empat laki-laki terpopuler di sekolah (Marauders) dan menguak kisah tentang...