-----
Kegilaan gue nggak bakal pernah merubah semuanya
Termasuk takdir
-----Erin mengerjapkan mata coklatnya, berusaha memperjelas penglihatan. Di sampingnya, bunyi dering dari handphonenya tak juga kunjung berhenti. Masih setengah sadar, ia meraihnya dan langsung menggeser tombol hijau.
“Hal..”
“Eriiinnnn, lo kemana sih? Lo nggak bolos kan?” potong suara gadis di ujung sana.
Sontak Erin langsung menjauhkan ponselnya kala mendapati suara sahabatnya terdengar mengerikan.
“Bolos apaan sih? Orang gue masih di rumah juga.” balas Erin cuek, ia memutar matanya jengah.
Ngapain si Nayla telepon pagi-pagi coba? Kan gue masih mau nikmatin berduaan sama bantal kesayangan gue.
“Eh buset dah lo.. Gue udah kode-kodean, eh lu nya masih belum sadar juga.”
Terdengar helaan napas di sana sedangkan Erin masih tak paham apa yang dimaksud sahabatnya.
Erin bangkit dari tidurnya, ia hendak menutup sambungan telepon kala itu.
Berisik, umpatnya. Namun sepertinya takdir sedang tak mendukungnya.
Mata Erin membulat sempurna kala ia mendapati jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 7 pagi. Sontak, ia segera beranjak dari kasur empuknya dan membereskannya.
Ia bahkan tak menggubris celotehan Nayla yang mengkritiknya. Hanya beberapa yang ia dengar.
“Haruskah kesayangan lo ini ngasih tau yang sebenarnya? Hmmm?”
“Cepetan ERIIINNNNN. Lo nggak mau kan nambah absen lagi?”
“Nisrina Eriiiinnnn Amaliaaaaaa.”
Ya ampun. Ia lelah. Kamarnya saat ini seperti kapal pecah. Bantal berbentuk hati sudah tak lagi ada di tempatnya, buku tebal pelajaran dan berbagai print serta fotocopyan lain tersebar acak di lantai.
Belum lagi ia heran kenapa mamanya tak membangunkannya tadi.Apa mama udah berangkat yaa?
Mata Erin berpedar ke seluruh sudut ruangan dan menemukan sepucuk surat dari mamanya. Mengatakan bahwa ia sudah membangunkan Erin namun ia tak kunjung bangun.
Hhhhh, gak heran deh gue.
Erin melirik kembali handphonenya yang tergeletak di atas kasur. Ia menghela napas sejenak sebelum akhirnya mengakhiri sambungan teleponnya dengan Nayla secara sepihak dan bergegas masuk ke kamar mandi.
***
Mentari pagi hari ini bersinar sangat terik. Udara di kota Jakarta ikut memanas. Sang Surya benar-benar sedang tidak berpihak pada umat manusia.
Seperti saat ini, sudah 3 jam berlalu mereka berada di ruangan panas itu. AC dan kipas angin di ruangan itu sudah menyala, namun alih-alih merasa sejuk, suhu di tempat itu tak kunjung turun.
Para siswa terlihat mulai mengipas-ngipasi wajah mereka menggunakan buku paket, tulis ataupun ketas tipis lainnya. Yang penting bisa menurunkan suhu tubuh mereka.
Sudah 3 jam pula, pak Indra terus menerus berceloteh tentang sistem peredaran darah manusia. Erin mengerjapkan matanya ngantuk. Ia terus berusaha agar kepalanya tak jatuh terlelap.
Sampai bel istirahat berbunyi, ia hanya ingat beberapa hal yang di sampaikan dari guru ceramah itu, Tipe darah dibagi menjadi 4, A,B,C, dan O. Bahkan ia masih ingat, kala guru itu menjelaskan bahwa cara pengucapan untuk golongan darah O adalah nol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction[Update setiap sabtu-minggu] Semua di dunia ini memiliki takdirnya masing-masing. Seperti kita, yang berusaha mengubah meski tahu bahwa itu tak mungkin. Takdir tetap pada garisnya. Lurus, ataupun berliku-liku mengikuti skenario Tuhan. Dan kita, lagi...